Literasi Ibu dalam Keluarga
Pendidikan dan Literasi | 2024-12-23 15:13:35Setiap perempuan yang sudah menikah pasti perannya bertambah banyak. Ketika ia membentuk keluarga baru bersama seorang laki-laki, ia memiliki peran baru sebagai istri dan ibu. Dalam keluarga konvensional, perempuan memegang peran utama dalam mengatur dan mengelola segala urusan kerumahtanggaan yang terdiri dari menyediakan makanan maupun minuman untuk seluruh anggota keluarganya, mendidik, menjaga, serta mangasuh anak, serta membuat keluarga selalu merasa nyaman di dalam rumah (Ilah, dkk., 2021 dalam Febrian, 2021). Kondisi ini mungkin agak berbeda di keluarga-keluarga modern yang menerapkan prinsip kesetaraan antara suami dan istri. Keluarga modern menerapkan kerja sama antara suami dan istri dalam urusan kerumahtanggaan. Namun, tugas kodrati perempuan berupa hamil, melahirkan, menyusui, dan merawat bayi akan terus melekat pada perempuan yang sudah menjadi ibu. Saat sudah merasakan kehadiran janin di dalam rahimnya, perempuan akan merasakan peran mulai dari mengandung selama 9 bulan, merasakan proses melahirkan, merasakan aktivitas menyusui, dan mengasuh bayi, tentu dengan dukungan suami dan keluargannya. Perempuan yang sudah menjadi ibu adalah orang dalam keluarga yang paling pertama faham keadaan tumbuh kembang seorang anak, baik secara psikis maupun psikologis. Setiap anak yang terlahir ke dunia secara alamiah akan belajar, baik itu belajar melihat, belajar mendengar, belajar berbicara, belajar berjalan, belajar memegang barang, belajar membaca, belajar menulis, dan lain-lain. Ibu adalah sosok pertama yang berinteraksi dengan anak dalam proses tumbuh kembang dan belajarnya. Ibu bersama dengan ayah adalah tempat utama anak membentuk konsep diri dan membentuk pandangannya tentang dunia. Pada setiap fase pertumbuhan anak, ibu memiliki peran paling penting dalam mendidik anak agar berkembang baik sesuai harapan.
Dalam jurnalnya, Kamila (2020) menjelaskan tiga peran utama seorang ibu dalam mendidik anaknya. Peran pertama adalah menyediakan kebutuhan anak, artinya secara alami ibu adalah tempat utama anak bergantung mendapatkan air susu untuk perkembangan otak dan fisiknya, juga mendapatkan kasih sayang untuk perkembangan emosinya. Agar peran ini berjalan dengan baik, seorang ibu sangat membutuhkan dukungan suami dan keluarganya. Jika peran penyedia kebutuhan fisik dan emosi anak berjalan dengan baik, maka perkembangan anak akan baik pula. Peran kedua adalah menjadi teladan dan role model bagi anak. Anak merekam semua ucapan dan perbuatan ibu dan ayahnya baik secara sadar atau tidak sadar, kemudian menirukannya secara alami saat proses pertumbuhan, bahkan ada yang melekat seumur hidup. Seorang ibu yang menyadari bahwa setiap ucapan dan tindakannya dijadikan model oleh anaknya, akan senantiasa menyertakan nilai-nilai kebaikan dalam kesehariannya bersama anak. Peran ketiga adalah memberikan stimulasi tumbuh kembang untuk anak. Ibu berperan penting memberikan stimulasi yang tepat agar tumbuh kembang anak berjalan dengan baik. Ibu bersama ayah adalah stimulator utama saat anak mengembangkan kemampuan motorik halus dan kasar. Ibu bersama ayah juga membimbing dan memberikan stimulasi saat anak belajar mengenal benda-benda di sekitarnya, mengenal bahasa dan huruf, dan mengenal nilai-nilai kehidupan.
