Anak Sungai Balongsari: Pahlawan Cilik Penyelamat Lingkungan
Rubrik | 2024-12-14 17:07:49Lokasi: Sungai Balongsari, Kec. Tandes, Surabaya, Jawa Timur
Oleh: Muhammad Yazid Mubarok
Haruskah Kita Menunggu Banjir untuk Bertindak?
Sungai Balongsari, yang membelah kawasan Kecamatan Tandes di Surabaya, menyimpan kisah memilukan sekaligus inspiratif. Dalam beberapa tahun terakhir, tumpukan sampah domestik mengubah aliran sungai ini menjadi tempat yang jauh dari kata sehat. Limbah rumah tangga, plastik, hingga sisa-sisa makanan, semuanya menumpuk di dasar dan pinggir sungai, membuat airnya keruh, bau, dan penuh penyakit.
Menurut Dinas Lingkungan Hidup Surabaya, sekitar 30% banjir perkotaan di wilayah ini disebabkan oleh tersumbatnya aliran sungai akibat sampah. Masalah ini bukan hanya mengancam kelestarian lingkungan, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat sekitar.
Namun, di balik situasi suram ini, ada secercah harapan yang datang dari tangan-tangan kecil yang tak kenal lelah: anak-anak Balongsari.
Aksi Anak-Anak Balongsari: Inspirasi dari Tangan Kecil
Jika kebanyakan anak seusia mereka lebih sibuk bermain gadget atau bersantai di rumah, anak-anak Desa Balongsari memilih bermain sambil menyelamatkan lingkungan. Setiap akhir pekan, kelompok anak-anak ini berkumpul di pinggir sungai, membawa alat seadanya seperti jaring ikan, bambu, dan kantong plastik besar. Misi mereka sederhana tetapi mulia: membersihkan sampah yang menyumbat sungai.
Anak-anak Balongsari memungut sampah di Sungai Balongsari menggunakan alat sederhana, Sabtu (7/12/2024).
Pada Sabtu, 7 Desember 2024, aksi mereka berlangsung seperti biasa. Dengan semangat, Riski, salah satu anak dari kelompok itu, menyambut saya, “Ayo, mas, bersih-bersih kali (sungai)!” Ajakan tulus ini menggugah hati saya. Jika mereka yang masih kecil bisa peduli dengan lingkungan, mengapa saya tidak?
Tangan kecil mereka dengan sabar memungut plastik dan ranting kayu yang berserakan. Ahmad, bocah termuda berusia tujuh tahun, dengan polosnya berkata, “Kalau sungainya bersih, kita bisa main di sini terus, ikannya juga jadi banyak. Seru, kan, mas?”
Ucapan sederhana ini menggambarkan bahwa bagi mereka, sungai bukan sekadar aliran air, tetapi rumah kedua yang memberikan kebahagiaan dan kenangan.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Aksi anak-anak ini adalah tamparan keras bagi kita, orang dewasa. Selama ini, sebagian masyarakat Balongsari masih menganggap enteng persoalan lingkungan, membuang sampah ke sungai dengan alasan klasik: “Sampahnya kan hanyut sendiri.” Padahal, sampah yang hanyut tidak benar-benar hilang. Ia mengendap, mencemari, dan akhirnya menciptakan bencana ekologis.
Anak-anak Balongsari mengingatkan kita bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Jika mereka yang masih kecil mampu meluangkan waktu untuk peduli pada lingkungan, mengapa kita yang lebih dewasa seringkali hanya menjadi penonton?
Peran Pemerintah dan Komunitas: Kolaborasi untuk Perubahan
Menyelesaikan persoalan sampah sungai membutuhkan kolaborasi banyak pihak. Anak-anak Balongsari telah melakukan bagian mereka, tetapi mereka tidak bisa bekerja sendirian. Perlu ada dukungan nyata dari masyarakat luas dan pemerintah daerah.
Beberapa langkah konkret yang dapat diambil:
1. Fasilitas Pembuangan Sampah: Pemerintah perlu memperbanyak tempat sampah di kawasan Balongsari untuk mengurangi kebiasaan m sekolah embuang sampah ke sungai.
2. Edukasi Lingkungan: Mengadakan kampanye rutin di dan komunitas untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan.
3. Program Berbasis Komunitas: Melibatkan masyarakat dalam lomba kebersihan atau kegiatan rutin seperti gotong-royong di sepanjang sungai.
Jika aksi kecil anak-anak ini mendapat dukungan penuh, hasilnya bukan hanya sungai yang bersih, tetapi juga terciptanya masyarakat yang lebih peduli terhadap lingkungan.
Fun Fact: Manfaat Sungai Bersih
Tahukah Anda? Sungai yang bersih tidak hanya meningkatkan keindahan lingkungan, tetapi juga kualitas hidup masyarakat. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar sungai bersih memiliki tingkat kebahagiaan 20% lebih tinggi dibanding mereka yang tinggal di daerah dengan sungai tercemar.
Kebersihan lingkungan juga terbukti mengurangi risiko penyakit, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan rasa nyaman di komunitas sekitar.
Penutup: Sungai Kita, Tanggung Jawab Kita
Anak-anak Balongsari telah mengajarkan kita sebuah pelajaran penting: mencintai lingkungan tidak membutuhkan sumber daya besar, tetapi hanya membutuhkan kesadaran dan tindakan nyata. Langkah kecil mereka membersihkan sungai adalah contoh nyata bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri.
Kini giliran kita—masyarakat dewasa, pemerintah, dan pemimpin daerah—untuk bersama-sama mendukung gerakan ini. Karena pada akhirnya, lingkungan yang sehat adalah warisan terbesar yang bisa kita tinggalkan untuk generasi mendatang.
Dokumentasi Kegiatan
1. Sebelum dan Sesudah:
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.