
Dunia dalam Kegelapan, Terangi dengan Cahaya Alquran
Agama | 2025-03-28 08:07:32
Oleh Sumiyah Umi Hanifah
Member AMK dan Pemerhati Kebijakan Publik
Nuzulul Qur'an merupakan salah satu peristiwa luar biasa yang menunjukkan keagungan Al-Qur'an. Yang mana peristiwa ini selalu ramai diperingati oleh seluruh kaum muslim di negeri ini. Dengan berbagai kegiatan yang menampilkan ciri khas Islami, umat larut dalam kesyahduan perayaan hari turunnya wahyu Allah untuk yang pertama kali.
Sebagaimana dilakukan oleh Jajaran Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, yang menggelar acara akbar untuk memperingati Nuzulul Quran. Kemenag menggelar 350 khataman Al-Qur'an pada 16 Ramadan 1446 Hijriah. Kantor Wilayah (kanwil) Kemenag Sulawesi Selatan, ikut serta dalam kegiatan khataman Al-Quran tersebut, yang diselenggarakan di Aula Kantor Wilayah Kemenag Sulawesi Selatan, Makassar. (metrotvnews.com, 16/3/2025)
Konon, tujuan dilaksanakannya program ini adalah agar dapat menguatkan semangat keislaman dan persahabatan, serta mengajak umat muslim untuk mencintai, memahami, dan meneladani Al-Quran. Bukan hanya itu, acara serupa juga diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia, seperti, Cibinong, Bandung, dan kota-kota lainnya. Bupati Bandung, Dadang Supriatna, memiliki cara yang unik dalam menggelar acara untuk memperingati Nuzulul Quran. Beliau mengadakan lomba cerdas cermat mengenai pemahaman Al-Quran, dan hal itu dibuktikan dengan cara mengundang sejumlah ormas untuk ber-adu cepat dan adu kepintaran mengenai isi Al-Quran. Di antaranya adalah: Organisasi Massa (Ormas) Pemuda Pancasila, GMBI, BBC, dan FKPPI. (bandungraya.net, Minggu, 16/3/2025)
Peringatan hari-hari besar Islam, seperti Nuzulul Quran faktanya selalu mendapatkan prioritas utama di hati umat Islam. Mereka selalu antusias menyambut dan memeriahkan hari turunnya wahyu Allah tersebut. Namun sayangnya, kemeriahan tersebut hanya sebatas seremonial. Mayoritas umat muslim belum menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk kehidupan. Akibat kebenaran Al-Quran tidak diterapkan dalam sistem pemerintahan (negara). Sehingga wajar jika kita merasakan bahwa seluruh negeri kaum muslimin berada dalam kegelapan. Lihatlah nasib saudara kita di Palestina, Suriah, Afghanistan, dan negeri-negeri muslim lainnya! Mereka dibantai, disiksa, dan diusir dari negeri tanah airnya sendiri. Dengan kata lain, dunia Islam sedang tidak baik-baik saja. Di negeri ini, bencana kerusakan lingkungan dan kerusakan moral generasi, selalu mengisi setiap tayangan berita di berbagai media. Tanpa aturan Islam yang sempurna, maka wajah dunia akan terasa gelap. Berbagai persoalan yang mendera, hingga kini tak kunjung berakhir, bahkan makin parah saja.
Saat ini sistem kehidupan yang diterapkan adalah sistem Demokrasi kapitalisme. Asas kebebasan yang dilahirkan oleh sistem batil ini sangat luar biasa parahnya. Demokrasi menjadikan akal manusia sebagai sumber aturan, padahal sesungguhnya manusia adalah mahluk yang lemah dan terbatas. Keterbatasan akal manusia inilah yang jika dipaksakan akan menimbulkan adanya pertentangan dan permasalahan-permasalahan bagi manusia itu sendiri. Al-Quran seharusnya menjadi landasan bagi setiap individu, masyarakat, dan negara.
Namun sayangnya hari ini justru individu yang berpegang pada Al-Quran dan menyerukan untuk kembali kepada ajaran Islam (Al-Quran) dianggap radikal, bahkan sampai ada yang dikriminalisasi. Dalam sistem demokrasi, prinsip kedaulatan ditangan rakyat, menjadikan manusia berperan sebagai penentu hukum, yang berdasarkan hawa nafsu dan kepentingannya. Sejatinya, berpegang teguh kepada ajaran Al-Quran merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim dan sudah seharusnya terwujud pada diri setiap individu. Apalagi jika ingin membangun peradaban manusia yang mulia, maka haruslah menjadikan Al-Quran sebagai asas dalam kehidupan.
Saat ini hukum (aturan) Allah Swt. yang termaktub dalam Al-Quran banyak yang diabaikan. Meskipun peringatan Nuzulul Quran diadakan secara meriah oleh masyarakat dan negara, namun tidak dapat melahirkan perubahan bagi kemajuan umat. Seharusnya umat menyadari kewajiban berpegang teguh kepada ajaran Al-Quran secara keseluruhan dan bersedia memperjuangkannya agar Al-Quran dijadikan sebagai sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan. Al-Quran tidak boleh hanya sekadar dibaca, dilombakan, atau dihafalkan saja. Sebab, Al-Quran adalah Kalamullah yang wajib diterapkan.
Firman Allah,
"Dan Kami telah menurunkan kitab Al-Quran kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang telah diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki niscaya kamu dijadikannya satu umat (saja) tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikannya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan. (Q.S. Al-Maidah [5]: 48)
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya dakwah Islam Kaffah yang menyeru kepada umat yang dilakukan oleh jamaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran umat akan kewajibannya menerapkan Al-Quran secara nyata. Sehingga terwujud peradaban manusia yang agung, mulia, dan penuh keberkahan di dunia dan akhirat. Jika dunia dalam kegelapan, maka terangilah dengan cahaya Al-Quran.
Wallahualam bissawwab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook