Tafsir Alquran Lewat Hadist Berikan Pemahaman Petunjuk Allah
Agama | 2025-01-15 20:33:48Pendahuluan
Al-Qur'an merupakan kitab suci yang berfungsi sebagai pedoman hidup bagi umat Islam.
Di dalamnya terkandung petunjuk-petunjuk Allah SWT yang mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik secara spiritual, sosial, maupun moral. Namun, pemahaman terhadap Al-Qur'an tidak selalu mudah dicapai secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan dan penafsiran yang mendalam agar makna ayat-ayat Al-Qur'an dapat dipahami dengan lebih jelas.
Dalam tradisi tafsir, ulama-ulama terdahulu seperti Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, dan lainnya telah mengumpulkan hadis-hadis yang berkaitan langsung dengan penafsiran Al-Qur'an. Tafsir Al-Qur'an dengan hadis memberikan dimensi yang lebih dalam dalam memahami wahyu Ilahi. Hadis tidak hanya memperjelas makna literal dari ayat-ayat, tetapi juga memberikan konteks sejarah, sebab turunnya ayat (asbabun nuzul), serta cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh Tafsir Al Qur’an dengan Hadis
A. Contoh tafsir dalam surat Al Baqarah ayat 269 :
ِ ا َ اْوَ ْلّا ا ُووُ ا اَّل
ّا ُ رَّكَّ ذ َ ي ا َ م َو ا ً ر ْ ي ِ ثَك اريْ
َخ َ ِ تِْ وُ ا ْ دَ قَ ف َ ة َ مْكِ ْلْا َتْ ؤُّ ي ْ ن َ م َ و ُ ءا َشَّي ْ ن َ م َ ة َ مْكِ ْلْا ىِ ت ْ ؤُّ ي
Artinya : Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah,
sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil
pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.
Tafsir ayatnya yaitu :
1. ُ ءا َشَ ي ْ ن َ م َ ة َ مْكِ ْلْا ِتِؤْ
ي ُ-
"Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki."
- Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa hikmah (kebijaksanaan) adalah karunia yang diberikan oleh-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki. Hikmah di sini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami kebenaran, ilmu yang bermanfaat, kemampuan dalam menyikapi berbagai permasalahan hidup, dan juga kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dengan bijaksana.
- Hikmah bisa mencakup pemahaman yang mendalam tentang agama, kemampuan untuk mengamalkan ilmu dengan benar, kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah, dan kemampuan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan ilmu.
2. ا ً يرِ ثَك ا ً ر ْ ي َ خ َ ِ تِوُأ ْ دَ قَ ف َ ة َ مْكِ ْلْا َتْ ؤ ُ ي ْ ن َ م َ و
- "Barangsiapa dianugerahi hikmah, maka sesungguhnya ia telah dianugerahi kebaikan yang banyak."
- Siapa saja yang diberi hikmah oleh Allah, sesungguhnya ia telah diberi sesuatu yang sangat berharga, yakni "kebaikan yang banyak." Kebaikan ini bisa berupa kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam kehidupan dunia, orang yang berhikmah mampu hidup dengan bijaksana, mampu memecahkan masalah, dan dapat memahami maksud dari berbagai peristiwa. Di akhirat, hikmah akan membawa seseorang pada ridha Allah dan keselamatan.
- Kebaikan yang banyak di sini juga menunjukkan bahwa hikmah merupakan salah satu anugerah terbesar yang dapat mengarahkan seseorang untuk mendapatkan pahala besar dari Allah SWT, mengarahkannya kepada kebenaran dan menghindarkannya dari kesesatan.
3. ِ ا َ اْوَْ لْا ُووُأ َّ لِّ إ ُ رَّكَّ ذ َ ي ا َ م َ و
- "Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal."
- Ayat ini menjelaskan bahwa hanya orang-orang yang memiliki akal sehat dan pemikiran yang mendalam (ulu al-albab) yang mampu mengambil pelajaran dari hikmah ini. Mereka adalah orang-orang yang menggunakan akal mereka untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, untuk merenungkan wahyu-Nya, dan untuk mencari petunjuk dalam kehidupan mereka.
- Ulu al-albab adalah orang-orang yang berpikir mendalam dan memahami bahwa hikmah adalah karunia yang sangat penting dalam membimbing mereka menuju jalan yang benar, baik dalam aspek kehidupan dunia maupun akhirat.
