Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Moch. Hanif Avisena Herlangga - UNAIR

Mampukah Kecerdasan Buatan Gantikan Tenaga Kesehatan

Riset dan Teknologi | 2024-12-31 23:11:29

Kecerdasan buatan saat ini diterapkan secara luas di banyak sektor, termasuk sektor kesehatan. Kini ada keraguan dan diskusi intens tentang kemungkinan kecerdasan buatan mengambil alih fungsi tenaga kesehatan. Beragam pandangan positif dan negatif muncul mengenai penggantian tenaga kesehatan oleh kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan sering kali dipandang sebagai jawaban modern untuk menghadapi tantangan dalam sistem kesehatan. Ini mencakup memberikan lebih banyak waktu bagi tenaga medis untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Walaupun demikian, berdasarkan tingkat kebaruan kecerdasan buatan, hanya ada sedikit sekali bukti konkret mengenai bagaimana dampak kecerdasan buatan terhadap hubungan pasien dan dokter. Hal yang krusial dalam merawat pasien adalah memberikan panduan untuk membuat pilihan medis yang benar dan membangun kepercayaan dalam interaksi antara dokter dan pasien. Aspek penting ini menjadi sulit dicapai jika menggunakan teknologi mengeksplorasi bagaimana kecerdasan buatan bisa berkontribusi dalam dunia medis. Kecerdasan buatan dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam merawat pasien. Selain itu, pendidikan medis perlu menyesuaikan diri dan menambah kurikulum mengenai kecerdasan buatan.

Penelitian ini sudah pernah diteliti oleh seorang civitas akademika univeristas Udayana, Bali. Hasil karyanya diterbitkan pada jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SEHATI ABDIMAS) 2023 Vol. 6 No.1, Tahun 2023.

Menurutnya Penerapan teknologi kecerdasan buatan di sektor kesehatan diprediksi akan mengalami peningkatan yang signifikan. Saat ini, beberapa area penggunaannya meliputi pengeditan gen, penelitian untuk pengobatan, terapi yang disesuaikan dengan individu, layanan kesehatan tambahan, dan deteksi penyakit. Implementasi kecerdasan buatan dalam bidang kesehatan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu visual dan fisik. Kecerdasan buatan fisik mencakup aktivitas seperti pembedahan menggunakan robot dan apotek otomatis, sedangkan kecerdasan buatan visual mencakup hal-hal seperti catatan medis digital, pengingat untuk janji perawatan, dan aplikasi pemantauan kesehatan. Penggunaan teknologi kecerdasan buatan dalam bidang kesehatan dan pengobatan merupakan bidang yang berkembang pesat dan memiliki potensi besar.

Keuntungan Menggunakan Kecerdasan Buatan

1. Analisis data secara real-time dapat membantu meningkatkan hubungan dokter-pasien

Dengan memberikan akses kepada pasien melalui perangkat seluler untuk data medis yang paling relevan, penyedia layanan kesehatan dapat mendorong keterlibatan aktif pasien dalam rencana perawatan mereka. Untuk mengenali dan mengatasi masalah kesehatan secara efektif, akses cepat kepada informasi yang akurat sangatlah penting. Petugas medis dapat segera diberitahukan tentang perubahan signifikan atau keadaan darurat via perangkat seluler. Kecerdasan buatan berpotensi membantu dokter serta penyedia layanan kesehatan lainnya dalam membuat keputusan yang lebih cepat dan lebih tepat.

2. Menyederhanakan tugas

Kecerdasan buatan telah mentransformasi cara kerja sektor kesehatan di seluruh dunia. Inovasi mencakup metode untuk mengatur janji temu, menganalisis data medis, dan menyimpan catatan pasien. Teknologi ini telah memungkinkan fasilitas kesehatan untuk mengotomatiskan tugas-tugas yang sebelumnya melelahkan dan sensitif. Contohnya, peralatan radiologi canggih dapat mengidentifikasi indikasi visual yang penting, sehingga menghilangkan kebutuhan pemeriksaan manual yang mungkin memakan waktu berjam-jam. Alat otomatis lainnya juga tersedia untuk menjadwalkan janji, memantau pasien, dan memberikan rekomendasi pengobatan. Salah satu tugas yang dipermudah oleh kecerdasan buatan adalah verifikasi asuransi. Teknologi ini digunakan untuk mengurangi biaya yang disebabkan oleh penolakan klaim asuransi.

3. Menghemat waktu dan sumber daya

Dengan otomatisasi prosedur penting, dokter dan perawat dapat lebih fokus pada perawatan pasien. Kecerdasan buatan menyederhanakan berbagai proses, sehingga menghemat waktu dan uang bagi sektor kesehatan. Kecerdasan buatan memiliki potensi untuk menghemat biaya yang signifikan karena waktu berkaitan erat dengan pengeluaran dalam bisnis manapun. Diperkirakan bahwa setiap tahun, lebih dari 200 miliar dolar dalam sektor kesehatan terbuang sia-sia. Permasalahan administratif seperti pencatatan, audit, dan manajemen akun merupakan faktor utama penyebab pengeluaran yang tidak perlu ini.

