Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image An Nisa

Takdir dan Pilihan

Sastra | 2024-11-17 18:32:31
Gambar ini di akses dari : https://www.canva.com/design/DAGWdRiAGzs/0W1rtsr6HY-ZTiKPWrcFXQ/edit?utm_content=DAGWdRiAGzs&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton

Memasuki pertengahan Desember salju tak kunjung turun namun udara terus menurun, orang-orang tak bisa lepas dari jaket tebalnya. Tidak seorangpun mau berlama lama diluar karena dinginnya udara, walau begitu tetap saja banyak orang-orang berhamburan diluar rumah untuk memenuhi kewajibannya. Gedung-gedung tinggi menghiasi kota, jalanan yang berkelok dan terdapat banyak gang, rumah susun serta apartemen dimana-mana, pepohonan tak seberapa tetapi transportasi berlalu lalang memenuhi kota. Sekiranya begitulah gambaran kehidupan di kota pada musim dingin.

Pada pagi yang lumayan suram, langit berawan tebal seakan menandakan akan turunnya salju, udara semakin dingin menusuk tulang, disaat itulah datang sebuah paket yang entah apa isinya ke rumah seorang gadis biasa yang menyukai keramaian kota, gadis yang selalu pergi bermain dengan temannya, dan sangat menikmati kehidupan sebagai remaja kota. Gadis tersebut bernama Charlotte. Tak menghiraukan kedatangan paket tersebut Charlotte berjalan melalui ibunya yang sedang mengambil paket, ia terus berjalan kearah kamarnya untuk bermain game dan bersantai. Tidak lama terdengar suara ibu Charlotte yang berteriak dari arah ruang keluarga "Charlotte cepat kesini, ada yang perlu ibu sampaikan" teriak sang ibu.

"Iya bu sebentar, Charlotte turun sekarang" Ucap Charlotte sambil berlari kecil menuju tempat ibunya berada. Tak di sangka Ayah Charlotte yang tadinya keluar untuk membeli barang tiba-tiba sudah ada di rumah dan duduk di ruang keluarga bersama ibu.

"Ada apa? Kenapa kalian tiba-tiba berkumpul di sini dan memasang muka serius setelah memanggilku" ucap Charlotte kebingungan melihat kedua orang tuanya yang seakan akan ingin mengucapkan sesuatu di luar nalar.

Ibu Charlotte menjawab "Tolong baca surat undangan ini dengan seksama, surat ini ditujukan untukmu Charlotte" sang ibu lalu menyodorkan sejarik kertas tebal yang terlihat kuno namun sangat elegan.

"Surat apa itu bu? Mengapa keliatannya sangat asing" Charlotte yang kebingungan tetap membuka surat tersebut.

"Undangan untuk masuk sekolah sihir? Apa maksudnya ini, dan kenapa nama tempat yang tertulis di sini tidak pernah ku dengan sama sekali. Mengapa semuanya terlihat asing?" Kebingungan Charlotte semakin meningkat, ia terkejut dengan apa yang terdapat di dalam kertas tersebut, hatinya mulai tak enak dan otaknya mulai panik memikirkan banyak hal

Sang ayah lalu mulai menenangkan dan perlahan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi "jadi sebenarnya surat itu adalah undangan untuk bersekolah di sana, bisa di bilang bersifat wajib, yah jadi intinya kamu harus sekolah di situ" ucap sang ayah

"Iya Charlotte, kamu tau kan di dalam darah mu itu mengalir darah seorang yang memiliki kekuatan di atas manusia biasa, yaitu darah ibu dan ayahmu. Kamu bukan manusia biasa dan harus bisa menggunakan sihir yang ada pada dirimu" jalas sang ibu panjang

"Lalu dimana tempat itu? Apakah jauh dari rumah kita? Apakah aku harus menaiki pesawat untuk kesana? Apakah itu sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota" tanya Charlotte beruntun

