Bahaya Penyakit Diabetes pada Anak
Eduaksi | 2025-01-03 16:35:45Gaya hidup di masa kini patut menjadi perhatian. Pasalnya, baik makanan maupun pola hidup yang dimiliki oleh generasi sekarang sangat jauh dari kata sehat. Dimulai dari makanan yang mengandung gula berlebihan dan tidak sesuai porsinya. Dari sisi pola hidup pun sama, gen z dikenal malas bergerak hingga gen alpha, generasi anak-anak kecil saat ini, mereka terlalu dimanjakan oleh kemudahan teknologi yang ada. Akibat dari seluruh hal tersebut ada pada diri mereka sendiri. Banyak dari mereka yang sudah terjangkit penyakit-penyakit yang biasa diderita oleh orang tua.
Salah satunya dan yang paling sering adalah penyakit diabetes. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. (WHO, 2024). Insulin sendiri merupakan hormone yang mengatur glukosa darah. Efek umum dari diabetes dikenal dengan hiperglikemia, merupakan peningkatan glukosa darah atau peningkatan gula darah. Efek ini tidak terkendali dari waktu ke waktu, sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada banyak sistem tubuh, terutama pada sistem saraf dan pembuluh darah.
Dahulu, diabetes dikenal dengan penyakit yang menyerang lansia (orang lanjut usia) dengan rentang usia ≥50 tahun. Namun, perbedaan zaman menunjukkan perbedaan yang signifikan pula. Di masa sekarang, anak kecilpun bisa terserang penyakit diabetes karena pola hidup yang kurang benar. Pada Januari 2023, tercatat oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) sebanyak 1.645 anak yang menderita diabetes. Angka ini menunjukkan penderita diabetes anak telah meningkat sebanyak 70% daripada penderita diabetes anak pada tahun 2010. Prevalensi kasusnya sebesasar 2 kasus per 100.00 anak. Sebagian besar penderita diabetes anak berjenis kelamin perempuan, dimana angka menunjukkan 60% dari seluruh penderita diabetes anak. Anak dalam kategori ini, merupakan anak dengan rentang usia 10 hingga 14 tahun ke atas. Sebanyak 46% penderita merupakan anak dengan rentang usia 10-14 tahun, dan 31% lainnya merupakan anak usia 14 tahun ke atas.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolic utama pada anak yang sifatnya kronis dan potensial menganggu tumbuh kembang anak. Tipe diabetes mellitus yang paling sering dijumpai pada anak adalah diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2. Perbedaan kedua tipe ini terletak pada penyebab dan fsktornya. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh jumlah kadar insulin yang rendah akibat kerusakan sel beta pankreas, sedangkan pada tipe 2 dapat terjadi karena resistansi insulin, resistansi insulin merupakan kondisi dimana ketika sel tubuh tidak dapat merespons hormon insulin dengan baik, sehingga gula darah tidak dapat diserap secara maksimal untuk menghasilkan energi. Jika dilihat dari faktornya, diabetes mellitus tipe 1 faktor utamanya adalah genetik dan autoimun tubuh yang lemah, sedangkan pada tipe 2 disebabkan oleh kesalahan pola hidup dan overweight/ kelebihan berat badan. Kasus diabetes mellitus yang paling sering ditemukan adalah diabetes tipe 1, sedangkan diabetes tipe 2 dijumpai hanya sebanyak 5% hingga 10% dari keseluruhan kasus diabetes anak yang ada.
Penyakit diabetes mungkin hampir tidak memiliki gejala pasti yang dirasakan oleh anak-anak penderitanya. Namun terdapat kemungkinan kecil terdapat gejala yang dirasakan, gejala-gejala tersebut sangat umum dan mirip pada diabetes tipe 1 dan 2. Gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sering buang air kecil dan kadang mengompol
2. Sering haus akibat sering buang air kecil
3. Merasa lapar yang berlebihan
4. Penurunan berat badan yang drastis
5. Penglihatan kabur
6. Tubuh lemah dan lesu
7. Kulit menghitam biasanya di bagian leher, ketiak, dan selangkangan
8. Infeksi pada luka yang sulit sembuh
Meningkatnya kasus penyakit diabetes mellitus yang secara drastis ini menimbulkan banyak spekulasi dan pendapat, dan dari banyaknya pendapat terdapat dua teori yang paling populer mengenai meningkatnya kasus. Teori pertama mengatakan bahwa anak yang mengalami diabetes tersebut bukan digolongkan pada golongan diabetes tipe 1 (Juvenille Diabetes) karena anak yang menderita diabetes di awali dulu dengan sindrom metabolisme seperti kelebihan berat badan yang mengakibatkan resistensi insulin atau kekurangan insulin, jadi secara kronologis, hal tersebut berbeda dengan kasus diabetes tipe 1. Sedangkan, pada kasus diabetes tipe 1, tubuh tidak bisa menghasilkan insulin dengan cukup karena adanya kerusakan pada sel pankreas. Jenis diabetes ini merupakan kelainan autoimun dan seringnya diderita oleh anak-anak dan remaja. Teori 2 lebih condong untuk melihat umur dari penderita diabetes itu sendiri, tanpa melihat penyebab dari penyakit tersebut. Teori tersebut mengatakan bahwa penderita dibawah usia 18 tahun tergolong ke dalam diabetes tipe 1.