Saat menjalankan peran di bidang pendidikan keluarga, seorang ibu bertindak sebagai subyek sekaligus obyek. Berperan sebagai obyek artinya seorang ibu adalah sebagai peserta didik yang wajib menjalani proses belajar untuk mengembangkan dirinya. Sedangkan berperan sebagai subyek artinya seorang ibu menjalankan tugas sebagai pendidik secara langsung bagi anaknya. Ketika seorang ibu menjadi subyek pendidikan, yang berperan sebagai peserta didik adalah anaknya. Seorang anak belajar tentang dunia di sekitarnya, terutama dari ibu dan ayahnya sejak usia dini. Vygotsky (1962) berbicara tentang zona perkembangan lanjut, dimana orang tua-lah yang menentukan tingkat pengetahuan anak, dan kemudian memperluas pengetahuannya dengan wawasan baru dan pengalaman. Anak mendengarkan berbagai suara meskipun awalnya tidak mengerti artinya, dia mendengarkan nada, cara pengucapan orang tuanya, dan belajar menghasilkan suara sendiri. Peran nyata seorang ibu sebagai subyek pendidikan sama pentingnya dengan guru di sekolah, termasuk peran menumbuhkan minat baca anak dan juga mengajari anak membaca. Pergar dan Hadela (2020) menjelaskan karena membacakan buku untuk anak itu penting dilakukan sejak lahir, peran ibu dan ayah sangat krusial dalam rangka mengembangkan kebiasaan membaca, sebagaimana para pendidik dan staf perpustakaan di sekolah. Melalui proses menyimak orang tuanya membaca, dan kegiatan membaca bersama orang tuanya, anak mempelajari perbendaharaan kata baru, menciptakan kalimat dan cerita, memperkaya kosa kata dan mengembangkan keterampilan membaca. Selain memperkaya kosa kata dan berbicara, membacakan buku untuk anak juga membantu menumbuhkan imajinasi, serta mengembangkan kecerdasan kognitif dan emosional. Ibu yang rajin membaca bersama anak akan memperkuat ikatan emosi dan menumbuhkan komunikasi kasih sayang yang lebih harmonis.
Menurut Čudina-Obradović (2002) dalam Pergar dan Hadela (2020), fase kemampuan membaca dimulai dari perkembangan bicara, ketika ibu dan ayah aktif mengajak anak bicara tentang nama-nama orang, nama-nama benda, aktivitas sehari-hari, mengembangkan konten percakapan, dan semua itu adalah prinsip dasar untuk perkembangan kemampuan membaca anak di masa depan. Ketika ibu membacakan cerita untuk anak, lama-lama anak akan mulai memahami isi cerita dan karakter-karakter di dalamnya, lalu menikmati pengulangan cerita. Secara alami, anak senang dibacakan kisah oleh ibunya. Oleh karena itu, bercerita atau berkisah hendaknya menjadi kegiatan sehari-hari para ibu dan didukung oleh ayah. Kegiatan membacakan buku cerita bergambar sebelum tidur bisa memperkuat ikatan antara anak dengan ibu nya dan juga ayahnya. Saat ibu bercerita sambil memperlihatkan buku bergambar, anak akan dengan senang hati mendengarkan sambil menunjuk gambar yang menarik, dan bisa banyak bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan gambar atau kalimat yang sedang dibacakan ibu. Westerveld dkk (2021) dalam penelitiannya menemukan bahwa orang tua secara signifikan meningkatkan pengenalan kosa kata baru anak dan menguatkan fokus anak pada struktur cerita dengan menggunakan berbagai macam strategi saat membaca buku dengan anak.
