Operasi Badai Al-Aqsa, Perang Terlama Arab dan Israel
Politik | 2024-11-29 05:30:41Hamas (Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah) berarti Gerakan Perlawanan Islam, selama satu tahun ini menjadi pembicaraan masyarakat dunia, faksi perlawanan terbesar di Palestina, khususnya di Jalur Gaza, menorehkan sejarah baru di dalam konflik berdarah antara bangsa Arab dengan Israel, perang yang berlangsung saat ini menjadi episode perang terlama sepanjang konflik diantara keduanya.
Perang di mulai pada tanggal 7 Oktober 2023, ditandai serangan sayap militer Hamas, Brigade Izzudin Al-Qassam ke wilayah pendudukan Israel melalui darat, udara, dan laut, telah mempermalukan wajah Israel di panggung internasional, selama ini di klaim memiliki sistem pertahanan militer terkuat di kawasan Timur Tengah, bahkan salah satu terkuat juga di dunia.
Ternyata di dalam hitungan jam serangan milisi Hamas dinamai Operasi Badai Al-Aqsa, berhasil melumpuhkan kekuatan militer Israel, banyak pos penjagaan perbatasan dan kompleks militer IDF (Israel Defense Forces), dengan mudah dikuasai para perjuang kemerdekaan Palestina, sebelum akhirnya Brigade Izzudin Al-Qassam dan faksi-faksi lain, menarik diri kembali ke Jalur Gaza sembil membawa sandera untuk ditukarkan dengan kebebasan warga Palestina yang mengalami penangkapan dan penahanan semena-mena tanpa melalui proses persidangan atau peradilan yang fair, proses peradilan yang seharusnya menjungjung tinggi hak asasi manusia, serta menyetarakan setiap orang berdasarkan harkat dan martabatnya, Israel selama ini telah mengabaikan hak-hak warga Palestina ketika melakukan aksi penangkapan dan penahanan.
Aksi penyanderaan dilakukan Hamas merupakan aksi yang lazim digunakan semua faksi perlawanan Palestina, jadi tidak hanya monopoli kelompok Hamas saja, semua faksi perlawanan menuntut pembebasan atas ribuan warga Palestina serta beberapa tokoh pemimpin kemerdekaan yang ditahan bertahun-tahun di dalam penjara-penjara Israel.
Konflik Arab-Israel
Perang pertama antara bangsa Arab dengan Israel dimulai ketika kelompok zionis, dibawah kepemimpinan David Ben Gurion, mendeklarasikan berdirinya negara Israel di atas tanah Palestina pada tanggal 14 Mei 1948, sehari setelah deklarasi itu, pasukan gabungan dari beberapa negara Arab seperti Mesir, Yordania, Suriah, Lebanon, dan Irak menyerang Israel.
Perang ini berlangsung dari bulan Mei 1948 sampai bulan Maret 1949 atau sebelas bulan lamanya. Akhir dari perang ini Israel keluar menjadi pemenang, dampaknya ratusan ribu warga Palestina terusir dari tanah airnya, mereka menjadi pengungsi ke negara-negara Arab sekitarnya, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa tragedi Nakba.
Kemudian perang Arab-Israel melibatkan PLO pimpinan Yasser Arafat berperang melawan zionis-Isarel di Lebanon pada tahun 1982, peperangan berlangsung 88 hari, di dalam perang ini terjadi aksi genosida kepada para pengungsi Palestina yang dilakukan milisi Falangis yang di dukung zionis-Israel, peristiwa pembantaian dikenal dengan tragedi Sabra dan Shatila. Sebelumnya pernah juga terjadi perang Arab-Israel pada tahun 1967 lebih dikenal perang selama 6 hari, perang ini berlangsung dari 5 -10 Juni 1967, melibatkan Israel melawan koalisi negara-negara Arab, yang melibatkan Mesir, Yordania, Suriah, dan Irak. Kemudian perang Arab-Israel tahun 1973, lebih dikenal dengan istilah perang Yom Kippur, melibatkan koalisi negara-negara Arab, dipimpin oleh Mesir dan Suriah melawan Israel, jalannya perang berlangsung selama 21 hari (Rahman, 2024).
Kekuatan Hamas
Sejarah panjang konflik antara bangsa Arab dengan zionis-Israel yang melibatkan beberapa negara Arab, dengan dukungan alutsista layaknya militer organik di sebuah negara, ternyata belum bisa mengalahkan Israel, durasi waktu perang pun relatif pendek. Hal ini disebabkan pihak zionis Israel mendapatkan bantuan tanpa batas pada bidang militer dan ekonomi dari dunia barat.
Hal ini berbeda dengan Operasi Badai Al-Aqsa dilancarkan kelompok Hamas, sudah satu tahun lebih perang masih berkecamuk di berbagai penjuru wilayah di Jalur Gaza, perlawanan dilancarkan sayap militer kelompok Hamas ini terlihat masih sengit di berbagai palagan pertempuran, tidak ada tanda-tanda mereka akan mengibarkan bendera putih atau menyerah, seperti yang diharapkan zionis-Israel, bagi Izzudin Al-Qassam slogan “isy kariman au mut syahidan” (hidup mulia atau mati syahid) menjadi fondasi perjuangannya.
