Hakim 3 Zaman Saroso Bagyo, SH
Edukasi | 2024-12-17 15:56:56Saroso Bagyo, Lahir di Surabaya 14 November 1938. Lahir di masa penjajahan Belanda lalu peralihan kependudukan Jepang dan masa kemerdekaan, Masa kecil Saroso menyimpan banyak cerita yang menarik untuk dilihat dari sudut pandang seorang anak. Apalagi kondisi pemerintahan tak kunjung stabil bahkan setelah proklaması kemerdekaan.
Saroso Bagyo lulus dari Universitas Airlangga Surabaya dengan gelar Sarjana Hukum pada 1965. Beliau berkarir di Kementrian Kehakiman sejak diangkat menjadi Hakim tahun 1965 sampai dengan pensiun sebagai Hakim tinggi saat berdinas di Pengadilan Tinggi Surabaya tahun 2001
Berikut adalah profil beliau selama berkarir Lingkungan Peradilan Republik Indonesia:
· Hakim Pengadilan Negeri Surabaya 1965-1974
· Ketua Pengadilan Negeri Wamena 1974 - 1976
· Ketua Pengadilan Negeri Biak 1976 - 1980
· Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan 1980-1987
· Ketua Pengadilan Negeri Banyuwangi 1987-1990
· Ketua Pengadilan Negeri Pamekasan 1990-1994
· Hakim Pengadilan Tinggi Mataram 1994-1998
· Hakim Pengadilan Tinggi Surabaya 1998 – 2001
Beliau pensiun pada tahun 2001 dan setelah pensiun beliau aktif di berbagai macam aktivitas antara lain PERPAHI dan KOMDA Lansia Jatim.
Artikel ini banyak menceritakan tentang kehidupan yang sangat berkesan untuk Saroso selama perjalanan hidupnya. Saroso pribadi menceritakan dengan detil yang sangat jelas kepada penulis. Sangat mengagumkan ingatan beliau di usia 84 tahun, bahkan Saroso mengingat betul runtutan kejadian dan bahkan nama nama tokoh yang mewarnai perjalanan hidupnya.
Salah satunya ketika Saroso ditugaskan di Pengadilan Negeri Wamena. Saat itu di Wamena ada seorang yang disekolahkan oleh Saroso yaitu Emanuel Mote. Sejak SD sudah ikut keluarga Saroso. Emanuel Mote menjadi teman juga bagı Putra-putra Saroso yaitu Didiet dan Onny yang akhirnya ikut pindah ke Wamena. Ada cerita lucu suatu malam ada suara yang mengagetkan Saroso. Ternyata misionaris yang di Wamena punya peliharaan sapi yang kalau malam sapinya selalu dilepas dan bebas masuk ke pekarangan rumah.
Jalan di Wamena sangat sepi. Hanya ada 2 mobil saat itu milik Bapak Bupati dan Bapak Sekwilda, selain itu semua berjalan kaki. Menjelang akhir 1975 baru ada motor Suzuki untuk Kantor Pengadilan. Lalu di akhir masa jabatannya Saroso menjabat di Pengadilan Tinggi Surabaya, Saroso memilih untuk tinggal dan menetap di Surabaya serta menikmati masa tuanya bersama anak, cucu, dan cicitnya.
Sebuah cerita karir yang manis sebagai seorang Hakim Tiga Jaman pensiun dalam kondisı sehat, aman finansial, nyaman, bahagia sekeluarga adalah sebuah prestasi yang luar biasa, mengingat begitu banyak tantangan dan godaan di sepanjang karir Saroso Bagyo. Dan saat ditanya tentang rahasia berkarır di bidang Kehakiman, beliau memberikan satu tips darı falsafah Jawa,"Mengalah untuk Menang" yang artinya mengalah bukan berarti kalah apalagi menyerah, tetapi mengalah untuk membuat perbedaan dan merangkul semua problem dalam satu solusi yang bisa diterima secara adil oleh semua pihak. Hakim 3 zaman bisa dipilih sebagai judul artikel ini mengingat Saroso Bagyo yang dilahirkan tahun 1938 sudah melewati 3 zaman yaitu Zaman Pra Kemerdekaan, Zaman Kemerdekaan, dan Zaman Orde Baru.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.