"Charlotte, kamu harus mengetahui bahwa dunia manusia dan dunia kita itu berbeda, dan ada dunia lain untuk kita hidup selain di dunia manusia ini, kita biasa menyebutnya dunia kedua, tempat dimana para manusia dengan kemampuan sihir hidup dan berkembang, bebas menggunakan sihir dan tak satupun manusia biasa mengetahui tempat tersebut" Lanjut sang ibu untuk menjawab banyak pertanyaan yang berputar di kepala Charlotte

Charlotte bergidik, mengetahui bahwa hal-hal seperti itu ada di dunia ini, bukannya paham dan tenang Charlotte makin tak bisa menalar apa yang ibunya katakan. "Jadi apakah aku harus bersekolah di situ? Apakah tidak bisa aku melanjutkan hidup sebagai manusia biasa bak remaja di sekelilingku?" Tanya Charlotte lagi

"Ya kamu harus bersekolah di situ, mau bagaimanapun. Takdir sudah menentukan, walau kamu menolak tetap saja ada sihir di dalam tubuhmu!" Ucap sang ayah tegas

"Jika kau bersikeras menolak, itu malah akan menjadi Boomerang untukmu, di umur yang memasuki dewasa, sihir dalam tubuhmu bisa muncul kapan saja, sengaja maupun tidak sengaja itu malah akan menjadi ancaman untukmu. Maka dari itu kamu harus bersekolah di sana untuk mengendalikannya" lanjut sang ibu yang mulai khawatir anaknya akan menolak hal tersebut.

Setelah mendengar perkataan ibunya Charlotte akhirnya beranjak dari ruang keluarga, tak menjawab sepatah katapun, meninggalkan kedua orang tuanya yang memasang wajah khawatir akan anaknya. Charlotte menuju kamarnya untuk berpikir sejenak dengan sedikit menenangkan diri agar dapat menemukan titik terang.

Keesokan paginya, Salju turun dengan indahnya. Sedikit demi sedikit namun perlahan memenuhi jalanan, menutupi tanah yang subur, menghiasi pepohonan serta gedung-gedung tinggi dengan warna putihnya yang menawan. Pagi itu suasana hati Charlotte sedikit lebih baik, ia mulai bisa berpikir jernih, mencerna satu demi satu perkataan kedua orang tuanya. Menyadari bahwa ia tak bisa selamanya hidup normal bak seorang manusia biasa. Takut hal buruk akan menimpanya dan keluarga di masa depan, ia mulai lapang dada menerima permintaan kedua orang tuanya, lalu ia mengajak kedua orang tuanya untuk berbicara.

"Ayah, ibu ada yang perlu ku bicarakan" pinta Charlotte. Orang tua Charlotte segera menurutinya, dengan memasang muka cemas akan ketakutan anaknya bersikeras menolak undangan kemarin

"Aku telah mempertimbangkan semuanya, semalaman aku tidak bisa tidur, berpikir bagaimana kehidupan ku yang sekarang setelah aku tinggalkan ke dunia yang tidak masuk akal itu" ujar Charlotte

Lalu ayahnya bertanya dengan cemas "langsung saja apa keputusanmu?, ayah harap keputusanmu tidak melenceng dari apa yang seharusnya kamu jalani Charlotte"

"Aku memikirkan dampak yang terjadi dimasa depan, maka dari itu aku memutuskan untuk menjalani kehidupan baru di sekolah itu" jawab Charlotte dengan sedikit suram, tak bisa sepenuhnya menerima kenyataan namun harus tetap menjalaninya

Mendengar hal itu orang tua Charlotte langsung merubah ekspresinya, wajah riang gembira terpancar dan hembusan napas terdengar menandakan leganya perasaan mereka. Lalu ibu Charlotte berkata "Bagus, itu adalah keputusan yang bagus, kamu mungkin akan sedikit kesulitan untuk beradaptasi tapi itulah keputusan paling tepat"