Penelitian Pergar dan Hadela di tahun 2020 mengenai kesadaran pentingnya menumbuhkan minat baca anak usia pra-sekolah menunjukkan bahwa baik ibu ataupun ayah menyatakan tingkat persetujuan tertinggi tentang pentingnya membaca bersama dengan anak mereka, karena dipercaya bisa mempererat hubungan emosional. Model peran dari cerita dan buku bergambar dan pentingnya membaca setiap hari bagi anak menunjukkan tingkat persetujuan yang lebih rendah, tapi hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan pemahaman individu mengenai model peran dan karakter dari cerita, serta ketidakmampuan anak untuk membaca setiap hari, karena faktor keadaan atau perbedaan peraturan setiap orang tua. Kemudian saat dikaitkan secara spesifik dengan minat ibu dan ayah tentang program belajar sepanjang hayat untuk mendidik anak usia pra-sekolah, hasil penelitian Pergar dan Hadela (2020) menunjukkan bahwa angka minat ibu lebih tinggi daripada ayah, dan juga angka ayah yang memilih untuk tidak terlibat program belajar sepanjang hayat lebih tinggi daripada yang menunjukkan minat untuk terlibat. Dari sini tampak jelas bahwa posisi ibu sebagai subyek dan obyek dalam pendidikan keluarga masih menempati posisi paling tinggi. Ibu menyadari pentingnya kegiatan membaca bersama anak, sekaligus mau terlibat dalam aktivitas belajar sepanjang hayat. Ibu memiliki kesadaran untuk mengajarkan anak membaca dan menumbuhkan minat baca anak, sekaligus mau terus bersemangat membaca buku agar anaknya meneladani semangatnya. Ibu berperan menemani anak saat membaca buku dan mendampingi anak saat belajar, sekaligus memiliki kemauan tinggi untuk terus belajar supaya memahami perkembangan materi-materi pelajaran anaknya di sekolah.
Whitehurst dkk (1988) menjelaskan secara sistematis bahwa kegiatan membaca buku bersama antara orang tua dan anak di usia pra-sekolah umumnya terdiri dari tiga strategi untuk mengajak anak terlibat, yaitu: Pertama, mendorong anak untuk berbicara tentang gambar dengan menggunakan pertanyaan terbuka; Kedua, menggunakan teknik stimulasi bahasa tidak langsung (yaitu pemodelan kosa kata dan perluasan melampaui 'di sini dan saat ini'); dan Ketiga, bersikap responsif terhadap isyarat-isyarat anak yang sesuai dengan kemampuan berkembang anak. Seorang ibu dengan dukungan suami dan keluarganya, tentu harus belajar tentang psikologi anak, agar memahami cara mengajak anak berbicara, memahami teknik menstimulasi secara tidak langsung saat membaca buku bersama, serta memahami cara merespon ungkapan anak dengan benar. Metode belajar ibu bisa dengan membaca buku mandiri, belajar secara online melalui berbagai media, dan belajar secara offline dengan mengikuti seminar-seminar atau komunitas tertentu yang berhubungan dengan psikologi anak.
Ketika usia sekolah, Ibu juga menjadi tempat bertanya anak saat belajar di rumah. Hasil penelitian Cheung et al (2020) di Amerika terhadap 825 anak usia sekolah membuktikan bahwa semakin banyak orang tua terlibat dalam proses belajar anak, semakin tinggi motivasi anak untuk menjadi baik di sekolah, yang berpengaruh pada penguatan kemandirian belajar dan rangking anak. Meskipun motivasi yang terpusat pada orang tua ini dikaitkan dengan motivasi otonom dan terkontrol di sekolah, keterlibatan ibu dan ayah dalam proses belajar memiliki pengaruh positif terhadap prestasi anak. Pada sesi kegiatan belajar di rumah, ibu dan ayah mempunyai peran penting dalam membimbing anak-anaknya. Peran ibu dan ayah sangat dibutuhkan untuk mewujudkan keberhasilan pendidikan anaknya (Pranata, et.al., 2021).
Di masa sebelum pandemi covid-19, tugas ibu hanya mendampingi anak belajar secara konvensional, yakni menggunakan buku-buku cetak baik itu yang disediakan oleh sekolah atau yang dibeli secara mandiri. Proses belajar pun sebagian besar terdiri dari menulis dan membaca secara manual. Namun setelah pandemi covid-19 sekitar tahun 2020, metode belajar anak sekolah terbagi menjadi dua, yaitu secara offline dan online. Ibu, bersama ayah di rumah secara langsung dan tidak langsung dipaksa belajar lagi untuk beradaptasi dengan sistem belajar yang baru ini. Metode belajar online menuntut para orang tua di rumah agar bisa menggunakan gawai atau perangkat digital untuk membantu proses belajar anak. Penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al (2022) di Yapim Siak Hulu Private Vocational School terkait dengan pelaksanaan pembelajaran online di rumah, ibu dan ayah memiliki peran yang sangat krusial dalam mendukung anak-anaknya. Peran ibu dan ayah mendampingi anaknya belajar di rumah berupa menyediakan fasilitas belajar yang memadai, memberikan motivasi, mendampingi secara langsung kegiatan belajar anak, dan membantu anak menyelesaikan masalah-masalah yang muncul saat proses belajar.
