Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edu Sufistik

Fondasi Tauhid

Agama | 2024-12-18 16:59:56

Oleh: Muhammad Syafi'ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

“Qaala kadzaliki ” ini adalah kata-kata Malaikat Jibril yang direkam dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 21 sebagai jawaban atas pertanyaan Maryam yang keheranan, “Dia (Maryam) berkata, ‘Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang (bahkan sekadar) menyentuhku dan aku bukan seorang pezina.” (QS. 19: 20).

Jawaban Jibril ‘Alaihissalam tersebut jika diterjemahkan dengan luwes, kurang lebih artinya, “Memang Allah menghendaki demikian.”

Sebuah jawaban yang menggambarkan Jibril juga tidak bisa menjelaskan mengapa Maryam bisa punya anak laki-laki tanpa pernikahan dan hubungan suami-istri. Itu sudah kehendak Allah. Titik. Maka, lanjutan kalimat Jibril, untuk menggambarkan berita ini memang tidak bisa dicerna akal, melainkan diimani, “Tuhanmu berfirman, ‘Hal itu teramat mudah bagi-Ku dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran-Ku) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.” (QS. 19: 21).

Menyimak dialog Jibril dan Maryam pada ayat-ayat di atas membuat kita terinsyafkan akan makna tauhid atau iman kepada Allah. Ajaran yang paling saya suka dari agama ini (Islam) adalah tauhid. Tauhid-lah yang menjadikan kita kokoh dalam menjalani hidup meski menghadapi badai cobaan sedahsyat apapun. Tauhid-lah yang membuat kita tangguh untuk terus melangkah meraih cita-cita meski terjal, berliku, dan mendaki.

Bukankah tauhid dalam hati yang menjadikan Bilal sanggup menahan perihnya siksaan Umayah bin Khalaf? Bukankah tauhid yang membuat Nabi Ayyub ‘Alaihissalam bersabar dalam sakit sekira delapan tahun? Bukankah tauhid yang mengokohkan hati Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam untuk tidak gentar dilempar ke kobaran api yang dibuat Namrud? Bukankah tauhid yang mengobarkan keberanian Thalhah bin Ubaidillah untuk menjadi tameng Rasulullah pada perang Uhud hingga tubuhnya terpapar sekira 70 tusukan pedang dan tombak?

Tauhid pula yang menjadikan muslimin bersemangat dan bergairah menorehkan pencapaian terbaik sepanjang peradaban manusia. Mengapa? Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tercinta mengajarkannya kepada generasi sahabat.

Ketika pasukan muslim hendak berangkat menuju Uhud, seorang sahabat ditanya seorang warga Madinah, “Bukankah jumlah dan perbekalan kalian menghadapi perang Uhud kalah jauh dibanding kafir Quraisy?”

Sahabat menjawab, “Kami diajarkan oleh Rasulullah untuk berjihad dengan tidak mengandalkan jumlah dan perbekalan.”

Sebuah jawaban yang menyiratkan tauhid. Ya, bahwa sebaik-baik perbekalan itu takwa, “Berbekalah kalian dan sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai para pemilik albab.” (QS. 2: 197).

Simaklah pilihan kata ‘albab’ yang digunakan Al-Qur’an. Jika kita buka Al-Qur’an terjemah, ‘albab’ jamak dari ‘lubb’ diterjemahkan dengan ‘akal sehat’. Makna yang lebih tepat adalah kualitas hati terdalam. Seolah-olah Al-Qur’an ingin menyampaikan bahwa yang bisa memahami pesan ini (takwa adalah sebaik-baik perbekalan) hanyalah orang-orang yang memiliki kualitas hati pada level ‘albab’, bukan level ‘fuad’, qalb, apalagi ‘shadr’.

Ketika Rasulullah menyampaikan bisyarah pembebasan Syam, Persia, dan Konstantinopel pada peristiwa penggalian parit ahzab, muslimin menyambutnya dengan pekik takbir. Kemudian, bersambut semangat menyala-nyala dalam dada untuk mewujudkan bisyarah Rasulullah.

Inilah buah tauhid yang terhunjam kuat dalam hati. Ketika pada saat yang sama orang-orang Yahudi yang mendengar sabda Rasulullah tersebut, menertawakan Rasulullah. Seolah mereka ingin mengatakan, “Muhammad bermimpi pada siang bolong.”

Demikianlah tuntunan Rasulullah. Inilah prinsip mendasar yang harus dipahami dan diamalkan, yaitu tauhid dulu, baru kemudian berjuang segenap daya upaya mencurah-curahkan kemampuan terbaik. Dan, ingat dalam proses berjuang itu pun, tak boleh putus sedetik pun dari tauhid, yakni kebergantungan mutlak hanya kepada Allah.

Bagaimana dengan kita? Seringkali kita gagal paham, sehingga gagal amal. Contoh sederhana, ketika sakit, apa yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita? Umumnya minum obat atau berobat ke dokter. Memangnya obat atau dokter bisa menyembuhkan? Sekali-kali tidak! Jika Allah belum berkehendak menyembuhkan, meski minum obat secanggih apapun dan dirawat oleh dokter sepintar apapun, tak akan pernah sembuh.

Mestinya datang dulu kepada Allah. Munculkan dulu sikap ridha atas sakit. Berdoa kepada Allah memohon kesembuhan. Memasrahkan kesembuhan hanya kepada Allah. Barulah berikhtiar minum obat atau berobat. Ingat, minum obat atau berobat sekadar menjalankan tuntunan sunnatullah.

Maka, kalimat Nabi Ibrahim Khalirurrahman ketika sakit, yang menggambarkan betapa mesranya dengan Allah, adalah, “Dan bila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. 26: 80).

Pun pada bidang-bidang kehidupan lainnya. Semestinya prinsip tauhid di atas segalanya dan paling awal diamalkan. Baru kemudian berbicara pada tataran ikhtiar manusiawi sembari tetap menggantungkan harapan hanya kepada Allah.

Seringkali kita habis-habisan mengkaji berbagai teori untuk menyusun sebuah konsep atau memecahkan masalah, namun terlupa untuk berdoa kepada Allah memohon pertolongan dan keridhaan-Nya. Padahal, jaminan keberhasilan bukanlah terletak pada dana yang besar, SDM yang hebat, ataupun teori/konsep yang canggih, melainkan terletak pada Allah berkenan terlibat pada aktifitas kita dengan memberikan petunjuk dan pertolongan-Nya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image