Menjadi Pebisnis Berintegritas: Sifat-sifat Terpuji dan Tercela yang Perlu Diperhatikan
Bisnis | 2024-11-28 18:20:24Dunia Bisnis bukan hanya tentang menghasilkan keuntungan, tetapi juga tentang bagaimana cara mencapainya. Dalam islam, etika dan moral menjadi landasan penting yang harus dijaga dalam setiap aktivitas bisnis. Memiliki sifat-sifat terpuji dapat membantu membangun reputasi dan keberlanjutan usaha, sementara sifat-sifat tercela justru bisa merusak bisnis dalam jangka panjang. Maka, memahami perbedaan kedua nya adalah langkah awal menuju kesuksesan dunia dan akhirat.
Sifat-sifat terpuji dalam berbisnis mencerminkan akhlak mulia yang mendukung hubungan harmonis antara pebisnis dan pelanggan sehingga menciptakan keberkahan dalam usaha. Sebaliknya Sifat tercela dalam berbisnis adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama maupun sosial. Perilaku tersebut dapat merusak reputasi dan membawa dampak negatif jangka panjang.
Berikut sifat-sifat terpuji yang harus diterapkan dalam berbisnis diantaranya, yaitu:
1. Jujur (Ash-Shiddiq)
Jujur berarti menyampaikan kebenarandan bertindak transparan dalam setiap aktivitas bisnis, seperti menjelaskan kualitas produk, menetapkan harga dan memenuhi perjanjian dengan pelanggan atau mitra. Kejujuran adalah landasan kepercayaan yang menjadi kunci hubungan baik dalam bisnis. Dalam Islam, Kejujuran dianggap membawa keberkahan sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama nabi, shiddiqin, dan syuhada di akhirat" (HR. Tirmidzi). Sikap jujur tidak hanya menjaga reputasi, tetapi juga menciptakan bisnis yang berkelanjutan dan bernilai.
2. Amanah (Dapat dipercaya)
Amanah berarti dapat dipercaya dalam menjalankan tanggung jawab dan menjaga kepercayaan yang diberikan oleh oranglain. Dalam praktiknya, amanah mencakup kejujuran dalam transaksi, memenuhi janji kepada pelanggan atau mitra, serta menjaga kualitas produk atau layanan sesuai kesepakatan. Sifat ini penting karena membangun reputasi yang baik, meningkatkan kepercayaan dan menciptakan hubungan bisnis yang berkelanjutan. Dalam islam, amanah dianggap salah satu nilai utama yang harus dijaga dalam setiap aktivitas termasuk dalam berbisnis.
3. Adil
Adil berarti memberikan perlakuan yang setara dan sesuai dengan hak setiap pihak yang terlibat, baik pelanggan, karyawan maupun mitra bisnis. Contohnya, menetapkan harga yang wajar, memberikan upah sesuai kerja dan tidak memihak dalam pengambilan keputusan. Prinsip ini penting untuk menjaga kepercayaan, menciptakan suasana kerja yang harmonis dan memastikan hubungan bisnis yang berkelanjutan. Dalam islam, keadilan adalah nilai utama yang harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam berbisnis.
4. Sabar
Sabar adalah kemampuan untuk tetap tenang, tabah dan konsisten dalam menghadapi tantangan atau kesulitan dalam menjalankan usaha. Ini mencakup kesabaran menghadapi kritik pelanggan, persaingan ketat, kegagalan atau hambatan lainnya. Sikap sabar membantu pebisnis mengambil keputusan yang bijak, tidak tergesa-gesa dan lebih fokus pada solusi. Dalam islam, sabar adalah nilai mulia yang mendatangkan keberkahan baik dalam usaha maupun hubungan dengan oranglain. Pebisnis yang sabar cenderung lebih dihormati dan dipercaya.
Selanjutnya, ada beberapa sifat tercela yang perlu dijauhi dalam berbisnis diantaranya, yaitu:
1. Curang (Tadlis)
Curang adalah tindakan tidak jujur yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan, biasanya dengan merugikan pihak lain Contohnya adalah menjual barang yang tidak sesuai dengan deskripsi atau sengaja memalsukan informasi terkait produk dan memanipulasi laporang keuntungan. Dalam Islam, perilaku ini sangat dilarang karena bertentangan dengan prinsip kejujuran dan keadilan. Selain merusak hubungan pelanggan dan mitra, kecurangan juga menghilangkan keberkahan dalam usaha, seperti yang disampaikan dalam hadist " Barang siapa menipu, maka ia bukan golongan kami" (HR. Muslim)
2. Serakah (Hirsh)
Serakah merujuk pada perilaku tamak atau terlalu mengejar keuntungan dengan cara yang tidak etis, seperti menaikkan harga secara berlebihan , mengorbankan kualitas produk untuk mendapatkan laba lebih, atau mengambil keuntungan tanpa memperhatiakn dampaknya pada pihak lain. Perilaku serakah ini bertentangan dengan prinsip keadilan dan integritas dalam bisnis, karena lebih fokus pada keuntungan pribadi tanpa memperhatikan kesejahteraan pelanggan atau mitra bisnis.
3. Pembohong
Pembohong merujuk pada tindakan informasi yang tidak benar atau menyesatkan pada pihak lain seperti pelanggan, mitra atau pelanggan demi keuntungan pribadi atau bisnis. Misalnya, memalsukan kualitas produk atau menyembunyikan fakta penting dalam transaksi. Tindakan pembohong ini bertentangan dengan prinsip kejujuran dan transparansi yang sangat dihargai dalam dunia bisnis. Selain merusak reputasi dan hubungan dengan pelanggan, perilaku ini dapat merugikan bisnis dalam jangka panjang.
4. Mengabaikan Hak Oranglain
Mengabaikan hak orang lain adalah tindakan yang tidak memenuhi kewajiban yang seharusnya diterima oleh pihak lain seperti pelanggan, karyawan atau mitra bisnis. Contohnya adalah tidak membayar gaji karyawan tepat waktu atau memperlakukan mereka dengan tidak manusiawi. Tindakan ini tidak hanya melanggar prinsip keadilan dalam islam dan norma sosial, tetapi juga dapat merusak kepercayaan, reputasi dan keberlanjutan bisnis. Etika bisnis mengajarkan pentingnya menjaga hak semua pihak untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan berkah dalam usaha.
Menjaga sifat-sifat terpuji dan menjauhi sifat-sifat tercela bukan hanya membantu membangun bisnis yang berkelanjutan, tetapi juga menjadi bagian dari ibadah. Bisnis yang dijalankan dengan integritas akan lebih mudah mendapatkan keberkahan dan kepercayaan pelanggan. Mari kita bersama-sama membangun dunia bisnis yang beretika dengan mengutamakan sifat-sifat terpuji dan menjauhi sifat-sifat tercela. Dan jadilah pebisnis yang tidak hanya sukses tetapi jadilah pebisnis yang membawa manfaat bagi banyak orang.
Saffanah Azkiya Rahmah Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Syariah
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.