Menggali Isu Transformasi Pendidikan: Apakah Deep Learning Akan Menjadi Pengganti Kurikulum Merdeka di Tahun 2025?
Pendidikan dan Literasi | 2025-01-01 08:38:54Dunia pendidikan pada akhir tahun ini sedang digempurkan oleh adanya berita mengenai pergantian kurikulum. Dimana pada tahun 2022 telah diluncurkannya Kurikulum Merdeka Belajar secara resmi oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim. Kurikulum ini diluncurkan demi mengejar ketertinggalan pendidikan pada masa pandemi Covid-19. Selanjutnya pada tahun ini muncul lah isu-isu mengenai pergantian kurikulum dan memuai pertanyaan: Apakah Kurikulum Merdeka akan terus digunakan, atau akan digantikan dengan yang lain, seperti deep learning? Pertanyaan ini semakin menarik perhatian setelah salah satu tokoh penting dalam dunia pendidikan Indonesia yaitu Abdul Mu’ti selaku Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), mengungkapkan bahwa belum ada keputusan resmi terkait kelanjutan atau penggantian Kurikulum Merdeka.
“Deep learning itu bukan kurikulum. Itu pendekatan belajar,” tegas Abdul Mu’ti, sebagaimana yang telah dilaporkan oleh Antaranews pada Sabtu, 9 November 2024.
Setelah pemaparan tersebut, dapat digarisbawahi bahwa masyarakat telah salah mengartikan dan menganggap deep leraning merupakan pengganti kurikulum. Deep learning sebagai pendekatan belajar ini lebih menekankan pada bagaimana siswa dapat memahami dan menginternalisasi materi secara mendalam, terutama dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dengan menghafal atau memahami secara teoritis. Hal ini jelas berbeda dari definisi kurikulum, yang mana kurikulum merupakan rencama dan pengaturan secara sistematis sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Kurikulum Merdeka: Sekilas Refleksi Singkat
Kurikulum Merdeka, yang diperkenalkan sebagai pengganti atau evaluasi dari Kurikulum 2013, telah membawa perubahan baru dalam pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini berfokus pada pembelajaran yang berbasis proyek, materi yang esensial, pemilihan mata pelajaran sesuai dengan minat siswa, dan numersi yang lebih mendalam. Setelah diimplementasikan, Kurikulum Merdeka mendapat berbagai respon yang beragam, mulai dari respon yang negatif sampai yang positif. Tetapi sebagai besar pihak telah menyambut dengan baik kurikulum ini, tetapi ada pula yang masih merasa penerapan kurikulum ini masih belum merata. Selain itu, dari hasil keputusan terkait kelanjutkan Kurikulum Merdeka menegaskan bahwa kurikulum ini masih dalam proses evaluasi. Situasi ini memberikan peluang untuk diskusi dan analisis lebih lanjut mengenai arah pendidikan nasional.
Deep Learning: Pendukung Kurikulum
Berebeda dari anggapan bahwa deep learning menggantikan kurikulum tahun 2025, pendekatan ini sebenarnya dapat berjalan seiringan dengan kurikulum sekarang, yaitu Kurikulum Merdeka. Dengan melibatkan pada pendekatan deep learning yang berfokus di pemahaman mendalam yang saling berhubungan antar konsep serta penerapan materinya dengan situasi nyata. Deep learning sangat mendukung pembelajaran berbasis proyek yang dimana hal ini menjadi salah satu keunggulan Kurikulum Merdeka. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), deep learning ini dapat membantu para siswa untuk memahami lebih dalam mengenai ekosistem yang tidak sekedar sebagai konsep teoritis, tetapi juga sebagai sesuatu yang dapat di amati, pelajari, dan analisis langsung di lingkungan sekitar. Contoh lainnya adalah hubungan antar matematika dengan transaksi keuangan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendekatan ini dapat membuka peluang besar bagi para siswa untuk memahami hubungan yang lebih mendalam antara teori dan praktik. Selain itu juga dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih positif.
Tantangan dan Implementasi Deep Learning
Meskipun deep learning memiliki banyak manfaat yang positif, untuk mengimplementasikan deep learning ini harus menghadapi berbagai tantangan. Seperti tantangan pada kesenjangan teknologi, yang diketahui bahwa tidak semua sekolah di Indonesia memiliki akses ke internet dan perangkat teknologi yang memadai. Sedangkan teknologi digital yang canggih sangat dibutuhkan untuk menunjang pengaplikasian deep learning. Selain itu, tantangan pada kesiapan para guru, yang mana dalam sistem pendidikan guru merupakan peran yang sangat penting. Dalam penerapan deep learning ini dibutuhkan pemahaman atau pelatihan yang cukup, tetapi tidak semua guru memiliki pemahaman tersebut.
Seperti yang disampaikan oleh Abdul Mu’ti, deep learning merupakan sebuah pendekatan, bukan kurikulum. Maka deep learning seharusnya dilihat sebagai bagian dari perkembangan metode pembelajaran jika diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dengan begitu, transformasi pendidikan ini sebaiknya tidak hanya berfokus pada perubahan atau mempertahankan kurikulum saja. Tetapi juga memastikan implementasi metode-metode modern tersebut dapat memperkaya pengalaman belajar para siswa. Selain itu, keputusan akhir mengenai kurikulum 2025 nantinya akan menjadi penentu untuk arah pendidikan nasional. Namun yang terpenting adalah memastikan kebijakan yang akan diambil nantinya yang tetap berpusat pada siswa dan bagaimana pendidikan itu dapat mempersiapkan mereka untuk menghadapi masalah di masa depan. Menggabungkan Kurikulum Merdeka dengan pendekatan deep learning dapat menjadi solusi untuk menciptakan sistem pendidikan yang inovatif dan efisien.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.