B. Contoh Tafsir dalam Hadis
َ ع ِ نَِثَّد َ ح َ ة َ عي ِ َ لَ ُ ن ْ ب ِ َّ للَّا ُ د ْ ا َ ع ِ نَِثَّد َ ح ٍ ْ يرَكُ ب ِن ْ ب ِ َّ للَّا ِ د ْ ا َ ع ُ نْ ب َ يََْ يَ انث َ ة َ ع ْ رُ ز ُ بَأ ا َ نَ ثَّد َ ح ْ نَ ع ٍ را َ ني ِ ِ ُ ن ْ ب ُ ءاَطَ َ نوُ د ِ وا َ خ ا َ هي ِ ف ْ م ُ ه َ و : ِ َّ للَّا ِ ل ْ َ ق ِ فِ ٍ ْ ير َ ا ُ ج ُ ن ْ ب ِ دي ِ ع َ س
ِ نِْ ع َ ي : َ ن ُ ت َُ يَ َ لّ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abdullah bin Bukair, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Abdullah binLahi'ah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku 'Atha' bin Dinar dari Sa'id bin Jubair mengenai firman Allah: 'Dan mereka kekal di dalamnya,' maksudnya: 'Mereka tidak akan mati.'
Hadis ini merupakan penjelasan dari sebuah ayat Al-Qur'an yang memuat frasa " اهيف مهو
نودلاخ" (dan mereka kekal di dalamnya). Berikut adalah rincian tafsir dari hadis tersebut:
1. Sanad Hadis
1. Abu Zur'ah : Perawi pertama yang meriwayatkan hadis ini.
2. Yahya bin Abdillah bin Bukair : Orang yang menerima hadis dari Abu Zur'ah.
3. Abdullah bin Lahi'ah : Perawi berikutnya, yang mendengar hadis dari Yahya.
4. Atha' bin Dinar : Perawi yang menerima hadis dari Abdullah bin Lahi'ah.
5. Sa'id bin Jubair : Salah satu tabi'in terkenal yang meriwayatkan tafsir ayat ini.
2. Matan Hadis
Hadis ini berisi penjelasan tentang makna dari firman Allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi: " نودلاخ اهيف مهو" (dan mereka kekal di dalamnya). Sa'id bin Jubair menafsirkan bahwa maksud dari "kekal di dalamnya" adalah " نىتىمي لَ" yang berarti mereka *tidak akan mati*.
3. Penjelasan Makna: - *Kekekalan* (نودلاخ) dalam ayat ini dipahami oleh Sa'id bin Jubair sebagai kekekalan yang berarti tidak ada kematian lagi. Artinya, setelah manusia masuk ke surga atau neraka, mereka tidak akan mengalami kematian kedua. Ini menguatkan konsep bahwa setelah kehidupan dunia berakhir, manusia akan menjalani kehidupan akhirat yang kekal. - *Tidak ada kematian* di akhirat merupakan salah satu hal yang ditegaskan dalam banyak ayat dan hadis. Bagi penghuni neraka, ini adalah ancaman karena mereka akan merasakan azab terus menerus tanpa akhir. Sedangkan bagi penghuni surga, ini adalah kabar gembira karena mereka akan menikmati nikmat Allah selamanya tanpa rasa sakit atau kematian. (Abi Hatim Ar-Razi, Tafsir Ibnu Abi Hatim)
Kesimpulan
Contoh tafsir Al-Qur'an seperti pada Surat Al-Baqarah ayat 269, menjelaskan bahwa hikmah atau kebijaksanaan adalah karunia Allah yang dianugerahkan kepada siapa pun yang Dia kehendaki. Hikmah ini membawa kebaikan yang banyak, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Demikian pula, hadis yang menafsirkan ayat " نودلاخ اهيف مهو" (dan mereka kekal di dalamnya) menjelaskan bahwa kekekalan ini berarti tidak adanya kematian lagi di akhirat, baik bagi penghuni surga maupun neraka. Dengan demikian, tafsir Al-Qur'an melalui hadis memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai petunjuk-petunjuk Allah SWT dan bagaimana ayat-ayat Al Qur'an harus diterapkan dalam kehidupan umat Islam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.