Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image yang yang merdiyatna

Belajar dari Peristiwa Gus Miftah

Eduaksi | 2024-12-16 10:52:29

Belajar dari Peristiwa Gus Miftah

Oleh Yang Yang Merdiyatna*

Akhir-akhir ini dunia media massa ramai membahas perihal peristiwa yang menimpa Gus Miftah dan penjual es teh. Beragam macam komentar dihasilkan sebagai respons terhadap rekaman video yang menampilkan ujaran dari seorang Gus Miftah kepada penjual es teh yang sedang ikut berjualan dalam suatu kegiatan ceramah. Pandangan penulis terhadap peristiwa tersebut adalah pengingat bagi kita tentang pentingnya menjaga lisan dan budaya malu.

Sumber Foto: id.pinterest.com/pin/pentingnya-menjaga-lisan-jaga-ucapan-dan-perbuatan-in-2023--588212401358524996/

Pengingat Pentingnya Menjaga Lisan

Peristiwa yang menimpa Gus Miftah merupakan salah satu bukti kebesaran Alloh Swt. Dengan wasilah lisan, Alloh Swt. mudah menaikkan seseorang. Selain itu, Alloh Swt. mudah menurunkan seseorang. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Alloh Swt. harus berikhtiar untuk bisa istiqomah dalam memanfaatkan anugerah lisan.

Sebagai hamba Alloh Swt., kita melihat peristiwa yang terjadi pada Gus Miftah sebagai pembelajaran bahwa kita sebagai manusia harus mampu berikhtiar menjaga lisan kita. Dalam Islam, kita diajari untuk senantiasa menjaga lisan kita. Hal itu disebabkan lisan berpotensi pada selamat atau tidak selamat seseorang. Dari peristiwa itu, kita bisa belajar untuk senantiasa memperbaiki diri, terutama yang berkaitan dengan ujaran, ungkapan, atau perkataan kita. Kita belajar bahwa betapa pentingnya menjaga lisan. Peristiwa yang mungkin tadinya dianggap biasa, bisa menjadi luar biasa dan menjadi tekanan dari publik yang luar biasa juga.

Peristiwa yang dialami Gus Miftah ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita. Kita harus mengoreksi diri sendiri. Kita lihat diri sendiri yang mungkin juga pernah atau bahkan sering berujar yang tidak pantas. Peristiwa tersebut jangan dijadikan bahan kita justru terjerumus untuk sama seperti itu atau bahkan ujaran kita, perkataan kita, atau ungkapan melebihi seperti itu. Lebih dari itu, jika orang itu sudah bertaubat dan meminta maaf. Namun, kita masih menggunjing, mengolok-oloknya, mungkin kita bisa saja sama seperti dirinya atau mungkin bisa lebih darinya.

Kita harus mengingat bahwa apa yang kita ujarkan boleh jadi berpotensi kembali pada diri kita sendiri. Kita harus menimbang ujaran kita (menyenangkan atau menyakitkan bagi orang lain). Hal itu disebabkan lisan sangat tajam efeknya. Ketajamannya bisa jadi berbalik pada diri kita sendiri sebagai pengujarnya. Kita bisa hancur dengan lisan kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus berikhtiar dalam pentingnya menjaga lisan.

Pengingat Pentingnya Budaya Malu

Budaya malu merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan suatu negara. Malu merupakan perasaan yang sifatnya halus. Malu menjadi salah satu indikator yang boleh jadi menunjukkan tingkat keimanan seseorang. Seseorang yang memiliki rasa malu akan merasa perilakunya diawasi oleh Yang Maha Menciptakan. Dia senantiasa menunduk, takut berperilaku yang tak sesuai dengan kehendak Yang Menciptakannya.

Budaya malu penting dimiliki oleh seorang pemimpin. Hal itu disebabkan pemimpin adalah amanah. Pemimpin harus memberi contoh, bukan sekadar perintah dengan kata-kata. Pemimpin merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Gerak-gerik, tingkah-lakunya akan menjadi sorotan publik. Oleh karena itu, seorang yang diberi amanah memimpin harus memiliki budaya malu.

Peristiwa yang menimpa Gus Miftah merupakan salah satu contoh sikap seseorang yang diberi amanah dan sadar akan amanahnya itu. Gus Miftah adalah salah satu orang yang diberi amanah memimpin dan memiliki budaya malu. Dia sadar terhadap posisinya sebagai salah satu pemimpin dalam sistem ketatanegaraan. Dia memutuskan untuk mundur dari amanah yang diembannya. Hal itu merupakan pilihan yang tepat. Keputusan mundur adalah sebagai salah satu contoh pemimpin yang memiliki budaya malu.

Wallohualam.

*Penulis adalah dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image