Menurut saya pribadi, saya lebih setuju dengan teori pertama yang mengatakan bahwa anak penderita diabetes tidak diawali dengan kerusakan pada pankreas mereka, melainkan terdapat faktor lain seperti kelebihan berat badan sebagai bentuk dari sindrom metabolisme yang mengakibatkan resistensi insulin.
Selain faktor yang dikemukakan, terdapat faktor-faktor lain yang meyebabkan anak-anak menderita diabetes tipe 1. Faktor pertama, factor genetik. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit genetic, dengan kata lain, penyakit ini bisa diturunkan kepada keturunan sang penderita diabetes. Faktor ini kemungkinannya kecil, tetapi tidak dapat dihindari apabila sudah terserang. Dalam kasus ini, sang anak tidak dapat disalahkan karena ia merupakan korban dari penyakit yang diturunkan orang tuanya. Biasanya, sang orang tua lah yang memiliki kebiasaan tidak baik sehingga mengalami obesitas yang berujung pada penyakit diabetes.
Faktor lainnya merupakan faktor yang tengah menjadi sorotan saat ini, yakni faktor pula hidup. Di era serba digital seperti ini, memudahkan semua kalangan usia untuk mengakses internet dengan mudah, terutama media sosial. Suatu hal dengan mudahnya viral dan mempengaruhi khalayak ramai untuk mengikuti sebuah trend. Sangat disayangkan bahwa, hal-hal yang viral saat ini, terutama makanan dan minuman, jauh dari kata sehat. Kebanyakan makanan viral adalah sesuatu yang manis-manis, tentu saja memiliki kadar gula tinggi didalamnya. Didukung oleh perilaku mereka yang mager atau malas gerak, sehingga glukosa yang ada didalam tubuh menumpuk karena tidak memproduksi energi.
Semua masalah dan penyakit terebut dapat kita hindari dimulai dari niat yang ada di dalam diri sendiri. Sebagai anak muda yang nantinya akan meneruskan bangsa, kita patut mengerti hal-hal yang baik dan buruk bagi diri kita. Contohnya, alih-alih membeli minuman boba yang mengandung kadar gula tinggi, lebih baik kita meminum air putih yang cukup untuk tubuh kita, kita dapat aktif berolahraga ringan, sehingga berat badan dapat terjaga tetap ideal. Selain menjaga Kesehatan diri sendiri, kita juga harus menjaga lingkungan sekitar kita agar tidak terkena diabetes. Untuk itu, dapat dilakukan edukasi kepada masyarakat sekitar, terutama para orang tua untuk menjaga kesehatan anak mereka, dengan memberi makanan yang rendah gula, memahami nilai gizi yang terkandung dalam setiap makanan yang dikonsumsi, dan promosi edukatif dapat dilakukan. Untuk anak dan remaja yang telah terdiagnosa penyakit diabetes, dapat melakukan hal-hal berikut untuk mengendalikan diabetes yang dimiliki, pemantauan kadar glukosa dalam darah, menyuntikkan insulin setiap harinya, mengunjungi dokter secara berkala.
Masalah dpenyakit diabetes pada anak dan remaja merupakan masalah yang serius, ditambah dengan gaya hidup yang ada di era globalisasi seperti ini. Dampak yang dihasilkan penyakit diabetes pada tubuh sangat buruk. Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah edukasi tentang betapa bahaya penyakit diabetes dan cara mencegahnya.
Daftar Pustaka
World Health Organization. (2024). Diabetes. Diakses dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes
Yankes Kemenkes. (2023). Mengenal Diabetes Pada Anak. Diakses dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2612/diabetes-melitus-pada-anak
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.