Menghadapi FOMO: Tantangan Remaja di Era Media Sosial
Gaya Hidup | 2024-12-03 18:24:42FOMO atau Fear of Missing Out adalah ketakutan atau kecemasan akibat merasa tertinggal dari sesuatu yang dianggap penting. Ini bisa berupa tren, acara sosial, atau pencapaian teman-teman. Dalam era media sosial, fenomena ini menjadi semakin relevan, terutama di kalangan remaja. Ketika scrolling media sosial, mereka kerap melihat unggahan yang menunjukkan momen-momen seru, pencapaian, atau barang tren terbaru. Perasaan bahwa "semua orang bersenang-senang tanpa aku" dapat menciptakan tekanan emosional yang serius.
Remaja berada pada tahap perkembangan yang sensitif terhadap pengaruh sosial. Media sosial memperkuat kebutuhan untuk diterima dan mengikuti tren. Sebagai contoh, boneka Labubu yang populer berkat dukungan influencer seperti Lisa BLACKPINK menjadi fenomena besar. Remaja merasa terdorong untuk memiliki barang tersebut agar tidak ketinggalan, meskipun itu melibatkan pengorbanan. Ketergantungan pada media sosial memicu perbandingan sosial. Menurut Social Comparison Theory, remaja cenderung mengevaluasi diri dengan membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain, sering kali membuat mereka merasa ketinggalan, cemas, kurang atau tidak cukup baik.
FOMO memengaruhi kesehatan mental remaja dalam berbagai cara:
- Kesehatan Mental: Ketika FOMO mengambil alih, remaja seringkali merasa apa yang mereka miliki atau alami dalam kehidupan pribadi mereka tidaklah cukup. Hal-hal yang membuat mereka gembira, seperti saat bersama keluarga, aktivitas santai, dan suatu pencapaian, tampak kurang memuaskan bagi mereka dibandingkan yang terlihat oleh orang lain. Tekanan untuk selalu relevan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan rasa tidak percaya diri.
- Gangguan Tidur: Para remaja sulit menghentikan aktivitas online karena mereka selalu ingin memeriksa update, berita, dan notifikasi hingga larut malam, mengorbankan kualitas tidur mereka. Berkurangnya jam tidur, menyebabkan konsentrasi remaja dapat berkurang
- Isolasi Sosial: Ironisnya, meskipun mereka aktif secara virtual, remaja yang terjebak FOMO sering merasa kurang terhubung secara emosional dalam kehidupan nyata. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berfungsi sebagai pengganti interaksi sosial secara langsung, yang sangat penting untuk perkembangan emosi remaja. Kurangnya interaksi sosial yang nyata dapat menyebabkan rasa kesepian, terisolasi, dan kurangnya dukungan sosial, yang semuanya dapat berdampak negatif pada kesehatan emosional.
Menghadapi FOMO memerlukan pendekatan yang seimbang antara penggunaan teknologi dan kesejahteraan pribadi. Berikut adalah beberapa cara efektif:
- Batasi Penggunaan Media Sosial: Membatasi penggunaan media sosial dapar mendorong remaja untuk terhindar dari perbandingan sosial yang merugikan dan paparan yang berlebihan terhadap kehidupan orang lain. Gunakan aplikasi pengelola waktu untuk mengontrol durasi online dan hindari penggunaan media sosial sebelum tidur.
- Latih Rasa Syukur: Dapat dilakukan dengan mencatat hal-hal yang di syukuri atau hanya sekadar merenungkan hal-hal positif sebelum tidur. Fokus pada hal-hal positif dalam hidup dapat membantu mengurangi rasa tidak puas yang dipicu oleh media sosial.
- Bangun Hubungan Nyata: Menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga secara langsung memberikan dukungan emosional yang lebih kuat dibandingkan interaksi online.
- Kembangkan Hobi: Mengasah keterampilan atau mengeksplorasi minat baru membantu remaja menemukan kepuasan tanpa perlu membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini diperlukan, sehingga mengatasi keinginan untuk terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain.
- Peran Orang Tua: Dengan adanya Parental Mediation Theory, yaitu pendekatan komunikasi yang transparan, orang tua dapat lebih memahami penyebab rasa cemas anak dan memberikan panduan, serta mengurangi efek buruk dari media sosial. Selain itu, orang tua harus menciptakan lingkungan yang mendukung dimana anak-anak merasa nyaman berbagi perasaan mereka. Komunikasi terbuka membantu remaja mengatasi tekanan sosial dan memahami realitas di balik media sosial.
FOMO adalah tantangan nyata di era digital, terutama bagi remaja. Namun, dengan pendekatan yang tepat, mereka dapat belajar untuk tidak terjebak dalam tekanan sosial yang merugikan. Penting bagi masyarakat, terutama keluarga, untuk mendukung remaja dalam membangun keseimbangan antara kehidupan digital dan kesejahteraan pribadi. Alih-alih mengejar validasi dari media sosial, fokuslah pada nilai-nilai yang benar-benar membawa kebahagiaan sejati.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.