Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Resma Asih

Hanya dengan Komunikasi, Pasien dapat Sembuh!

Eduaksi | 2024-12-23 20:39:22

Beberapa orang mungkin mengalaminya. Banyak orang pergi ke dokter dengan harapan mendapatkan obat dan sembuh. Namun, hanya berbincang dengan dokter saja dapat memberikan kesembuhan. Bagaimana bisa? Inilah salah satu kuncinya: komunikasi terapeutik.

Tenaga kesehatan sedang berkomunikasi dengan pasien (Sumber: https://pulmonaryhypertensionnews.com)

Komunikasi terapeutik adalah interaksi tatap muka antara petugas kesehatan dengan pasien yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan emosional dan fisik pasien. Komunikasi ini juga melibatkan keterampilan mendengarkan aktif dan empati, yang sangat penting dalam membangun hubungan terapeutik.

Komunikasi terapeutik bekerja dengan cara menciptakan rasa aman dan nyaman kepada pasien. Terciptanya rasa aman dapat membantu membangun kepercayaan pasien kepada dokter mereka. Ketika pasien merasa didengar dan dipahami, terdapat kecenderungan pasien akan/mereka cenderung lebih terbuka dengan keluhan dan gejala yang dialami.

Komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien dapat mengurangi kecemasan dan stres, yang sering kali memperburuk kondisi pasien. Melalui komunikasi terapeutik, pasien mendapatkan dukungan emosional untuk meningkatkan kesejahteraan mental pasien yang berimbas dalam peningkatan proses penyembuhan fisik.

Komunikasi terapeutik tak hanya membantu dokter dalam menentukan diagnosa dan pengobatan. Dikarenakan kepercayaan yang sudah terbangun lewat komunikasi terapeutik, pasien lebih mungkin mengikuti saran dan rekomendasi yang diberikan bahkan tanpa pengobatan.

Ini merupakan tugas bagi petugas kesehatan untuk selalu mempraktikkan komunikasi terapeutik sebagai komunikasi yang baik dengan pasien secara konsisten. Mereka perlu terus mengembangkan keterampilan ini melalui pelatihan dan pengalaman praktik. Petugas kesehatan dapat memulainya dengan berempati dengan pasien untuk membangun kepercayaan dengan pasien. Selain itu, diperlukan komunikasi terbuka serta menjadi pendengar yang aktif. Petugas kesehatan harus memberikan perhatian penuh kepada pasien saat mereka berbicara, menghadirkan rasa didengar dan dipahami oleh pasien dengan mengulang apa yang pasien ceritakan untuk memastikan pemahaman.

Tak hanya itu, komunikasi non verbal juga harus diperhatikan. Sebaiknya, petugas kesehatan memberikan gestur atau bahasa tubuh yang menunjukkan keterbukaan, ketertarikan, dan empati. Hal-hal kecil seperti kontak mata dan ekspresi wajah kadang berperan penting dalam proses ini. Selain itu, memahami kebiasaan atau budaya masyarakat sekitar juga sangat membantu dalam meningkatkan pemahaman dan efektivitas komunikasi.

Dalam berkomunikasi, tentunya petugas kesehatan harus memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami kepada pasien. Ini membantu pasien merasa turut terlibat dalam proses perawatan mereka. Keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan juga merupakan aspek penting dari komunikasi terapeutik. Terakhir, lingkungan seperti ruangan praktik yang nyaman serta waktu yang cukup juga mendukung penerapan komunikasi terapeutik ini.

Secara keseluruhan, komunikasi terapeutik merupakan alat vital bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan berkualitas tinggi. Dengan komunikasi terapeutik, tenaga kesehatan dapat meningkatkan kepuasan pasien, mempercepat proses penyembuhan, membangun hubungan terapeutik, serta meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan komunikasi terapeutik harus menjadi fokus utama dalam pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, termasuk pelatihan tentang kesadaran budaya dan sensitivitas terhadap latar belakang pasien.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image