Apa itu membuat Kau Bahagia ?
Curhat | 2024-11-23 01:05:28Sosok spesial itu datang lagi. Setelah bertahun - bertahun kami tidak bertegur- sapa. Namun, entah bagaimana caranya ? Momentum membuat kami tersambung kembali. Lewat pesan pendek kami saling menanyakan kabar, lalu bersepakat untuk berbagi cerita lewat sambungan telepon. Saat itu obrolan diantara kami biasa saja. Tidak ada yang menarik dari dua orang manusia yang saling bertanya kabar masing - masing setelah lama tidak saling berkomunikasi. Namun, tetap saja suasananya begitu hangat juga akrab. Maklum sosok ini adalah seseorang yang pernah aku kenal ketika SMA dulu. Walau di masa - masa itu aku tidak pernah menyapanya dan hanya melihatnya dari kejauhan.
Setelah obrolan via telepon selesai. Komunikasi kami berlanjut melalui pesan - pesan pendek. Melalui pesan - pendek itu saya jadi mengerti kalo dia sedang fokus untuk mempelajari tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan keuangan , investasi , dan buku - buku yang berkaitan dengan hal itu. Tentu, tema ini begitu asing bagiku. Sebab, belakangan ini aku sedang fokus mempelajari tentang politik , lingkungan , dan gender. Sebaliknya, tema ini juga begitu asing baginya. Obrolan ini terus berlanjut, sampai pada akhirnya ia bertanya : "Terus apa yang menjadi rencana mu ke depan ?"
Aku pun bercerita tentang beberapa hal yang ingin ku lakukan mulai dari menulis lebih banyak lagi opini , ada keinginan membuat jurnal , dan fokus untuk membesarkan partai yang saat ini aku bergabung di dalamnya. Mendengar jawaban dariku, ia melanjutkan ke pertanyaan lain : " Lantas, apa semua itu membuat mu bahagia ?" Spontan saja aku menjawab tidak.
Sebab, bagiku sendiri kebahagiaan itu hanya ada pada dua momen yaitu pertama, saat aku bisa duduk di pangkuan kekasihku dan melihat adik - adikku tersenyum. Kedua, saat aku kelas lima SD, saat itu aku selalu menantikan waktu untuk pulang. Sebab aku akan pulang ke rumah opung ( nenek/ kakek) dan menyaksikan seluruh keluarga sedang berkumpul disana. Tentu saja ada jenis "kebahagiaan" lainnya. Tetapi, untuk jenis "kebahagiaan" lainnya, aku sendiri masih ragu apakah itu bisa dikategorikan sebagai kebahagiaan?
Sebab, aku sendiri berpandangan bahwa kebahagiaan adalah saat kau bisa bersyukur karena kau bisa hidup dan saat kau bisa mengerti alasan mengapa kau harus tetap hidup. Bagiku penggalan dua momen kebahagiaan yang telah ku sebutkan sebelumnya bisa membuat aku bersyukur dan mempunyai alasan untuk tetap hidup. Selepas mendengarkan alasan dariku, ia berkata bahwa kau memang melihat segala sesuatu dengan cara berbeda.
Aku tertawa mendengar hal itu darinya. Tetapi sepertinya aku bukan seperti yang ia sampaikan. Hal itu karena aku merasa bahwa aku hanya membuat hidupku lebih rumit. Lagi - lagi kami tertawa. "Oh iya, kapan - kapan aku akan ceritakan kepadamu soal janjiku kepada diri sendiri dan seorang dosen, tetapi sebagai gantinya kau ceritakan padaku segala hal tentang keuangan, investasi , dan buku buku yang berkaitan dengan hal itu,"ucapku kepadanya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.