Menghidupkan Kembali Budaya Literasi di Era Digital
Edukasi | 2024-12-16 12:00:42Di tengah derasnya arus informasi di era digital, minat membaca masyarakat Indonesia kerap kali dipertanyakan. Data UNESCO pernah menyebutkan bahwa indeks minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, hanya sekitar 0,001, yang berarti dari 1.000 orang, hanya satu orang yang memiliki kebiasaan membaca. Apakah ini pertanda bahwa budaya literasi bangsa semakin memudar? Atau justru tantangan ini menjadi peluang untuk kembali menyalakan semangat membaca di kalangan masyarakat?
Literasi bukan hanya soal membaca, melainkan kemampuan memahami, menganalisis, dan menerapkan informasi yang diperoleh dari bacaan. Di era digital, ironi terjadi: akses terhadap informasi begitu melimpah, namun minat membaca literatur yang bermutu justru kian menurun. Media sosial dan platform hiburan digital lebih sering menjadi pilihan utama masyarakat, terutama generasi muda. Konten-konten singkat, seperti video berdurasi beberapa detik atau artikel clickbait, menggantikan buku dan artikel mendalam yang kaya wawasan. Hal ini tak hanya mengancam budaya literasi, tetapi juga melemahkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Namun, harapan tidak sepenuhnya sirna. Ada banyak inisiatif yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali budaya literasi. Salah satunya adalah mendorong komunitas membaca di kalangan masyarakat, seperti klub buku yang kini kembali marak melalui platform online. Selain itu, peran sekolah dan keluarga menjadi kunci utama dalam menanamkan kecintaan membaca sejak dini. Orang tua dapat menjadi teladan dengan menyediakan waktu untuk membaca bersama anak-anak, sedangkan sekolah bisa mengintegrasikan literasi sebagai bagian dari kurikulum yang lebih kreatif dan interaktif.
Di sisi lain, pemerintah dan sektor swasta juga memiliki peran strategis. Kebijakan yang mendukung penyediaan buku berkualitas dengan harga terjangkau, serta pengembangan perpustakaan digital, dapat menjadi solusi jangka panjang. Bahkan, kolaborasi dengan pembuat konten digital untuk mempromosikan literasi melalui format yang lebih menarik juga dapat menjangkau generasi muda yang akrab dengan teknologi.
Kesimpulannya, menghidupkan kembali budaya literasi bukanlah tugas satu pihak semata, melainkan tanggung jawab kolektif seluruh lapisan masyarakat. Di era digital ini, tantangan literasi harus dihadapi dengan inovasi dan kolaborasi. Karena hanya dengan masyarakat yang literat, Indonesia dapat melangkah lebih jauh menuju masa depan yang lebih cerah. Mari bersama kita nyalakan kembali api literasi demi kemajuan bangsa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.