
Gelar Tak Menjamin Kompetensi, Perlukah Pola Pikir Beralih ke Vokasi?
Sekolah | 2025-01-03 18:17:15
Pola pikir generasi muda saat ini telah menempatkan gelar sebagai acuan kesuksesan. Banyak lulusan sarjana juga memilih untuk bekerja di luar bidang yang digelutinya selama berkuliah. Hal ini tentu menjadi persoalan dalam transformasi menuju Indonesia maju. Di luar sana, banyak orang tua bekerja keras agar anaknya mendapatkan gelar sarjana.
Alternatif pendidikan yang dapat menjadi solusi permasalahan ini adalah pendidikan vokasi. Namun, masih banyak masyarakat yang berpikir pendidikan vokasi lebih rendah dibanding pendidikan sarjana. Ada kecenderungan pola pikir pemerintah serta masyarakat yang menggunakan konsep defisit terhadap pendidikan vokasi yang dianggap sebagai tempat bagi seseorang yang memiliki prestasi akademik atau ekonomi rendah. Berdasar pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sukoco dkk. di tahun 2019 didapatkan bahwa pola pikir tersebut dapat muncul karena kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pendidikan vokasi di era society 5.0 dan ketidaktahuan akan perbedaan antara pendidikan vokasi dan sarjana. Oleh karena itu, diperlukan rekonstruksi pola pikir fundamental yang menatar berbagai kalangan terhadap alternatif pendidikan.
Adanya sistem pendidikan nasional di Indonesia memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan serta kualitas kehidupan dan harkat manusia guna mewujudkan tujuan nasional Bangsa Indonesia. Menurut Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, penyelenggaraan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia dibagi menjadi 3, yaitu pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi bertujuan mempersiapkan dan meluluskan mahasiswa dalam keahlian, keterampilan, dan kecakapan dibidangnya masing-masing yang siap akan dunia kerja. Pendidikan vokasi sendiri mengutamakan mata kuliah praktik dibandingkan mata kuliah teori dengan perbandingan 70% praktik banding 30% teori. Sebaliknya, mata kuliah pendidikan akademik seperti sarjana memiliki perbandingan 30% praktik banding 70% teori. Dengan perbandingan antara mata kuliah praktik lebih besar dibanding teori, diharapkan lulusan pendidikan vokasi dapat langsung bekerja di suatu perusahaan lebih lagi dapat membuka lapangan kerja.
Peserta didik yang lebih nyaman belajar dengan metode praktik langsung cenderung memilih mengambil pendidikan vokasi. Sebaliknya, ketika seseorang lebih nyaman belajar dengan banyak membaca teori cenderung akan mengambil pendidikan akademik atau sarjana. Berdasarkan penjelasan dari Direktur Vokasi Universitas Negeri Surabaya, Dr. Martadi M.Sn. bahwa pendidikan vokasi dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan terutama dalam bidang kurikulum harus menyesuaikan dengan kebutuhan industri yang berkembang secara dinamis. Beliau mengutip bahwa meniti karir tidak hanya dapat melalui satu pintu. Saat ini, semua bergantung pada minat bakat masing-masing individu. Beliau juga mengatakan
“Vokasi bukan tidak ada pilihan melainkan adalah sebuah pilihan untuk berkarir setara dengan jalur akademik.”
Menjemput era society 5.0, dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing, terbuka, adaptif, dan tanggap terhadap berbagai perubahan atau perkembangan, memiliki keterampilan serta kecakapan selain sumber daya manusia yang memahami berbagai teori. Maka, pendidikan vokasi dapat menjadi solusi untuk melengkapi bagian yang rumpang dalam suatu industri. Adanya banyak perkembangan dalam program atau kurikulum pendidikan vokasi menghasilkan sektor ekonomi yang meningkat.
Mahasiswa lulusan pendidikan vokasi akan mampu bersaing secara global dengan mengandalkan kemampuannya yang fokus pada pengembangan keterampilan, keahlian, dan kecakapan dalam bidangnya masing-masing. Lulusan vokasi didasarkan pada konseptual “Learning By Doing” yang mana wujud belajarnya adalah praktiknya secara langsung, sehingga menjadi adaptif terhadap kondisi lapangan yang terjadi. Sosialisasi tentang pendidikan vokasi harus lebih digaungkan agar bisa mengubah pola pikir masyarakat, bahwasanya berkuliah tidak melulu soal gelar. Pendidikan vokasi hadir menjadi sebuah pertimbangan untuk menjawab tantangan global tentu dengan pendidikan yang berintelektual. Bukan sekadar orang lapangan yang tahu arti teori dan pengertian, melainkan mahasiswa pilihan yang adaptif dengan tantangan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.