"Kapan aku akan mulai masuk sekolah, dan bagaimana dengan teman-teman ku? Bagaimana aku harus berpamitan?" Tanya Charlotte

"Itu mudah, ada sekolah di Skotlandia yang di bangun oleh manusia kalangan seperti kita, semua orang yang akan bersekolah di 'dunia kedua' datanya akan masuk di sekolah itu" ucap sang ibu tak jelas

"Maksudnya? Kita seolah-olah bersekolah di Skotlandia padahal sebenernya menghilang dari dunia ini, sekolah itu sebagai tempat untuk melindungi rahasia ini?" tanya Charlotte meyakinkan apa yang diucapkan ibunya.

"Betul sekali, jadi bilang saja kamu akan sekolah ke Skotlandia" jawab sang ibu

"Mengenai awal masuk sekolah, kamu kemungkinan sudah harus berada di 'sana' awal Januari, tenang saja semua keperluanmu ada di sana maka tak usah terlalu khawatir" jelas sang ayah

"Baik, tugas ku sekarang adalah memikirkan cara paling baik untuk menghi- oh bukan, maksudnya pamit dari dunia ini" ujar Charlotte

Selang dua hari Charlotte menemui teman-temannya untuk berpamitan, terkejut? Ya tentu saja. Mendengar bahwa Charlotte akan pindah dan melanjutkan pendidikan di tempat yang jauh. Suara tangisanpun perlahan membludak tak sanggup akan kepergian temannya ini, walaupun diwarnai kesedihan perpisahan tersebut tetap terjadi, rela tidak rela semua teman-teman Charlotte melepaskan kepergian Charlotte untuk mengejar 'pendidikan' yang lebih baik. Namun ada satu perkataan yang membuat Charlotte panik mendengarnya, ditengah kesedihan teman Charlotte yang bernama sharly bertanya

"Beri tahu kami tanggal pasti keberangkatan mu agar kami bisa mengantarkan mu ke bandara" pinta sharly yang diiringi anggukan teman-teman yang lain.

Walau bingung Charlotte tetap menjawab "aku tidak dapat memastikan, itu tergantung kedua orang tuaku dan keadaan di sana, maaf kemungkinan akan mendadak"

"Tak apa kalian tak perlu repot-repot mengantarkan ku" ucap Charlotte meyakinkan teman temannya

"Yah, kenapa begitu, sangat disayangkan sekali" ucap salah satu teman Charlotte dengan nada kecewa

"Maaf yah, memang semuanya harus begitu" lanjut Charlotte. Lalu setalah mulai larut malam satu persatu teman-teman Charlotte pulang mengakhiri perpisahan tersebut dengan berat hati. Begitupun Charlotte, pulang kerumah dengan hati tak enak dan sedih.

Beres dengan segala urusannya di dunia manusia, Charlotte akhirnya harus pergi menuju sekolahnya yang baru.

"Aku harus berangkat sekarang, sebelum diluar semakin ramai" ujar Charlotte bergegas

"Ini peta untukmu di sana, setelah menaiki kereta kamu akan sampai di sebuah tempat yang tak jauh dari sekolahnya" ucap sang ibu

"Sudah cepat pergi, kamu sudah pahamkan bagaimana caranya pergi kesana?" Tanya sang ayah

"Tentu aku paham, semoga aku tidak kenapa-kenapa di jalan menuju tempat aneh itu" ucap Charlotte sarkas

"Kamu terus saja begitu, nanti kalau betah jangan tidak ingat rumah" kata sang ibu

"Ih tidak akan aku betah, yasudah aku pergi sekarang ayah ibu, aku pamit" ucap Charlotte meninggalkan kedua orang tuanya

Lalu Charlotte berjalan menuju stasiun kereta yang tak jauh dari rumahnya, stasiun itu tampak tak ada yang salah sampai Charlotte menemui seekor kucing yang dapat berbicara

"Ayo ikuti aku" pinta kucing

Sesuai dengan apa yang diceritakan ayah dan ibunya, Charlotte tak menaruh curiga. Sampailah di gerbong kereta yang cukup tua, Charlotte menaiki kereta itu lalu seketika kucing tadi menghilang. Tak lama kereta itu berjalan pelan memasuki trowongan gelap. Ketakutan menghantui Charlotte ia bahkan hampir menangis dan keringat dingin terus bercucuran. Setelah 10 menit melalui trowongan, tiba-tiba kereta tersebut keluar di tempat yang asing bagi Charlotte, ya dia sampai ke dunia itu.

