Makna Pahlawan Lebih dari Sekadar Perjuangan Fisik
Sejarah | 2024-11-12 10:30:31Bandung – Spirit kepahlawanan dalam sejarah Muhammadiyah dan relevansinya dengan kehidupan masa kini menjadi topik utama yang diangkat oleh Sopaat Rahmat Selamet, dosen sekaligus sejarawan dari Universitas Muhammadiyah Bandung, dalam program Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat pada Minggu (10/11/2024).
Dalam pemaparannya, Sopaat yang juga sedang menempuh pendidikan doktoral di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, menjelaskan bahwa konsep kepahlawanan tidak hanya terbatas pada pengertian formal dalam undang-undang, yang sering kali diidentikkan dengan perjuangan fisik melawan penjajahan.
Lebih dari itu, menurutnya, kepahlawanan dapat diartikan sebagai semangat pengorbanan untuk kepentingan bersama serta kontribusi nyata yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan agama.
"Di antara 23 pahlawan nasional dari kader Muhammadiyah, terdapat tiga tokoh yang sangat dekat dengan masyarakat Jawa Barat, yaitu Gatot Mangkupradja, Otto Iskandardinata, dan Djuanda Kartawidjaya. Mereka dikenal karena keberanian dan dedikasi mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan serta kontribusi besar di berbagai bidang demi membangun bangsa," jelas Sopaat.
Sopaat juga menggarisbawahi makna kepahlawanan dalam perspektif Islam, di mana sosok pahlawan adalah mereka yang memperjuangkan kebenaran dan nilai-nilai luhur agama. Ia menegaskan bahwa dalam konsep Islam, jihad bukan hanya pertempuran fisik, tetapi juga meliputi jihad yang lebih besar dalam bentuk pengendalian diri dan nafsu. "Setiap tindakan positif yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain adalah wujud kepahlawanan sejati," tambahnya.
Lebih lanjut, sejarawan ini mengajak warga Muhammadiyah untuk terus menyegarkan semangat perjuangan yang sesuai dengan tantangan zaman. Ia juga menekankan pentingnya menghargai jasa para pendahulu Muhammadiyah dengan menjaga silaturahmi dengan keluarga mereka, terutama pada momen-momen istimewa seperti Milad Muhammadiyah dan Idul Fitri.
Sebagai bentuk penghargaan konkret, Sopaat menyarankan agar Muhammadiyah memberikan penghargaan kepada "pahlawan" yang mungkin tidak terlihat di media, seperti kiai, ustaz, atau aktivis yang berjuang di akar rumput di tingkat ranting dan cabang Muhammadiyah.
"Spirit kepahlawanan yang telah diwariskan oleh generasi terdahulu Muhammadiyah adalah warisan berharga yang harus terus dihidupkan melalui amal nyata demi kebaikan umat dan bangsa," tutup Sopaat.
Melalui forum ini, Sopaat berharap agar nilai-nilai kepahlawanan yang telah dijunjung oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah terdahulu dapat terus dilestarikan dan diwujudkan dalam konteks kekinian sebagai bentuk kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan agama.***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.