Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhinar Retno Panitis

Ancaman Siber di Fasilitas Kesehatan: Solusi Keamanan Data Pasien di Era Digital

Teknologi | 2024-11-12 20:05:56
Ilustrasi Serangan Siber (Sumber: https://pixabay.com/)

Di era digital yang semakin maju, sistem informasi kesehatan (SIK) menjadi hal yang sangat penting dalam pengelolaan layanan kesehatan. Rumah sakit, klinik, maupun fasilitas kesehatan lainnya saat ini memanfaatkan teknologi untuk mencatat, mengelola, dan memproses data pasien secara lebih rinci dan efisien. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi muncul tantangan besar yang harus dihadapi, yaitu keamanan data pasien. Dalam sistem informasi fasilitas kesehatan, data pasien tidak hanya berisi informasi medis, tetapi juga data pribadi yang sangat sensitif. Pelanggaran terhadap data ini dapat berakibat fatal, baik bagi pasien yang menjadi korban maupun bagi reputasi dan kredibilitas fasilitas kesehatan itu sendiri.

Melihat pentingnya menjaga data pasien, maka fasilitas kesehatan harus mempunyai solusi efektif untuk menjamin keamanan data pasien. Berikut ini adalah tantangan-tantangan utama yang dihadapi dalam menjaga keamanan data pasien serta beberapa solusi yang dapat diterapkan oleh fasilitas kesehatan untuk menghadapinya.

Tantangan dalam Keamanan Data Pasien

Peningkatan Serangan Siber

Semakin banyak informasi yang disimpan dalam format digital, fasilitas kesehatan menjadi sasaran empuk bagi peretas yang ingin mencuri data pasien. Serangan seperti ransomware (di mana data dienkripsi dan pelaku meminta tebusan untuk membukanya) dan phishing (menggunakan email palsu untuk mencuri data login) semakin sering terjadi. Serangan semacam ini mengakibatkan kebocoran data pribadi pasien, yang tentu saja menambah beban hukum dan reputasi buruk bagi fasilitas kesehatan.

Pengelolaan Akses yang Tidak Terbatas

Banyaknya pihak yang memiliki akses ke data pasien, mulai dari dokter, perawat, hingga staf administrasi dapat menimbulkan potensi penyalahgunaan data. Masalah yang sering terjadi antara lain akses tidak sah oleh individu yang tidak berwenang, baik karena kesalahan pengguna maupun kelalaian dalam pengaturan hak akses. Oleh karena itu, penting untuk memastikan hanya pihak yang berkepentingan yang dapat mengakses data pasien.

Ketidakteraturan Sistem Keamanan

Sistem yang tidak diperbarui dengan patch keamanan terbaru sangat rentan terhadap eksploitasi. Ketidakteraturan dalam pembaruan sistem keamanan juga dapat membuka celah yang dapat dimanfaatkan oleh peretas untuk mencuri data sensitif.

Kepatuhan Terhadap Regulasi dan Standar Keamanan

Fasilitas kesehatan harus mematuhi berbagai peraturan dan standar yang mengatur keamanan data pasien, seperti HIPAA (Health Insurance Portability and Accountability Act) di Amerika Serikat atau PDPA (Personal Data Protection Act) di beberapa negara lain. Namun, kepatuhan terhadap regulasi menjadi tantangan bagi fasilitas kesehatan yang memiliki sistem yang lebih tua atau kurang dikelola dengan baik. Selain itu, peraturan yang berbeda di setiap negara atau bahkan antara institusi kesehatan bisa mempersulit fasilitas kesehata untuk menerapkan standar yang konsisten.

Kesadaran dan Pelatihan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) yang tidak terlatih atau kurang paham tentang pentingnya keamanan data pasien juga menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Banyak kasus pelanggaran data yang disebabkan oleh kelalaian pegawai yang tidak sengaja membocorkan informasi pasien. Hal ini sering kali terjadi karena mereka tidak dilatih dengan baik mengenai kebijakan dan prosedur keamanan data yang berlaku.