"Menakjubkan, bangunan disini sangat tua dan kuno" kata Charlotte

Tiba di pemberhentian kereta, Charlotte terkejut ada yang menyapanya, rupanya ada laki-laki seumurannya yang baru saja datang, laki-laki itu bernama James

"Halo, baru sampai juga ya?" Tanya James

"Oh iya nih, baru sampai" jawab Charlotte canggung

"Aku belum punya teman, dan belum kenal siapapun disini, ku harap kita bisa jadi teman" ujar James sambil berjalan menuju tujuan mereka

"Tentu saja, aku juga belum mengenal siapa-siapa di sini, ohiya nama ku Charlotte" jawab Charlotte, melihat wajah dan sifatnya yang sangat ramah Charlotte langsung menyetujuinya.

"Nama ku James salam kenal ya"

Setelah saling sapa dan sedikit mengobrol mereka berjalan mengikuti arah peta. Tak disangka peta tersebut membawa mereka ke sebuah tempat yang jauh dari kata sekolah, tempat itu lebih terlihat seperti gereja tua

"Apa maksudnya ini? Apakah kita ditipu?" Tanya Charlotte panik

James yang dari tadi berdiam diri tiba-tiba memasang ekspresi menyeringai bak menyimpan sesuatu

"Sepertinya memang tempat ini yang harus kita datangi" ucap James yakin

"Tidak, ini bukan sekolah, jelas sekali ini gereja tua kosong" jawab Charlotte

"Ayo kita masuk dulu, kalau berdebat saja kita tidak akan menemukan jalan keluar" James lalu pergi memasuki gereja tersebut.

Charlotte dengan perasaan cemas mengikuti James, ia tak ingin ditinggal sendiri diluar gereja.

Tak disangka sosok James yang berjalan hanya beberapa langkah di depan Charlotte menghilang, atmosfer di dalam gereja sangat mencekam. Sunyi, redup dan dingin, suatu keadaan yang tidak pernah dirasakan Charlotte sebelumnya. Charlotte panik namun ia kehilangan jalan keluar dari gereja tersebut, pintu yang sebelumnya ia pakai masuk menjadi pintu ke arah gudang gereja.

"Pasti gereja ini dipengaruhi sihir" Charlotte berusaha menenangkan hatinya

BRUK.... Seperti bunyi barang-barang berjatuhan, lalu diikuti dengan sayup-sayup suara terompet. Tiba tiba James berdiri ditengah altar gereja

"Alberta Charlotte Bradley" ucap James lantang "selamat datang di dunia sihir ini, saya tau kamu adalah pemula dalam sihir, maka dari itu saya harus mengujimu disini"

"Apa maksudnya ini? Kamu bukan teman ku? Siapa kamu sebenarnya?" Tanya Charlotte

"Aku adalah orang yang akan memastikan mu untuk layak hidup di dunia ini, karna jika seorang masih dipenuhi jiwa manusia biasanya dan tidak ada tekat kuat untuk menjadi penyihir ia tak layak hidup di sini" Jawab James

"Langsung saja, hal yang pertama harus kamu lalukan adalah mencari cawan suci Aletheia di dalam gereja ini, lalu kamu minum air tersebut" titah James

Charlotte yang sudah muak dengan semua yang dialaminya di dunia ini langsung mengikuti perkataan James agar dapat keluar dari gereja tersebut.