Brigade Izzudin Al-Qassam hanyalah milisi sipil, artinya pasukan mereka bukan tentara reguler seperti layaknya tentara di sebuah negara pada umumnya, yang ditunjang oleh alutsista modern, kelompok ini tidak memiliki tank, panser, pesawat tempur, atau helikopter apache. Tetapi perlawanan mereka menghadapi tentara pendudukan Israel telah memukau dan menggetarkan dunia, tentu kita masih ingat bagaimana rekaman video pasukan Izzudin Al-Qassam menggunakan paralayang bermotor berhasil menembus pertahanan udara zionis-Israel, hanya menggunakan paralayang bermotor, Izzudin Al-Qassam mampu mamasuki wilayah pendudukan itu dengan mudah.
Bahkan hampir setiap hari melalui akun media sosialnya, kelompok Hamas merilis banyak video pendek yang memvisualisasikan keberhasilan pasukannya, ketika menghancurkan tank-tank Merkava. Kendaraan tempur lapis baja kebanggaan zionis-Israel ini, katanya memiliki sistem pertahanan modern dan teknologi canggih. Ternyata tidak berdaya menahan tembakan roket RPG Al-Yasin 105, senjata rakitan atau modifikasi dari kelompok Hamas, terbukti menunjukkan ketangguhan pada Operasi Badai Al-Aqsa, kehadiran RPG Al-Yasin 105 dibeberapa palagan bekerja cukup efektif, menurut laporan media asing ditaksir seribuan lebih tank-tank Merkava hancur di Jalur Gaza, terkena tembakan roket dari RPG Al-Yasin 105.
Merkava di dalam bahasa Ibrani berarti “kereta perang”, tank ini pertama kali digunakan zionis dalam perang melawan Lebanon pada tahun 1970-an, dan terus disempurnakan oleh Israel serta digunakan dalam pertempuran di Jalur Gaza saat ini, Israel menjadi satu-satunya negara di dunia menjadikan tank sebagai pusat kekuatan militernya, mereka takut bertempur langsung berhadapan muka dengan muka dengan para pejuang kemerdekaan Palestina, mereka melakukan kreasi dengan membuat benteng berjalan (Ar-Risalah, 2024).
Kunci ketahanan Hamas menghadapi serangan brutal Israel selama satu tahun lebih, adanya sistem pertahanan bawah tanah, yang telah dibangun bertahun-tahun lamanya, bahkan harian The New York Time mengutip sumber militer Israel sangat terkejut dengan kecanggihan, panjang, dan kedalaman terowongan bawah tanah di Jalur Gaza, yang sangat misterius dibangun sangat rumit seperti jaring laba-laba (Rahman, 2024).
Terpenting dari semuanya, kekuatan utama Hamas adalah ideologi mereka miliki, secara ideologis Hamas menjadikan Islam sebagai elemen pokok identitas perjuangan, serta memaknai perlawanan mereka, sebagai bentuk perjuangan suci kelak mendapatkan kemenangan, keyakinan itu berasal dari ajaran Islam, agama mayoritas yang dipeluk bangsa Palestina. Semenjak didirikan Hamas menempuh pendekatan non-kooperatif tidak bersedia bekerjasama dengan Israel, serta menutup pintu diplomasi dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina, langkah politik Hamas berbeda dengan PLO (Palestinian Liberation Organization), menempuh langkah moderat membuka perundingan dengan Israel atau menggunakan politik diplomasi (Kumoro, 2009).
Hamas mencantumkan Islam sebagai asas utama gerakannya, memiliki tujuan membebaskan Palestina dari penjajahan zionis Israel, pergerakan Hamas berwatak non-kooperatif atau tidak bekerja sama dengan Israel. Kelompok ini seperti mengirimkan pesan kepada dunia, bahwa perjuangan Palestina tidak padam atau mati, justru semakin kuat, serta bertransformasi ke dalam berbagai bentuk dan strategi perlawanan baru, hasilnya semakin nyata dan efektif, salah satunya Operasi Badai Al-Aqsa telah mempermalukan Israel di pentas global. Perlawanan Hamas ini memiliki tujuan sangat jelas, yaitu penghentian pendudukan Israel, berupa perampasan atas hak-hak rakyat Palestina. Hamas menghendaki penjajahan itu dihentikan dengan mengembalikan tanah kepada bangsa Palestina. From The River to The Sea, Palestine Will Be Free!!
Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Karawang.
Referensi Artikel
1. Ar-Risalah, Amar. 2024. Thufaan Al-Aqsa : The Fight For Freedom (PT. Generasi Shalahuddin Berilmu, Depok).
2. Kumoro, Bawono. 2009. Hamas Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zionisme Israel. (Mizan, Bandung).
3. Rahman, Musthafa Abd. 2024. Perang Gaza Dampakya Di Internal, Regional, dan Internasional. (Jakarta, Penerbit Buku Kompas).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.