Waspada Mundurnya Mental Generasi Muda di Tengah Majunya Teknologi
Rembuk | 2024-12-04 12:11:08Di era globalisasi ini, banyak perubahan yang terjadi di dunia. Perubahan tersebut beriringan dengan dampak positif dan negatif yang saling bermunculan. Cukup banyak ilmu dan keterampilan baru yang dapat dimiliki oleh para generasi muda. Hal tersebut menjadikan generasi muda memiliki banyak wadah untuk mengekspresikan dirinya. Namun di sisi lain, ada hal yang cukup memprihatinkan yang perlu kita sikapi lebih lanjut.
Teknologi menjadi elemen yang dapat merubah dan menunjang kehidupan manusia. Pada awalnya teknologi dibuat manusia secara sederhana dan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun saat ini teknologi berkembang pesat menjadi suatu hal yang pokok dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Saat ini hampir semua kegiatan yang kita lakukan membutuhkan teknologi.
Di era pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat menjadikan generasi muda mampu menerima segala isu di luar sana tanpa ada batasnya. Hanya dengan melalui media sosial, kita bisa melihat kehidupan orang lain yang biasanya menjadi awal mula timbul rasa iri dan tidak percaya diri. Banyak pula yang menjadi frustasi setelah melihat isu dan berita yang didapatkan melalui media sosial.
Selain itu, banyak bermunculan juga konten yang seakan-akan memperparah rasa ketidakpercayaan diri kita dan menjadikan kita merasa lemah. Banyak pula konten-konten yang menjadikan kita mendiagnosis sakit mental sendiri tanpa bantuan seorang ahli. Saat ini juga marak mengenai perundungan melalui sosial media yang berdampak di kehidupan nyata bagi korbannya. Sehingga, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ini menjadi sumber bagi para generasi muda mendapatkan berbagai perasaan sakit hati, iri, ketakutan, dan ketidakpercayaan diri. Hal ini menjadi masalah serius jika tidak ditindaklanjuti cara pencegahannya karena generasi mudalah yang akan memegang bangsa ini.
Berdasarkan hasil laporan dari Healt Behavior in School-aged Children (HBSC), sebanyak 45 negara di Eropa usia 11 tahun hingga 15 tahun dalam keadaan kesehatan buruk karena merasa kesepian, gugup, merasa rendah diri hingga mudah tersinggung yang disebabkan teknologi digital. Tidak hanya itu, hasil penelitian di tahun-tahun berikutnya menyatakan bahwa 80% remaja di Indonesia menghabiskan banyak waktu untuk bermain media sosial. Gangguan ketakutan, cemas, kesepian, dan rendah diri merupakan hal yang rawan terjadi pada usia remaja, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk bijak melakukan media sosial.
Dengan melihat banyaknya kasus dan dampkak negatif dari perkembangan teknologi yang ada, kita harus semakin bijak dalam bertindak di media sosial. Ada baiknya kita menyaring setiap informasi yang kita terima. Etika kita dalam menggunakan media sosial juga perlu diwaspadai karena hal tersebut akan menjadi jejak digital yang nantinya bisa menjadi sebuah boomerang bagi kita sendiri. Tindakan bijak dalam bermedia sosial dapat dilakukan dengan menjauhi konten pornografi, isu diskriminasi, dan kekerasan, serta memperhatikan penggunaan bahasa. Selain itu, tidak kalah penting bagi kita untuk tidak menyebarkan informasi tanpa verifikasi yang valid. Pastikanlah kebenaran berita dan mematuhi etika saat menggunakan segala jenis platform media sosial.
Konsekuensi akan selalu beriringan dengan segala jenis tindakan yang kita lakukan, begitu pula dalam bermedia sosial. Maka dari itu, penting untuk dapat memilah dan memilih informasi yang kita terima. Selain itu, bijaklah dalam menggunakan media sosial dengan memikirkan segala konsekuensi yang akan diterima. Seringkali orang kecanduan media sosial hanya karena ingin menambah teman, memperluas relasi, serta ingin dikenal banyak orang hingga lupa bahwa masih ada interaksi di dunia nyata yang dapat kita jalin.
Referensi:
Bintang, J. M. (2023) “Pengaruh Sosial Media pada Masa Dewasa Awal”, PENSA, 5(3), pp. 1-9. Diambil dari: https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa/article/view/4345 (Diakses: 24 November 2024).
Thursina, F., 2023. Pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental siswa pada salah satu SMAN di Kota Bandung. Jurnal Psikologi dan Konseling West Science, 1(1), pp. 19-30. Diambil dari: https://wnj.westscience-press.com/index.php/jpkws/index (Diakses: 24 November 2024).
Yasin, R. A. ., Anjani, R. R. K. A., Salsabil, S. ., Rahmayanti, T. . and Amalia, R. . (2022) “PENGARUH SOSIAL MEDIA TERHADAP KESEHATAN MENTAL DAN FISIK REMAJA: A SYSTEMATIC REVIEW”, Jurnal Kesehatan Tambusai, 3(2), pp. 83–90. Diambil dari: https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4402 (Diakses: 24 November 2024).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.