Manfaat Membaca Buku dalam Membentuk Karakter dan Pemikiran Kritis
Eduaksi | 2025-01-03 18:52:48Membaca buku di era digital merupakan upaya yang sangat penting untuk mempertahankan kebiasaan membaca. Karena membaca buku dapat melatih otak untuk berpikir secara kritis dan analitis, membantu kita memahami plot cerita, karakter, dan tema dalam sebuah cerita yang merangsang kemampuan berpikir lebih dalam. Kegiatan membaca juga meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Selain itu, membaca dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental dengan mengalihkan perhatian dari kecemasan dan menurunkan kadar hormon stres, sehingga membuat kita merasa lebih tenang dan santai. Buku juga memungkinkan kita untuk memasuki dunia dan perspektif orang lain, yang membantu membangun empati dan memperluas wawasan tentang budaya serta kehidupan orang lain, menciptakan hubungan yang lebih dalam antara individu.
Lebih jauh lagi, membaca buku dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita, karena seperti yang diungkapkan dalam kata mutiara "Buku adalah Jendela Dunia," buku menyimpan berbagai informasi yang dapat membuka cakrawala baru. Membaca dapat membuka wawasan kita tentang berbagai pengetahuan yang sebelumnya sudah kita ketahui. Selain itu, semakin banyak kita membaca buku, kosa kata kita pun akan bertambah. Hal ini tentu saja membantu kita untuk menyampaikan pendapat dengan bahasa yang lebih lugas dan meningkatkan rasa percaya diri saat berbicara dengan orang lain.
Terlebih lagi, terbentuknya karakter seseorang akan berpengaruh terhadap mutu satuan pendidikan di Indonesia. Membangun rasa cinta terhadap membaca pada kalangan siswa diharapkan akan dapat menumbuhkan keterampilan menulis, yang akhirnya dapat mendukung mereka untuk menciptakan karya yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Siswa yang kreatif, inovatif, kritis, dan berkarakter akan meningkatkan berbagai prestasi sekolah dan mutu pendidikan yang ada di Indonesia.
Namun, meskipun manfaat membaca sangat besar, jika dilihat dari data statistik yang ada, minat baca di Indonesia kini mulai menurun. Menurut data dari UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, yaitu hanya 000,1%, yang berarti dari seribu orang, hanya satu orang yang rajin membaca. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) dalam laman resminya juga pernah melakukan riset yang bertemakan World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, dan hasilnya Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Untuk itu, membangun kebiasaan membaca memang bisa menjadi tantangan, namun dengan pendekatan dan strategi yang tepat, kamu bisa mengintegrasikan kebiasaan ini dalam kehidupan sehari-hari. Langkah pertama adalah menetapkan tujuan yang realistis. Seperti halnya dengan aspirasi lainnya, kamu perlu menetapkan tujuan yang bisa dicapai secara konsisten. Misalnya, mulailah dengan membaca 10 halaman setiap hari, kemudian tingkatkan jumlahnya secara bertahap. Memiliki tujuan yang realistis akan membantu kita semakin termotivasi dalam proses belajar. Selanjutnya, pilihlah buku yang sesuai dengan minat dan tujuanmu. Membaca buku yang menarik akan membuat waktu membaca lebih menyenangkan. Terakhir, ciptakan lingkungan yang kondusif untuk membaca, seperti ruang yang nyaman tanpa gangguan. Lingkungan yang mendukung, seperti penerangan yang baik, kursi yang nyaman, dan suasana yang tenang, akan membantu meningkatkan konsentrasi dan memungkinkan kamu untuk lebih fokus saat membaca.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.