Ahli Gizi : Sosok di Balik Makanan Rumah Sakit yang Dianggap Hambar
Info Sehat | 2024-12-14 15:48:33Ahli Gizi Lebih dari Sekadar Perancang Menu
Ternyata ahli gizi di rumah sakit berbeda dengan ahli gizi lainnya, yang ada di bidang industri, bidang pangan, atau bidang olahraga. Ahli gizi tersebut disebut dengan nutrisionis. Sedangkan, ahli gizi di rumah sakit disebut dengan dietisien. Nutrisionis hanya boleh memberikan saran seputar kebutuhan gizi dan pola makan seseorang. Namun, seorang dietisien memiliki wewenang untuk memberikan saran asupan gizi dan pola makan kepada orang dengan masalah medis atau orang yang sedang sakit. Mengapa hanya dietisien yang memiliki wewenang tersebut? Karena dietisien atau ahli gizi di rumah sakit adalah profesional terlatih yang telah meraih gelar Registered Dietitian (RD) melalui uji kompetensi yang ketat setelah menempuh pendidikan tinggi ilmu gizi. Mereka terdaftar secara hukum dan negara, sehingga layanan yang diberikan terjamin keamanannya.
Tugas dietisien dimulai dari skrining gizi, diagnosis, intervensi pola makan, hingga evaluasi dan edukasi. Skrining gizi dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan gizi harian pasien sesuai dengan diagnosis penyakit yang diberikan oleh dokter. Selanjutnya, ahli gizi akan mendiagnosis kebutuhan gizi pasien, namun diagnosis ini hanya bersifat sementara. Apabila kondisi pasien membaik, maka kebutuhan gizi harian pasien akan berubah dan mempengaruhi makanan yang diberikan. Setelah tahap diagnosis, ahli gizi akan merancang intervensi menu harian sesuai dengan kebutuhan pasien. Mereka juga akan melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui keberhasilan intervensi gizi yang diberikan. Edukasi terkait pentingnya makanan kepada pasien juga dilakukan guna meningkatkan semangat pasien untuk sembuh.
Menurut Nurul Istiqomah, S.Gz seorang ahli gizi di RS Mitra Keluarga makanan rumah sakit itu bersifat individual, artinya antara makanan pasien A dengan makanan pasien B akan berbeda. Alasannya, karena kebutuhan gizi tiap individu berbeda-beda. Walaupun diagnosis penyakit kedua pasien tersebut sama, tetapi ada kemungkinan bahwa intervensi gizi yang diberikan berbeda. Apalagi pasien dengan diagnosis penyakit berbeda, sudah pasti akan berbeda pula makanan yang diberikan.
Misalnya, seorang pasien hipertensi akan diberi makanan rendah garam untuk menjaga tekanan darah tetap stabil, sementara penderita diabetes mendapatkan menu dengan gula khusus. Bukan hanya memastikan pasien kenyang, ahli gizi bekerja untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien, membantu pemulihan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Mengapa Makanan tersebut Terasa Hambar? Bukan Karena Ahli Gizi Tak Peduli
Keluhan terkait rasa hambar pada makanan sering kali terdengar. Padahal, ada alasan ilmiah di balik rasa tersebut. Fungsi indera perasa akan mengalami penurunan ketika seseorang sakit. Wajar memang, jika pasien merasa makanan tersebut hambar dan tidak enak. Lagipula, ahli gizi menerapkan diet garam, gula, dan lemak pada makanan untuk menjaga dan meningkatkan imun tubuh. Misalnya, pada pasien hipertensi diberikan diet rendah garam, sedangkan pasien diabetes diberikan diet rendah gula. Keduanya, diberikan diet sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Diet rendah garam untuk mengontrol tekanan darah dan diet rendah gula untuk mengontrol kadar gula dalam tubuh. Walaupun akhirnya makanan tersebut kurang nikmat, tapi ingat tujuan utamanya adalah demi kesembuhan pasien, bukan demi memanjakan lidah pasien. Rasa enak itu subjektif. Makanan rumah sakit dirancang untuk kesehatan bukan untuk memenuhi standar restoran.
Selain memberikan intervensi gizi, ahli gizi juga memastikan makanan tersebut tetap lezat dan layak konsumsi sebelum sampai di tangan pasien. Sebenarnya ahli gizi juga tahu bahwa nafsu makan pasien akan mengalami penurunan. Mereka tidak akan membiarkan makanan disajikan begitu saja, polos tanpa memperhatikan aspek estetika. Aspek estetika ternyata penting agar makanan terlihat lebih menarik. Dari segi teknik memasak hingga menyajikan masakan, ahli gizi selalu memastikan agar warna masakan tidak banyak berubah dan tetap menarik. Ketika menyajikannya juga dipikirkan bagaimana agar terlihat tambah menarik. Biasanya makanan tersebut akan diberi sedikit hiasan, walaupun sedikit, sepotong cabai merah dengan selembar daun seledri atau hanya dengan taburan bawang goreng. Hiasan diberikan dengan harapan nafsu makan pasien meningkat, sehingga pasien bisa menghabiskan porsi makanan yang diberikan.
Menurut Pedoman Gizi Seimbang dari Kementerian Kesehatan, makanan rumah sakit harus memenuhi kebutuhan nutrisi tanpa menambah risiko kesehatan. Jadi, jangan heran jika soto di rumah sakit terasa berbeda dibanding soto di restoran atau warung favoritmu.
Edukasi Ahli Gizi agar Pasien Menghabiskan Makanan sesuai Porsi yang Diberikan
Pasti kalian tidak asing lagi dengan makanan pasien yang dihabiskan oleh keluarga, biasanya hal ini akibat dari makanan yang terasa hambar dan penurunan nafsu makan pasien. Sebaiknya hal ini jangan kamu lakukan lagi ya! Mengapa? Sudah jelas, ahli gizi memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi harian pasien. Jika makanan tersebut habis karena dimakan oleh keluarga atau orang lain, ahli gizi dapat menyimpulkan bahwa nafsu makan pasien telah meningkat, sehingga akan memengaruhi diagnosis dan intervensi gizi yang akan diberikan pada hari selanjutnya. Jika intervensi berubah, maka yang dirugikan adalah kondisi pasien itu sendiri.
Perhatikan ketika ahli gizi memberikan edukasi terkait asuhan gizi yang akan diberikan. Kesembuhan pasien bukan hanya berasal dari kolaborasi antar tenaga kesehatan saja, dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya, tetapi juga membutuhkan kolaborasi dari keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien. Makanlah makanan yang telah diberikan rumah sakit untuk kamu (pasien) agar cepat sembuh.
Hargai Makanan, Hargai Kesehatan
Dibalik setiap sajian makanan rumah sakit, ada dedikasi dari seorang ahli gizi yang berusaha mendukung kesembuhan pasien. Makanan mungkin terasa hambar, tapi itu adalah bagian dari proses penyembuhan. Oleh karena itu, saat kamu atau orang terdekatmu menjalani rawat inap, ingatlah bahwa makanan itu bukan sekadar makanan biasa, namun itu adalah resep kesembuhan yang telah dirancang khusus untuk kamu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.