Generasi Z dan Fenomena FOMO: Apa Dampaknya dan Bagaimana Mengatasinya?
Trend | 2024-11-25 08:46:34Gen Z saat ini menjadikan media sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari keseharian mereka. Begitu membuka mata di pagi hari, hal pertama yang mereka lakukan adalah memeriksa handphone untuk melihat notifikasi terbaru. Ada pesan dari siapa pada pagi itu, ada update story dari siapa saja, bahkan ada tren apa saja pada hari itu. Semua menjadi terlihat penting untuk diketahui karena menurut Gen Z mereka harus mengetahui hal-hal dan berita terbaru yang terjadi di sosial media, jika tidak, maka mereka akan merasa khawatir ketinggalan tren dan berita viral. Perasaan khawatir yang timbul inilah yang dikenal dengan istilah FOMO atau Fear of Missing Out.
Apa sih sebenarnya FOMO itu? FOMO atau Fear of Missing Out adalah perasaan khawatir atau cemas yang muncul pada diri seseorang ketika mereka merasa ketinggalan terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan oleh orang lain. FOMO mendorong seseorang untuk terus mengecek media sosialnya demi mengetahui berita-berita viral dan tren yang sedang terjadi di dunia maya. Akibatnya, seseorang akan mengalami kecanduan bermain media sosial. Ketika sudah mencapai tahap kecanduan, seseorang akan sulit untuk melepaskan diri dari handphone nya. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan, mulai dari mata lelah hingga insomnia atau gangguan tidur.
Selain berdampak negatif pada kesehatan, FOMO juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi psikologis seseorang. Beberapa di antaranya, yaitu:
1. Stress dan kecemasan berlebihan
FOMO seringkali menimbulkan perasaan cemas ketika seseorang melihat hal yang dilakukan oleh orang lain. Pikiran-pikiran seperti “kenapa aku tidak diajak?” atau “seharusnya aku juga bisa melakukannya” menjadi sering muncul. Pikiran inilah yang dapat menyebabkan stress jika dipikirkan berlebihan.
2. Penurunan rasa percaya diri dan meningkatnya perasaan insecure
Gen Z sering membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang mereka lihat di sosial media. Ketika mereka merasa pencapaian orang lain lebih baik, mereka akan merasa gagal dan tidak percaya diri dengan pencapaiannya sendiri. Padahal, yang ditampilkan di sosial media hanyalah sebagian kecil dari kehidupan seseorang yang sebenarnya juga pernah mengalami banyak kegagalan.
3. Kesejahteraan mental terancam
FOMO dapat memicu perasaan negatif, seperti kesedihan dan ketidakpuasan, di mana perasaan-perasaan negatif ini dapat terakumulasi sehingga akan mengacaukan pikiran dan mengganggu kesejahteraan mental seseorang. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan masalah mental yang lebih serius, salah satunya depresi. Jika tidak diatasi dengan baik, depresi dapat mengganggu produktivitas dan kehidupan sosial seseorang di dunia nyata. Seseorang yang mengalami depresi akan cenderung mengisolasi diri dari lingkungannya dan menjadi anti sosial.
Dilihat dari banyaknya dampak negatif yang diakibatkan oleh FOMO, maka fenomena ini harus diminimalisir. Lantas, bagaimanakah cara mengatasi FOMO yang sering terjadi pada Gen Z? Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan untuk mengurangi terjadinya FOMO:
1. Melakukan sosial media detox
Individu yang mengalami FOMO, disebabkan karena adanya perilaku individu yang menggunakan media sosial secara berlebihan sehingga menimbulkan gejala kecanduan. Maka dari itu, hal ini harus diatasi dengan melakukan detox sosial media, yakni dengan cara mengurangi penggunaan sosial media dan memperbanyak melakukan kegiatan positif. Detox sosial media sangat penting untuk dilakukan, terutama bagi Gen Z, karena membantu mereka mengendalikan diri dan membatasi jumlah waktu yang mereka habiskan untuk menggunakan gadget dan media sosial setiap hari.
2. Menembangkan hobi dan kegiatan positif
Seperti yang telah disinggung pada poin sebelumnya, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi FOMO adalah dengan memperbanyak melakukan kegiatan positif. Dengan itu, seseorang akan lebih fokus pada dirinya sendiri dan tidak akan memiliki banyak waktu untuk mencari tahu kehidupan orang lain di sosial media. Selain itu, seseorang juga dapat mengembangkan dan mengeksplor hobinya. Banyak kegiatan menarik yang dapat dijadikan sebagai hobi. Selain akan menjadi distraksi dari sosial media, mengembangkan hobi dapat menjadi sarana untuk meningkatkan nilai diri.
3. Melakukan quality time dengan keluarga atau teman dekat
FOMO membuat seseorang lebih fokus pada hubungannya dengan orang lain melalui sosial media. Untuk mengatasinya, sesekali cobalah untuk fokus pada hubungan yang nyata. Perbanyak quality time dengan keluarga atau teman dekat untuk mempererat hubungan dengan mereka.
FOMO mungkin terdengar seperti bagian tak terpisahkan dari era digital, tetapi setiap orang punya kendali atas bagaimana hal ini mempengaruhi dirinya. Dengan menyadari dampaknya dan mengambil langkah sederhana seperti melakukan detox sosial media, seseorang bisa menjalani hidup yang lebih tenang dan fokus. Dengan memahami dampak negatif yang dapat diakibatkan oleh FOMO dapat menjadi langkah awal untuk membantu Gen Z menemukan cara terbaik mengatasi FOMO dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri mereka sendiri dan dunia digital.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.