Berjalan melalui lorong-lorong yang tiada ujungnya Charlotte kebingungan dengan jalan yang diambilnya, sampai pada saat ia melihat ruangan bercahaya. Di ruangan itu terdapat cawan kuno yang sangat mewah. Saat ingin mengambilnya tiba-tiba ada makhluk yang menyerangnya

"Aku tahu kamu pasti penjaga cawan suci ini" ujar Charlotte

"Benar sekali, tak disangka yang datang kali ini adalah gadis cantik, semoga kamu dapat mengambil cawan ini" Kata Furies ramah

Furies adalah makhluk yang bertugas menjaga cawan tersebut dari seseorang yang tak layak mendapatkannya.

"Aku tak mau berlama-lama disini, langsung saja lawan aku" tantang Charlotte

Lalu Charlotte mengeluarkan sihir semampunya, ia membuat seluruh ruangan gelap agar Furies kesulitan. Charlotte bisa melihat dan dan mencium bau ditengah kegelapan, indranya seakan lebih kuat

Charlotte langsung beranjak ke tempat Furies lalu menyerangnya dari belakang namun gagal, Furies lalu memberikan serangan balik berupa kilatan petir, namun Charlotte dapat menghindar.

Pertarungan terus terjadi sampai saat dimana Furies sadar akan sesuatu, kekuatan Charlotte bukan sihir biasa, ini adalah sihir Persephone sang ratu dunia bawah, melihat betapa lihainya Charlotte ditengah kegelapan. Menyadari hal tersebut Furies akhirnya menyerah, ia tak ingin terus melawan seseorang yang memiliki kekuatan dewi.

"Huh, begitu saja? Ternyata kamu ngga sekuat itu" remeh Charlotte

Furies memilih diam, dan keberadaannya perlahan menghilang dari ruangan tersebut. Lalu Charlotte berjalan menuju altar mengambil sebuah cawan suci yang didalamnya terdapat air berwarna merah. Ragu namun Charlotte tetap meminumnya perlahan.

Baru setengah air yang ia minum tubuh Charlotte mati rasa, tak dapat merasakan apa-apa, pandangannya menurun dan ia tidak bisa mendengar suara disekelilingnya lagi. Perlahan Charlotte kehilangan semua kesadarannya.

Setelah beberapa saat Charlotte terbangun, ia terbaring di ranjang rumah sakit, disampingnya ada ibu Charlotte

"Ibu, kenapa aku disini?" Tanya Charlotte

"Tidak apa-apa, kamu hanya sedang sakit saja, akibat kecelakaan kecil saat di Skotlandia"

"Skotlandia? Untuk apa aku disana"

"Kamu melanjutkan pendidikan disana, namun ada kejadian kecil yang membuatmu kehilangan sedikit memori ingatanmu"

Ya benar, ingatan Charlotte selama di dunia sihir hilang setelah minum air dari cawan suci tersebut, ia kembali ke dunia asalnya karna tekadnya yang kuat untuk menjadi manusia biasa. Sebelum kembali, sihir Charlotte di segel agar tak muncul tiba-tiba, karna sihir yang dimiliki Charlotte bukan sihir biasa melainkan sebuah kekuatan sihir milik Persephone dewi musim semi sekaligus ratu dunia bawah.

Ayah dan ibu Charlotte sebenarnya sangat kecewa melihat anaknya bahkan pulang sebelum masuk ke sekolah sihir, tekad Charlotte untuk menjadi manusia biasanya mengalahkan kekuatan dewinya. Namun mereka tak biasa berbuat apa-apa selain lapang dada menerima anaknya yang kembali menjadi manusia biasa

Setelah sembuh, Charlotte pulang ke rumah untuk beberapa minggu. Lalu ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Skotlandia seperti apa kata ibunya. Charlotte pada akhirnya terus hidup sebagai manusia biasa dan melanjutkan kehidupan baru di Skotlandia .

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image