Solusi untuk Meningkatkan Keamanan Data Pasien

Implementasi Teknologi Keamanan Canggih

Fasilitas kesehatan dapat menggunakan berbagai teknologi canggih untuk melindungi data pasien. Salah satunya adalah enkripsi data, di mana data pasien yang disimpan di database dienkripsi sehingga hanya bisa diakses oleh pihak yang berwenang. Selain itu, penggunaan firewall dan sistem deteksi intrusi (IDS) yang canggih dapat membantu mencegah serangan siber dari luar.

Penguatan Sistem Autentikasi dan Kontrol Akses

Dengan menggunakan sistem autentikasi dua faktor (2FA) meskipun seseorang mengetahui password, mereka masih perlu kode tambahan untuk mengakses informasi. Selain itu, fasilitas kesehatan harus memastikan setiap pengguna sistem memiliki hak akses yang sesuai dengan peran mereka. Pemisahan tugas antara staf medis dan non-medis, serta pembatasan akses berdasarkan prinsip "need to know" dapat meminimalisir risiko penyalahgunaan data.

Pembaruan Sistem dan Penerapan Patch Keamanan

Fasilitas kesehatan harus memastikan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan selalu terbarui dengan patch keamanan terbaru. Selain itu, pengelolaan perangkat yang digunakan untuk menyimpan dan memproses data pasien juga harus dilakukan secara rutin. Fasilitas kesehatan harus memiliki kebijakan untuk memperbarui perangkat secara berkala, dan mengaudit sistem untuk memastikan bahwa tidak ada celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pelatihan dan Kesadaran Keamanan untuk SDM

Fasilitas kesehatan harus mengadakan pelatihan rutin mengenai keamanan data pasien, termasuk cara mengenali email phishing, bagaimana mengelola kata sandi dengan aman, dan langkah-langkah yang harus diambil jika terjadi pelanggaran data. Simulasi keamanan siber juga dapat diterapkan untuk menguji kesiapan staf dalam menghadapi potensi ancaman.

Mematuhi Regulasi dan Standar Keamanan

Manajemen fasilitas kesehatan harus selalu memonitor perubahan dalam kebijakan privasi dan keamanan data. Penyusunan tim kepatuhan atau compliance officer yang memiliki pengetahuan mendalam tentang regulasi yang berlaku akan sangat membantu. Fasilitas kesehatan juga bisa bekerja sama dengan konsultan keamanan siber yang berpengalaman untuk memastikan bahwa mereka memenuhi standar yang ditetapkan.

Ilustrasi Keamanan Data (Sumber: https://pixabay.com/)

Keamanan data pasien menjadi masalah yang sangat serius di era digital. Selain memberikan banyak kemudahan, teknologi juga menghadirkan risiko yang besar terhadap kerahasiaan dan privasi data pasien. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang tantangan-tantangan yang ada serta penerapan solusi yang tepat, fasilitas kesehatan dapat menjaga kepercayaan pasien dan menghindari potensi kerugian besar yang disebabkan oleh kebocoran data.

Keamanan data tidak hanya tanggung jawab IT fasilitas kesehatan, tetapi juga kewajiban bersama seluruh elemen fasilitas kesehatan, mulai dari manajemen hingga staf medis. Dengan langkah-langkah yang tepat dan pengawasan yang berkelanjutan, fasilitas kesehatan dapat memastikan bahwa data pasien tetap terlindungi dengan baik, sekaligus memberikan layanan kesehatan yang lebih aman, cepat, dan efisien.

Referensi

M., Diviya., R., Bhuvaneswari., M., Prabu., M., Subramanian., Arul, Kumar, Natarajan. (2024). Securing Healthcare Systems Integrating AI for Cybersecurity Solutions and Privacy Preservation. Advances in healthcare information systems and administration book series, 330-344. doi: 10.4018/979-8-3693-7457-3.ch015

Gurwinder, Singh., Devesh, Tiwari., Pawan, Kumar, Goel., Pramod, Vishwakarma., Keshav, Gupta., Aditya, Verma. (2024). Cybersecurity Challenges In Healthcare Systems. doi: 10.1109/ic3se62002.2024.10593022

Dhinar Retno Panitis, Mahasiswa Prodi Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image