Untuk membantu anak mengatasi kesulitan belajar, ibu bersama ayah harus menambah pengetahuan dan wawasannya agar bisa memahami dan membantu anak dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Ibu dan ayah juga harus bisa menguasai bahasa yang baik saat menanyakan kesulitan belajar anak di sekolah, sehingga dapat mengidentifikasi masalah dengan tepat lalu membantu anak mengatasi kesulitan tersebut secara proporsional. Jika orang tua tidak menyadari atau tidak bisa mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar, maka proses belajar anak di rumah akan terhambat (Wilson, et al, 2022). Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kekinian, seorang ibu harus memiliki kemauan banyak membaca buku cetak dan e-book, serta mengerti cara mencari informasi melalui platform digital seperti Google, YouTube, dan lain sebagainya. Dengan ilmu yang memadai, ibu di rumah akan mampu mendampingi anak belajar di rumah dan juga memberikan dukungan kepada anak untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul saat proses belajar. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan pernah berhenti berkembang, zaman akan terus mengalami perubahan, dan masalah-masalah yang berbeda akan terus bermunculan seiring bergantinya tahun. Oleh karena itu, seorang ibu harus memelihara semangat membaca dan belajarnya sepanjang hayat. Ibu yang menghidupkan semangat membaca dan belajar di rumah akan menjadi teladan seumur hidup bagi kesuksesan anak-anaknya.
Referensi
Cheung, et.al. (2012). Why Does Parents' Involvement Enhance Children's Achievement? The Role of Parent-Oriented Motivation. Journal of Educational Psychology, Vol 104(3) August, page 820-832. American Psychological Association
Kamila, Aisyatin. (2020). Peran Perempuan Sebagai Garda Terdepan Dalam Keluarga Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Ditengah Pandemi Covid 19. Jurnal Konseling Pendidikan Islam vol 1 no 2 bulan Juli. BKPI IAI Al-Khairat Pamekasan. http://ejournal.alkhairat.ac.id/
Gita, et., al. (2022). Kemandirian Anak Usia Usia 5-6 Tahun dengan Ibunya yang Bekerja Paruh Waktu. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini volume 6 issue 4. DOI: https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i4.1032
Febrian, A. (2021). Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Manajemen Keuangan Keluarga Selama Masa Pandemi Covid-19. Journal of Entrepreneurship, Management, and Industry (JEMI) Vol. 4, No. 3, (2021), pp. 113-122. FEIS Universitas Bakrie.
Pergar, Melita. Hadela, Jasmina. (2020). Raising Awareness of the Importance of Reading to Early Childhood and Preschool Age Children through Lifelong Education of Parents. Croatian Journal of Education Vol.22; Sp.Ed.No.3, pages: 101-113. https://doi.org/10.15516/cje.v22i0.3912
Pranata, L., Indaryati, S., Rini, M.T., & Hardika, B.D. 2021. Peran Keluarga Sebagai Pendidik dalam
Meningkatkan Pengetahuan tentang Pencegahan Covid 19. Prosiding Penelitian Pendidikan dan Pengabdian, 1(1), 1389-1396. http://prosiding.rcipublisher.org/index.php/prosiding/article/view/173
Vygotsky, L. (1962). Thought and language. Wiley. https://doi.org/10.1037/11193-000
Westerveld. et., al. (2021). Investigating The Effectiveness of Parent-Implemented Shared Book Reading Intervention for Preschoolers With ASD. Child Language Teaching and Therapy Vol. 37(2) 149–162. Sagepub. https://doi.org/10.1177/0265659021995522
Whitehurst GJ, Falco FL, Lonigan CJ, et al. (1988) Accelerating Language Development Through Picture Book Reading. Developmental Psychology 24: 552–59.
Wilson, et., al. (2022). The Role of Parents in Guiding Children in the Implementation of Online Learning During the Covid-19 Pandemic at Vocational School. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 4 Nomor 3 Halaman 3535 – 3544. https://edukatif.org/index.php/edukatif/index
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.