4. Membantu proses penelitian

Kecerdasan buatan memungkinkan para peneliti untuk mengumpulkan data dalam jumlah besar dari berbagai sumber. Ketika akses terhadap informasi yang melimpah dan terus berkembang tersedia, analisis tentang penyakit berbahaya dapat dilakukan dengan lebih baik. Penelitian dapat mengambil manfaat dari kumpulan informasi yang banyak terkait dengan data waktu nyata, sepanjang informasi tersebut mudah dipahami.

5. Menyediakan data secara real-time

Untuk mendeteksi dan menangani isu kesehatan dengan cepat, akses terhadap data yang dapat dipercaya sangat diperlukan. Teknologi kecerdasan buatan memiliki kemampuan untuk sangat membantu tenaga medis dalam mengambil keputusan klinis dengan lebih cepat dan tepat. Hasil yang lebih cepat dan akurat dapat menghasilkan tindakan pencegahan yang lebih baik, efisiensi biaya, serta mengurangi waktu tunggu bagi pasien.

Peran Kecerdasan Buatan bagi Dunia Medis Masa Kini

Kecerdasan buatan hanyalah sebuah alat yang tidak dapat menggantikan peranan tenaga kesehatan di dalam dunia medis. Namun, dokter yang tidak memahami kecerdasan buatan akan tersaingi oleh mereka yang menguasai aspek-aspek kecerdasan buatan. Salah satu keunikan tenaga kesehatan yang tidak bisa ditiru oleh kecerdasan buatan adalah interaksi psikologis yang terjadi antara manusia, pemahaman situasi, dan kemampuan untuk mempertimbangkan faktor spesifik dalam setiap kasus. Tenaga kesehatan mampu menginterpretasikan bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh pasien, termasuk mempertimbangkan aspek ekonomi, budaya, sosial, dan lingkungan. Sebaliknya, kecerdasan buatan hanya beroperasi berdasarkan algoritma yang diprogramkan. Dengan demikian, kecerdasan buatan berpotensi untuk membuat keputusan yang tidak sesuai untuk situasi yang tidak tercakup dalam algoritmanya.

Kecerdasan buatan memiliki fokus pada penggunaan mesin yang dioperasikan oleh komputer sehingga dapat meniru kemampuan berpikir manusia. Penggunaan kecerdasan buatan di bidang medis telah mengalami pertumbuhan yang pesat, mencakup aspek diagnosis, penelitian obat, penyesuaian terapi, penelitian genetik, layanan kesehatan, dan kesehatan masyarakat. Kecerdasan buatan menawarkan manfaat dari segi kecepatan, tetapi terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan terkait etika dan privasi data.

Kecerdasan buatan dapat digunakan untuk memperbaiki metode perawatan, mengukur tingkat efisiensi pengobatan yang diberikan, memprediksikan faktor risiko maupun diagnosis penyakit pada tahap awal, rekam medis elektronik, serta monitor kondisi pasien secara real-time, termasuk melakukan early warning scores, menyesuaikan pengobatan yang sedang berjalan, dan menemukan obat baru. Beberapa penyakit yang diteliti menggunakan kecerdasan buatan antara lain stroke, leukemia, diabetes, Alzheimer, kardiovaskuler, maupun kanker. Kecerdasan buatan dapat melakukan high speed body scan bahkan mereka ulang tubuh pasien dalam bentuk 3D. Tes skrining lebih mudah dilakukan dengan bantuan kecerdasan buatan sehingga bisa ditemukan dalam tahap awal

Kesimpulan

Kecerdasan buatan berpotensi meningkatkan penilaian medis yang dibuat oleh dokter atau bahkan menggantikan penilaian manusia di beberapa area fungsional. Algoritma, menurut pendapat Bennett dan Hauser, dapat membantu penilaian klinis dengan mempercepat prosedur dan kuantitas perawatan yang diberikan, yang berdampak baik pada harga layanan kesehatan. Hasilnya, teknologi kecerdasan buatan dapat memfasilitasi pekerjaan para ahli medis dan membantu tindakan mereka. Di masa yang akan datang, pengembangan kecerdasan buatan harus dipastikan untuk berdampak positif bagi hubungan dokter dan pasien.

Namun pada dasarnya, Kecerdasan buatan tidak bisa menggantikan peran petugas kesehatan, terutama dalam aspek interaksi emosional, kemampuan untuk mengambil keputusan, serta pemahaman tentang konteks situasi yang dihadapi. Meskipun demikian, para tenaga kesehatan perlu mengikuti kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, agar dapat memanfaatkan inovasi tersebut dalam menganalisis penyakit yang dialami oleh pasien. Penelitian lebih lanjut dianjurkan untuk mengeksplorasi kemungkinan perkembangan kecerdasan buatan di masa mendatang serta bagaimana teknologi ini bisa disesuaikan dengan kondisi pasien, dokter, dan berbagai jenis penyakit yang ada.

Oleh Moch. Hanif Avisena, Mahasiswa Univeristas Airlangga Fakultas Vokasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image