Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Harsendy Agus Widyatama

Profesi Dokter Gigi: Dokter yang Sering Diremehkan

Edukasi | 2024-12-12 08:25:18

Profesi dokter gigi sering kali dianggap sepele oleh masyarakat. Padahal, dokter gigi memiliki peran penting dalam upaya menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kurangnya pemahaman mengenai kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu penyebab munculnya anggapan ini. Banyak orang yang menganggap dokter gigi hanya mengurus estetika, memutihkan gigi, memasang kawat gigi, tanpa menyadari bahwa kesehatan gigi dan mulut juga berhubungan dengan penyakit sistemik. Akibatnya, orang-orang mengunjungi dokter gigi ketika kondisi kesehatan giginya sudah parah, seperti saat gigi berlubang besar dan menyebabkan infeksi.

Pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut tidak hanya penting untuk mencegah kerusakan lokal seperti gigi berlubang atau penyakit gusi, tetapi juga berpengaruh besar untuk menjaga kesehatan tubuh secara sistemik. Penyakit periodontal atau gusi, misalnya, dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes. Penelitian menunjukkan bahwa bakteri dari infeksi gusi atau periodontitis dapat menyebar melalui darah, menyebabkan peradangan, dan bahkan membentuk plak di pembuluh darah yang bisa menyebabkan serangan jantung dan stroke atau disebut endokarditis.

Pada penderita penyakit diabetes, masalah gigi dan gusi bisa menjadi lebih rumit. Produksi gula darah yang tidak terkontrol menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan bakteri yang bisa berdampak pada risiko munculnya radang gusi. Masalah gigi dan mulut juga dapat memiliki hubungan dengan kehamilan. Infeksi gusi atau periodontitis dapat meyebabkan peningkatan risiko kelahiran bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan bakteri melalui plasenta yang dapat merusak rahim dan mengakibatkan kelahiran prematur.

Sayangnya, masih banyak orang yang enggan melakukan perawatan gigi dan mulut rutin di dokter gigi. Salah satu alasannya adalah stigma bahwa dokter gigi hanya diperlukan ketika kondisi penyakit sudah parah, seperti sakit gigi atau gigi berlubang. Banyak juga yang masih takut dengan prosedur yang dilakukan oleh dokter gigi, seperti pencabutan atau penambalan, meskipun teknologi modern telah membuat prosedur ini lebih nyaman dan minim risiko. Selain itu, kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan tradisional yang tidak memiliki dasar ilmiah turut memperburuk masalah ini. Banyak masyarakat yang masih memilih menggunakan ramuan obat tradisional untuk menangani masalah gigi, seperti sakit gigi, alih-alih memeriksakannya ke dokter gigi. Hal ini akan mereka lakukan hingga kondisi giginya semakin parah dan memerlukan penanganan medis yang lebih kompleks. Kurangnya edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut serta minimnya akses terhadap pelayanan kesehatan gigi, terutama di daerah terpencil, juga menjadi faktor penghambat.

Kesehatan gigi dan mulut tidak hanya memengaruhi aspek medis seseorang saja, tetapi juga produktivitas seseorang. Sakit gigi yang sudah parah dapat memengaruhi aktivitas seseorang, menyebabkan gangguan tidur, dan menurunkan konsentrasi saat bekerja. Selain itu, bau mulut dan gigi yang tidak rapi juga dapat menurunkan kepercayaan diri serta memengaruhi interaksi sosial. Pada anak-anak, kesehatan gigi yang buruk dapat berdampak pada kualitas belajar. Anak-anak yang mengalami sakit gigi kronis cenderung untuk tidak mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di sekolah karena terganggu dengan penyakitnya sehingga kehilangan banyak kesempatan belajar. Hal ini menjadi masalah yang harus diperhatikan, khususnya di tempat-tempat yang memiliki akses terbatas ke pelayanan kesehatan gigi.

Untuk mengatasi stigma terhadap profesi dokter gigi dan meningkatkan kesadaran masyarakat, diperlukan upaya edukasi yang intensif. Pemerintah, institusi pendidikan, dan organisasi kesehatan dapat bekerja sama untuk mengadakan kampanye yang menyasar semua kelompok usia. Seperti yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga melalui kegiatan Elementary Dental Education FKGP 2024 atau yang biasa disingkat EDE FKGP 2024. EDE FKGP 2024 merupakan kegiatan sosialisasi kesehatan gigi dan mulut yang menyasar anak-anak sekolah dasar di Surabaya. Tahun ini, kegiatan EDE FKGP 2024 dilaksanakan di tujuh sekolah dasar yang tersebar di seluruh Surabaya dengan tujuan meningkatkan pemahaman anak-anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sedari awal. Selain EDE FKGP, FKG Universitas Airlangga juga memiliki program Dental Health Education atau DHE. DHE merupakan kegiatan sosialisasi kesehatan gigi dan mulut yang ditujukan untuk masyarakat umum. Kegiatan ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum bahwa perawatan gigi bukan hanya soal estetika, tetapi juga pencegahan berbagai macam penyakit yang dapat mengancam jiwa.

Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan gigi juga harus menjadi prioritas, terutama di daerah-daerah terpencil dan minim akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, pelatihan tenaga medis yang profesional, serta subsidi biaya perawatan gigi adalah langkah-langkah penting untuk mendorong masyarakat melakukan pemeriksaan rutin. Selain itu, kolaborasi dengan tokoh masyarakat ataupun pemimpin agama dapat membantu memperkuat pesan edukasi, terutama di komunitas yang masih sangat terpengaruh oleh kepercayaan tradisional.

Dokter gigi memainkan peran yang lebih besar daripada sekedar mempercantik senyuman. Mereka adalah garda terdepan dalam menjaga kesehatan sistemik melalui perawatan gigi dan mulut. Menghargai profesi dokter gigi sama dengan berinvestasi dalam kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan perawatan rutin, pola hidup yang sehat, dan edukasi yang tepat, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya kesehatan mulut, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas dalam jangka panjang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image