Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nazwa Salsabila

Realita Kehidupan Mahasiswa: Quarter Life Crisis dan Harapan Sosial

Edukasi | 2024-12-12 20:31:47

Pada usia belasan akhir hingga usia 20-an, banyak manusia utamanya mahasiswa merasa seolah-olah mereka sedang di persimpangan jalan yang besar. Terutama bagi mereka yang baru saja memulai perjalanan akademis atau sedang berada di fase akhir pendidikan. Krisis identitas dan kebingungan terkait masa depan sering kali muncul di kepala. Fenomena yang kini kerap disebut sebagai Quarter Life Crisis, sebuah fase kehidupan yang sering dipenuhi perasaan cemas, tekanan, dan ketidakpastian (Syifa’ussurur et al., 2021). Namun, bagi mahasiswa, quarter life crisis dapat lebih kompleks karena berhubungan langsung dengan ekspektasi dan harapan yang tinggi, baik dari diri sendiri maupun orang-orang di sekitar.

Sumber gambar: gelorasriwijaya.co

Krisis Antara Impian dan Realitas

Sejak kecil kita diajarkan untuk selalu memimpikan masa depan yang cerah dan pendidikan tinggi dianggap sebagai jalan utama mencapai masa depan cerah yang selalu diimpikan itu. Perguruan tinggi seringkali dianggap sebagai tempat dimana semua impian akan terwujud. Namun, setelah berjuang keras menyelesaikan seluruh tugas, ujian, projek, dan segala hal yang berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab ternyata banyak mahasiswa mulai merasakan kenyataan yang berbeda. Apa yang selama ini mereka impikan seringkali tidak sejalan dengan realita yang ada di depan mata. Bahkan ketika dihadapkan dengan tantangan di dunia kerja, satu per satu ketidakpastian muncul dan memengaruhi rencana yang telah mereka susun sedemikan rupa. Mahasiswa pun mulai merasa bahwa mereka tidak cukup siap menghadapi kehidupan setelah lulus, baik dalam hal karier, finansial, maupun relasi professional.

Tekanan Untuk Berhasil dan Standar yang Terlalu Tinggi

Salah satu faktor terbesar dalam quarter life crisis adalah tingginya ekspektasi dari lingkungan sekitar. Banyak mahasiswa yang merasa tertekan untuk segera menemukan pekerjaan yang bergengsi dan kestabilan finansial. Namun pada kenyataannya dunia tidak sesederhana itu. Proses mencari jati diri dan tujuan hidup yang sebenarnya terkadang bisa memakan waktu lebih lama dari yang kita pikirkan. Selain itu, sosial media juga memegang peranan penting. Melihat teman-teman sebaya sudah bekerja, mapan atau menjalani kehidupan yang tampak sempurna membuat mahasiswa tertekan. Perasaan seperti “apakah saya cukup baik?” atau “mengapa saya belum bisa seperti mereka?” seringkali menganggu kesehatan mental.

Kesehatan Mental dan Pentingnya Dukungan

Quarter life crisis umumnya datang dibarengi dengan gejala kecemasan, stres, bahkan depresi. Mahasiswa sering merasa cemas karena belum menemukan jalan hidupnya yang pasti, apalagi ketika mereka merasa terjebak dalam sistem yang penuh persaingan dan standar yang tidak realistis. Di sinilah peran sosial dimainkan, berbicara dengan teman dekat, dosen yang dirasa dekat, atau konselor kampus dapat membantu meredakan kecemasan dan memberikan perspektif baru tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup. Dukungan dari keluarga juga sangat penting dalam memberikan rasa aman dan keyakinan bahwa setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing (Oktaviani & Soetjiningsih, 2023).

Menerima Kepastian dan Menemukan Jati Diri

Satu hal yang harus dipahami oleh setiap manusia bahwa problematika seperti quarter life crisis bukanlah suatu masalah yang bisa dan harus dihadapi dalam waktu singkat. Ini adalah fase yang mungkin akan membawa banyak perubahan dan proses pembelajaran yang menjadikan diri lebih dewasa. Manusia perlu belajar menerima ketidakpastian, baik dalam karier, hubungan, ataupun tujuan hidup. Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana yang telah digariskan sejak lama dan perasaan ragu atau bingung merupakan bagian dari proses pengembangan diri (Lestari et al., 2022).

Kesimpulan

Quarter life crisis bukanlah suatu fase yang mudah, terutama bagi mahasiswa yang sedang berjuang dengan masa depan yang belum pasti. Penulis pun merasakan hal yang sama sebagai salah satu mahasiswa Universitas Airlangga dimana merupakan salah satu kampus bergengsi dan tentunya penuh dengan standar yang tinggi. Namun, jika melihat dari sudut pandang yang berbeda, fase ini dapat membuat kita mengenal diri kita lebih dalam, menemukan passion, dan menyusun tujuan hidup yang lebih menyesuaikan pada keinginan dan nilai pribadi. Tidak lagi berfokus pada tekanan memenuhi ekspektasi orang lain, tetapi belajar menerima diri dan berjalan pada jalannya sendiri.

Dengan demikian, meskipun quarter life crisis umum terjadi, itu bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan bisa menjadi awal perjalanan yang lebih bermakna, penuh pembelajaran, dan tentunya kedamaian batin. Mahasiswa yang mampu melewati fase ini dengan dukungan yang optimal dan kemampuan menerima ketidakpastian akan lolos dari krisis ini sebagai individu yang lebih kuat dan siap menjalani kehidupan yang dinamis.

Referensi

Lestari, U., Masluchah, L., & Mufidah, W. (2022). Konsep Diri Dalam Menghadapi Quarter Life Crisis. IDEA: Jurnal Psikologi, 6(1), 14–28. https://doi.org/10.32492/idea.v6i1.6102

Oktaviani, P. M., & Soetjiningsih, C. H. (2023). Dukungan Sosial Dan Quarter Life Crisis Pada Fresh Graduate. Proyeksi, 18(2), 237. https://doi.org/10.30659/jp.18.2.237-250

Syifa’ussurur, M., Husna, N., Mustaqim, M., & Fahmi, L. (2021). MENEMUKENALI BERBAGAI ALTERNATIF INTERVENSI DALAM MENGHADAPI QUARTER LIFE CRISIS: SEBUAH KAJIAN LITERATUR [DISCOVERING VARIOUS ALTERNATIVE INTERVENTION TOWARDS QUARTER LIFE CRISIS: A LITERATURE STUDY]. Journal of Contemporary Islamic Counselling, 1(1). https://doi.org/10.59027/jcic.v1i1.61

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image