Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fidya Raihana Salsabila

KHA Dahlan: Jejak Nasab, Pemikiran, dan Gerakan Dakwah Sang Pembaru Islam

Agama | 2024-11-10 00:37:22

Latar Belakang Nasab KHA Dahlan

K.H. Ahmad Dahlan, yang lahir dengan nama Muhammad Darwis pada 1 Agustus 1868 di Yogyakarta, adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dalam keluarga K.H. Abu Bakar. Beliau berasal dari keluarga bangsawan yang kuat berakar pada tradisi keislaman, dengan nasab yang menghubungkannya pada para ulama terkemuka. Ayahnya merupakan seorang ulama yang disegani di Yogyakarta, sementara ibunya berasal dari keluarga Kesultanan Yogyakarta. Dalam silsilah keluarga, beliau termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar di antara Wali Songo, pelopor utama dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa.

Sejarah Ringkas Pendidikan K.H Ahmad Dahlan

Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan awalnya dimulai dari lingkungan keluarga. Semasa kecil, Ahmad Dahlan banyak belajar dari ayahnya, diasuh dan dididik mengaji. Menjelang usia remaja, beliau mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama besar, di antaranya K.H. Muhammad Saleh, K.H. Muhsin, K.H. R. Dahlan, K.H. Mahfudz, Syekh Khayyat Sattokh, Syekh Amin, Sayyid Bakri, serta beberapa guru lainnya. Ahmad Dahlan memiliki ketertarikan besar terhadap ilmu-ilmu agama dan ketertiban sosial. Hal ini kemudian mendorongnya untuk melanjutkan pendidikannya ke Makkah.

Pada usia 15 tahun, tepatnya pada tahun 1883, K.H. Ahmad Dahlan memperdalam ilmu agamanya di Makkah sekaligus melaksanakan ibadah haji. Beliau mempelajari ilmu-ilmu agama Islam, terutama tafsir Al-Qur'an, hadis, dan fikih. Makkah pada saat itu adalah pusat keilmuan Islam, dan Dahlan bertemu dengan berbagai pemikir besar Islam yang memiliki pemahaman luas dan mendalam tentang agama. Selama di Makkah, K.H. Ahmad Dahlan berkenalan dengan pemikir-pemikir modernis seperti Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani. Tokoh-tokoh ini dikenal sebagai pelopor pemikiran Islam modern yang menekankan pentingnya reformasi dalam pemahaman agama agar Islam tetap relevan di dunia modern. Pertemuan ini mempengaruhi pemikiran Dahlan dan memperkuat pandangannya bahwa ajaran Islam harus bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan harus mampu menjawab tantangan zaman. Setelah lima tahun menuntut ilmu, Dahlan kembali ke Indonesia dengan visi untuk membawa perubahan dalam masyarakat Muslim di tanah air.

Pemikiran Keagmaan K.H Ahmad Dahlan

Pemikiran keagamaan KH Ahmad Dahlan banyak dipengaruhi oleh prinsip pemurnian agama yang diajarkan oleh tokoh-tokoh pembaru di Makkah. Beliau melihat bahwa umat Islam di Indonesia cenderung lebih mementingkan ritual-ritual agama dan kurang memperhatikan makna serta penerapan ajaran Islam dalam kehidupan. Ia kritis terhadap praktik-praktik keagamaan yang, menurutnya lebih merupakan warisan budaya daripada ajaran Islam yang murni.

K.H. Ahmad Dahlan percaya bahwa Islam adalah agama yang progresif dan harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan nilai-nilainya. Beliau mendorong umat untuk berpikir kritis dan mendalami Al-Qur'an serta hadis dengan pemahaman yang kontekstual. Dengan pemikiran ini, Ahmad Dahlan memperkenalkan konsep ijtihad dalam pemahaman agama, yaitu berupaya memahami dan menafsirkan ajaran agama secara mandiri, tanpa sepenuhnya bergantung pada interpretasi ulama terdahulu. Beliau juga menekankan konsep amar ma’ruf nahi munkar, yang berarti mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan. Konsep ini juga menekankan rasa hormat terhadap perbedaan, serta mengutamakan sikap saling mendukung dan pengertian di antara masyarakat yang beragam.

Gerakan Dakwah dan Pembaruan Sosial

Pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H), K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan yang bertujuan memajukan umat Islam di Indonesia. Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha K.H. Ahmad Dahlan dalam memurnikan ajaran Islam yang menurutnya banyak dipengaruhi oleh hal-hal mistik. Organisasi ini tidak hanya terbatas pada dakwah melalui ceramah atau khotbah, tetapi juga menggabungkannya dengan pendekatan pendidikan dan pelayanan sosial.

Muhammadiyah menjadi langkah progresif pada masanya dengan mendirikan sekolah-sekolah yang mengajarkan ilmu agama dan ilmu umum, rumah sakit, panti asuhan, dan berbagai lembaga sosial lainnya. Kegiatan ini mencerminkan visi K.H. Ahmad Dahlan yang luas dan mendalam terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan taraf hidup umat Islam.

Gerakan Muhammadiyah membawa angin segar dalam kehidupan umat, dengan ajaran yang tidak hanya membahas persoalan akhirat, tetapi juga bagaimana menjadi manusia yang berguna di dunia. Ahmad Dahlan meyakini bahwa Islam harus mampu memberikan solusi terhadap masalah-masalah praktis seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan yang dihadapi umat Islam saat itu.

Kepribadian KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan adalah seorang yang dikenal memiliki kepribadian yang sederhana, rendah hati, dan tulus dalam perjuangannya. Meskipun berasal dari keluarga bangsawan, beliau memilih jalan hidup yang sederhana dan lebih banyak bergaul dengan masyarakat kecil. Hal ini membuatnya mudah diterima oleh semua kalangan. Kepribadian yang penuh kasih sayang, tetapi tegas dalam prinsip membuatnya dihormati oleh masyarakat luas.

Dalam berdakwah, KH Ahmad Dahlan tidak pernah memaksakan pandangannya. Ia selalu mengedepankan dialog dan musyawarah. Metode dakwahnya yang persuasif, tetapi tegas dalam kebenaran, menunjukkan kedalaman kepribadiannya yang tidak mudah goyah oleh tekanan. Beliau adalah seorang yang berani mengambil keputusan yang mungkin tidak populer, tetapi tetap dengan sikap yang terbuka terhadap pandangan orang lain. Sikap inilah yang membuatnya sukses dalam mengembangkan Muhammadiyah sebagai organisasi yang inklusif dan moderat.

KH Ahmad Dahlan adalah sosok yang mewakili prinsip Islam sebagai agama yang damai dan progresif. Integritasnya dalam menjalankan dakwah serta dedikasinya untuk membawa perubahan dalam masyarakat Indonesia menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Kepribadian dan perjuangannya terus dikenang sebagai teladan, bukan hanya bagi anggota Muhammadiyah tetapi juga bagi umat Islam pada umumnya. Warisan KH Ahmad Dahlan tidak hanya pada ajarannya, tetapi juga pada sikap dan semangatnya yang terus hidup melalui gerakan Muhammadiyah hingga kini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image