Kesehatan Mental di Era Generasi Alpha
Eduaksi | 2024-12-05 12:23:43Generasi alpha merupakan generasi yang lahir pada tahun 2010 hingga 2025 yang merupakan sebuah generasi yang lahir pertama kali di era digitalisasi dan merupakan sebuah era yang menjadi sebuah harapan di tahun 2045 sebagai generasi emas bangsa Indonesia. Generasi alpha tumbuh pada generasi yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi , kemudahan akses internet yang tidak lagi ada batasanya, dan perubahan sosial yang cepat . Meskipun di era generasi alpha sangat mudah untuk mengakses internet namun , kesehatan mental generasi alpha menjadi perhatian yang semakin penting.
Tantangan kesehatan mental di generasi alpha sebagai berikut :
1. Paparan Media Sosial: Media sosial ini sudah menjadi sebuah bagian dalam kehidupan sehari-hari dari generasi alpha. Meskipun generasi alpha hidup dalam zaman digitalisasi yang dimana akses komunikasi sangat mudah . Namun, paparan media sosial tersebut sangat perbadingan sosial, kecemasan dan depresi anak . Di era digitalisasi pada generasi alpha ini membuat anak-anak menjadi tertekan karena insecure ketika melihat media sosial seperti dari teman sebaya atau influence.
2. Keasingan Sosial : Meskipun generasi alpha hidup di era digitalisasi yang dimana akses internet sangat mudah , banyak anak dari generasi alpha merasa keterasingan sosial karena komunikasi yang dialami yaitu tanpa tata muka . Sehingga ,mengakibatkan kesulitan dalam membangun keterampilan sosial dan hubungan yang sehat. Keterasingan sosial ini dapat berkontribusi pada perasaan kesepian dan isolasi dari generasi alpha .
3. Tekanan Akademis : Dengan kemudahan di era ini generasi alpha terkadang mudah insecure terhadap prestasi yang didapatkan oleh teman sebayanya . Karena generasi alpha ini sangat sulit untuk menyeimbangkan antara kegiatan belajar dan bermain media sosial. Sehingga, dapat mengakibatkan dampak kecemasan dari anak-anak hingga dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka.
4. Perubahan Lingkungan dan Sosial : Hal ini karena generasi alpha hidup dalam kehidupan ketidakpastiaan dalam perubahan iklim, politik, dan issue-isue politik yang kompleks. Sehingga generasi alpha mengalami kecemasan tentang masa depan mereka karena hidup dalam era ketidakpastiaan sosial.
Untuk mengatasi tantangan kesehatan mental di era generasi alpha kita dapat melakukan beberapa cara yaitu :
1. Pendidikan Kesehatan Mental: dengan melakukan edukasi kesehatan mental dari sejak dini membuat anak-anak pada generasi alpha ini mudah untuk mengajarkan agar anak-anak mudah menggelolah emosi mereka , dan perlunya kita harus mengetahui perasaan kesehatan mental dari generasi alpha agar secara psikoligis mereka terjaga aman.
2. Pentingya Sharing terhadap keluarga: di era digitalisasi orang tua generasi alpha juga sibuk terhadap pekerjaan saat ini sehingga orang tua tidak memperhatikan tentang kehidupan sehari-hari anak mereka. Oleh karena itu, sharing terhadap keluarga penting karena anak dapat bercerita keluh kesah tanpa harus memendam perasaan mereka . Hal ini sangat bermanfaat supaya anak tidak mengalami stress secara emosional , dan keasingan mereka dari anak-anak tersebut.
3. Mendorong Interaksi Terhadap Masyarakat: di era ini anak-anak maraknya penggunaan media sosial hingga interaksi terhadap masyarakat kurang , dengan anak di tuntun sejak dini untuk melakukan interaksi sosial dapat membuat anak tidak merasa terasing dari kehidupan sehingga kesehatan mental mereka terjaga dengan aman.
Kesehatan mental Generasi Alpha adalah isu yang semakin penting seiring dengan meningkatnya tekanan dari berbagai aspek kehidupan modern. Dengan dukungan yang tepat dari orang tua, pendidik, dan masyarakat, Generasi Alpha dapat belajar untuk mengatasi tantangan ini dan tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional. Membangun kesadaran akan kesehatan mental sejak dini adalah kunci untuk memastikan kesejahteraan mereka di masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.