Mari Becermin
Sastra | 2025-01-27 22:03:50Sering kali kutemukan sebuah tulisan terkait jodoh,
"Jodoh itu cerminan diri."
Kalimat tersebut tak jarang pula kutanyakan pada
diri ini.
Apakah benar kalimat tersebut?
Setiap kubangun dari lelapnya tidur malam,
segera kulihat diriku di cermin.
Kupandangi wajahku yang masih lusuh,
apa adanya,
tanpa mekap.
Aku hanya bisa menilai diri sendiri.
Inilah aku.
Ya, aku seperti ini,
seorang perempuan yang bisa hidup mandiri,
tetapi tidak ingin selalu sendiri.
Seorang perempuan yang ingin dikasihi
dan dicintai, bahkan dihargai oleh
seorang lelaki.
Itu tidak salah, kan?
Hingga akhirnya dia datang,
memberikan harapan,
bukan sekadar impian.
Dia juga menegaskan
sesuatu agar aku tidak terjebak dalam
keraguan.
"Becerminlah!" serunya.
Aku menurutinya.
"Kau adalah cerminanku dan aku adalah cerminanmu."
"Kita bersama, menyatu, serupa."
Ah, apakah itu hanya gombalan semata darinya?
Namun, entah kenapa saat aku becermin
saat ini
aku yakin bahwa kami adalah cermin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.