Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image andita setyaningrum

Meningkatnya Kasus Identity Crisis di Kalangan Gen-Z: Who am I?

Ekspresi | 2024-12-27 16:14:46

Meningkatnya Kasus Identity Crisis di Kalangan Gen-Z: Who am I?

Faktor Penyebab Meningkatnya Krisis Identitas di Kalangan Gen-Z:

Teknologi dan Media Sosial: Media sosial memainkan peran besar dalam membentuk identitas Gen-Z. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menyajikan citra ideal yang sering kali tidak realistis. Perbandingan diri dengan orang lain bisa memicu perasaan kurang percaya diri dan kebingungan akan siapa diri mereka sebenarnya.

Perubahan Sosial yang Cepat: Globalisasi dan kemajuan teknologi memperkenalkan banyak ide, budaya, dan nilai-nilai baru yang bisa membingungkan Gen-Z dalam menentukan identitas mereka. Mereka hidup di dunia yang lebih terbuka dan pluralistik, di mana berbagai pandangan hidup saling berbenturan.

Peran Orang Tua dan Lingkungan Sosial: Kehidupan keluarga yang tidak stabil atau pengaruh lingkungan yang tidak mendukung dapat memperburuk krisis identitas. Gen-Z sering merasa tidak dipahami oleh orang dewasa, terutama orang tua yang mungkin tidak memahami dunia digital dan tantangan yang mereka hadapi.

Ketidakpastian Ekonomi dan Masa Depan: Tantangan ekonomi, seperti pengangguran dan ketidakpastian pekerjaan di masa depan, menyebabkan banyak anggota Gen-Z merasa cemas dan bingung tentang arah hidup mereka. Ketidakpastian ini sering kali berkontribusi pada pencarian jati diri yang lebih mendalam.

Gejala Krisis Identitas pada Gen-Z:

Kebingungan tentang Tujuan Hidup: Gen-Z sering merasa bingung tentang arah hidup mereka. Mereka mungkin merasa terjebak antara harapan keluarga dan keinginan pribadi yang berbeda.

Perubahan Identitas Seksual: Banyak dari Gen-Z yang sedang berjuang untuk menemukan identitas seksual mereka. Keterbukaan terhadap orientasi seksual yang lebih beragam menyebabkan banyak orang muda mengeksplorasi dan kadang meragukan identitas seksual mereka.

Keterasingan Sosial: Meskipun terhubung melalui teknologi, banyak Gen-Z merasa kesepian dan terasing dari teman-teman mereka atau bahkan keluarga, karena perbedaan cara pandang atau pengalaman hidup yang berbeda.

Pencarian Makna dan Tujuan: Gen-Z sering kali merasa kosong dan mencari makna hidup yang lebih mendalam. Mereka bertanya pada diri sendiri, "Who am I?" dan sering kali merasa kesulitan untuk menemukan jawaban yang memadai.

Dampak Krisis Identitas pada Gen-Z:

Kesehatan Mental: Krisis identitas dapat memicu masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan makan. Perasaan tertekan karena tidak tahu siapa diri mereka dapat mengarah pada perasaan putus asa.

Konflik Keluarga: Krisis identitas sering kali menyebabkan ketegangan antara Gen-Z dan orang tua atau pengasuh mereka. Perbedaan cara pandang dan harapan dapat memperburuk konflik.

Pengaruh pada Hubungan Sosial: Ketidakjelasan identitas dapat membuat Gen-Z merasa kesulitan membangun hubungan yang sehat dan stabil dengan teman-teman atau pasangan mereka.

Mengatasi Krisis Identitas:

Mencari Dukungan Sosial: Menyadari bahwa krisis identitas bukanlah hal yang harus dihadapi sendirian adalah langkah pertama untuk mengatasinya. Berbicara dengan teman, keluarga, atau seorang profesional bisa sangat membantu.

Refleksi Diri: Mengambil waktu untuk merenung dan menganalisis apa yang benar-benar penting bagi diri sendiri bisa membantu seseorang menemukan tujuan hidup mereka.

Pendidikan dan Pemahaman Diri: Mengetahui lebih banyak tentang berbagai konsep diri dan dunia yang ada dapat membantu seseorang untuk lebih memahami posisi mereka dalam dunia ini.

Berfokus pada Kesehatan Mental: Aktivitas seperti meditasi, olahraga, dan terapi dapat membantu Gen-Z untuk menjaga keseimbangan emosional dan mental.

Krisis identitas yang dialami oleh Gen-Z adalah masalah yang kompleks dan berlapis, yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal dan internal. Namun, dengan adanya kesadaran akan permasalahan ini dan upaya untuk mencari dukungan, krisis identitas ini dapat diatasi. Generasi muda ini harus diberi ruang untuk mengeksplorasi diri mereka tanpa merasa tertekan, dengan adanya bimbingan dari orang tua, pendidik, dan masyarakat secara keseluruhan.

Sumber:

  1. Arnett, J. J. (2015). Emerging Adulthood: The Winding Road from the Late Teens Through the Twenties. Oxford University Press.
  2. Rosen, L. D. (2021). The Digital World and Gen-Z's Search for Identity. Journal of Social and Personal Relationships.
  3. Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and Crisis. Norton & Company.
  4. Twenge, J. M. (2017). iGen: Why Today's Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy–and Completely Unprepared for Adulthood. Atria Books.
  5. American Psychological Association (APA). (2020). Identity and Mental Health in Adolescents. APA.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image