Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ARYA RAMADHANI

Kesehatan Mental Kalangan Remaja dan Media Sosial: Sebuah Dilema di Era Digital

Info Sehat | 2024-12-13 20:37:36
sumber gambar: klikdokter.com

Penggunaan media sosial semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Di era digital yang serba terhubung seperti sekarang, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan Facebook memberi banyak manfaat seperti: menyediakan banyak informasi yang kita butuhkan dalam berbagai bidang, paltform hiburan, wadah untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama pengguna media sosial dari berbagai tempat, dan lain-lain. Saat ini, media sosial tidak hanya digunakan oleh kalangan orang dewasa saja, tetapi sebagian besar anak-anak telah mengenal media sosial.

Dampak Positif Media Sosial pada Kesehatan Mental

Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial menawarkan berbagai keuntungan, terutama bagi kesehatan mental. Di satu sisi, platform-platform ini menyediakan ruang untuk saling mendukung dan membagikan cerita. Banyak komunitas online yang menyediakan dukungan bagi mereka yang menghadapi masalah mental, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan makan. Dengan adanya ruang seperti ini, individu yang merasa terisolasi atau kesulitan berbicara dengan orang sekitar bisa mendapatkan rasa solidaritas dan pengertian dari orang lain yang memiliki pengalaman serupa. Hal tersebut dapat memberikan rasa nyaman dan membantu mengatasi masalah kesehatan mental.

Selain itu, media sosial juga bisa menjadi alat yang efektif untuk penyuluhan kesehatan mental. Media sosial sering digunakan sebagai platform untuk menyebarkan informasi tentang masalah kesehatan mental, mengurangi stigma, dan meningkatkan kesadaran. Banyak influencer dan organisasi yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan cara-cara untuk mengelolanya. Kampanye kesadaran dan pendidikan ini dapat membantu individu memahami lebih baik tentang kondisi mereka sendiri dan orang lain.

Meskipun memiliki banyak manfaat, di sisi lain media sosial juga memberikan dampak negatif salah satunya yakni berdampak pada kesehatan mental. Hal tersebut masih banyak tidak disadari oleh masyarakat. Terganggunya kesehatan mental bukan saja dipengaruhi oleh kalangan sekitar di dunia nyata, terutama bagi anak muda yang kebanyakan menghabiskan banyak waktu di media sosial.

Berdasarkan survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, sekitar 15,5 juta remaja atau 34,9% dari total remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Sementara itu, sejumlah 2,45 juta remaja atau 5,5% dari total remaja di Indonesia mengalami gangguan mental. Sebagian besar kalangan remaja mengalami gangguan kecemasan.

Dampak Negatif Media Sosial pada Kesehatan Mental

Salah satu dampak negatif media sosial adalah meningkatnya perasaan cemas dan depresi, yang sering kali disebabkan oleh perbandingan sosial. Tidak sedikit pengguna terlibat dalam proses perbandingan untuk mengevaluasi kehidupan mereka sendiri, baik prestasi maupun harta terhadap orang lain yang mereka temui secara online. Media sosial cenderung memamerkan versi terbaik dari hidup seseorang sehingga banyak pengguna merasa kehidupan mereka kurang sempurna atau tidak cukup "berhasil" dibandingkan dengan orang lain.

Pengguna media sosial sering mengemas dan mempresentasikan versi ideal dari diri mereka dan pengalaman mereka secara selektif, menyoroti aspek positif sambil menyembunyikan yang negatif. Presentasi diri secara selektif ini dapat merusak persepsi dan menyebabkan perbandingan yang tidak realistis dengan orang lain. Hal tersebut seringkali memicu rasa tidak puas dan tekanan untuk selalu tampil sempurna.

Selain itu, cyberbullying atau perundungan online juga menjadi masalah besar di kalangan anak muda. Komentar negatif, trolling, atau ancaman dari pengguna lain dapat menyebabkan trauma psikologis yang mendalam, bahkan berkontribusi pada gangguan mental yang lebih serius. Semua orang dapat menjadi korban cyberbullying, termasuk anak-anak, remaja, atau orang dewasa. Mereka yang menjadi target cyberbullying sering kali mengalami tekanan psikologis yang signifikan, seperti depresi, kecemasan, merasa rendah diri, bahkan percobaan bunuh diri. Tindakan ini dapat memiliki dampak jangka panjang yang serius pada kesehatan mental, kesejahteraan emosional, dan perkembangan sosial korban.

Sikap kecanduan bermain media sosial juga memberikan dampak negatif pada mental seseorang. Penggunaan media sosial sebaiknya berkisar 2-3 jam per hari. Remaja yang menghabiskan lebih dari 3 jam per hari di media sosial berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil pengumpulan data selama 8 tahun, ditemukan bahwa seseorang menghabiskan waktu di media sosial sebanyak 1-9 jam per hari. Hal ini kemudian memunculkan dampak seperti depresi dan merasa kesepian seolah-olah tidak memiliki teman.

Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital

Untuk menjaga keseimbangan antara manfaat dan potensi risiko yang ditawarkan media sosial, penting bagi anak muda untuk lebih bijak dalam menggunakannya. Salah satunya adalah dengan menetapkan batasan penggunaan media sosial, seperti membatasi waktu yang dihabiskan di platform tertentu. Mengatur feed media sosial dengan mengikuti akun yang positif dan mendidik juga bisa membantu meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan mental.

Meskipun media sosial tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan saat ini, penting bagi kita untuk tetap berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Melalui interaksi sosial, seseorang dapat merasa didengar, dipahami, dan didukung oleh orang lain dalam menghadapi masalah kesehatan mental. Menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekitar akan membantu mengurangi rasa kesepian yang sering kali menjadi faktor pemicu gangguan mental.

Selain itu, penting untuk mengingat bahwa apa yang terlihat di media sosial sering kali hanya bagian kecil dari kehidupan seseorang. Tidak ada yang sempurna dan kita semua berhak untuk merasa cukup dan puas dengan diri sendiri, meskipun kehidupan kita tidak selalu seindah yang terlihat di layar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image