Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Scendy Magribi

Memahami Aspek dan Keindahan Bahasa Ijaz Alquran

Agama | 2024-11-08 09:20:19
https://images.app.goo.gl/GRTBaWe2fGKsvxLh8

Pembahasan

1. Keindahan bahasa I’jaz Al-Qur’an Keindahan bahasa Al-Qur'an merupakan salah satu aspek utama yang menunjukkan kemukjizatannya (i'jaz), yakni karakteristik unik dan menakjubkan yang tidak mungkin dapat ditiru oleh manusia. Dalam konteks ini, beberapa elemen penting dari keindahan bahasa Al-Qur'an yang memperkuat aspek i'jaz adalah sebagai berikut:
a. Keteraturan dan Kesempurnaan BahasaBahasa Al-Qur'an sangat indah, meskipun disampaikan dengan struktur gramatikal yang kompleks dan kaya makna. Ayat-ayatnya memiliki kesinambungan yang harmonis, dengan penggunaan bahasa yang tidak pernah bertentangan dengan makna. Keindahan ini tampak dari susunan kata, pilihan diksi, dan pengulangan tertentu yang menciptakan ritme unik tanpa menghilangkan makna. Meskipun Al-Qur'an terdiri dari banyak ayat yang turun di masa-masa berbeda, ia tetap terjaga konsistensinya dalam struktur dan gaya bahasa.
b. Kedalaman Makna di Balik Diksi yang SederhanaAl-Qur'an sering menggunakan kata-kata yang sederhana, tetapi maknanya sangat mendalam dan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Misalnya, dalam satu ayat, kata-kata tertentu dapat memiliki beberapa interpretasi dan implikasi yang dapat dipahami pada berbagai tingkat, baik dari sisi hukum, moral, maupun filosofi. Kedalaman makna ini membuat Al-Qur'an tetap relevan sepanjang masa dan mampu memberikan pelajaran baru di setiap pembacaan.

c. Gaya Bahasa yang Menggugah dan Menyentuh Hati Al-Qur'an memiliki gaya bahasa yang sangat kuat dalam menggugah perasaan dan hati pembacanya. Ia dapat memberikan rasa ketenangan, motivasi, hingga peringatan dengan cara yang halus namun mendalam. Misalnya, saat berbicara tentang surga dan neraka, Al-Qur'an mampu menanamkan rasa harap dan takut melalui deskripsi yang kuat dan menggambarkan keadaan yang penuh makna simbolis.

d. Keseimbangan antara Kata dan makna Salah satu keajaiban Al-Qur'an adalah bagaimana ia mencapai keseimbangan antara jumlah kata dan makna. Misalnya, penggunaan kata tertentu dalam ayat-ayat Al-Qur'an tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga menyeimbangkan antara gaya sastra dan pesan utama. Beberapa kata yang digunakan memiliki arti ganda dan memberikan makna yang sangat kontekstual, sehingga memperkaya pemahaman pembacanya.

2. Aspek-Aspek I’jaz Al-Quran

Al-Qur'an Selama ini para akademisi masih berbeda pendapat mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan hikmah yang terkandung dalam kitab suci tersebut. Namun demikian, aspek-aspek penting dari Al-Qur'an memiliki kemampuan untuk diatur dalam empat kelompok yang berbeda: bahasa, pengetahuan ilmiah, wahyu misterius, dan indikasi empiris.

a. Aspek kebahasaan

Dalam Al-Misbah, Quraish Shihab menguraikan pemilihan kata-kata yang cermat dalam Al-Qur'an, menyoroti pentingnya huruf hijaiya “wāwu” sebelum “futiḥat” dalam ayat tujuh puluh tiga dari surah al-Zumar. Penyebutan pintu surga yang terbuka bagi mereka yang berada di neraka mencontohkan perhatian terhadap detail dalam teks. Sebaliknya, tidak adanya huruf “wāw” dalam ayat 71 surah al-Zumar menandakan pilihan yang berbeda dalam ekspresi bahasa. Al-Qur'an memikat pembaca dengan asal-usul Arabnya, menyajikan gaya bahasa yang mengejutkan dan membuat orang Arab tertarik. Kekayaan sastranya terbukti, mempertahankan suasana misteri sambil memastikan aksesibilitas untuk semua. Gaya bahasa yang unik dari Alquran melampaui kata-kata belaka, meninggalkan dampak abadi pada mereka yang terlibat dengan ayat-ayatnya. Transformasi Umar bin Khaththab dari penentang Rosulullah yang setia menjadi seorang yang percaya pada Islam menggarisbawahi pengaruh mendalam dari bahasa Al-Quran, karena bahkan beberapa ayat sudah cukup untuk menginspirasi perubahan hati(Nurkhatiqa, 2022).

b. Aspek ilmu pengetahuan

Al-Qur'an berbicara tentang fenomena ilmiah dengan cara yang ringkas dan mendalam, mengisyaratkan pengetahuan yang belum ditemukan dan menunjukkan keterbukaan terhadap temuan ilmiah baru.Misalnya, Al-Qur'an menyentuh topik awan, menggambarkan bagaimana gerakan lembut angin mengarah pada penciptaan awan tebal. Proses ini dijelaskan dengan indah dalam ayat, “Tidakkah kamu melihat (bagaimana) Allah menggerakkan awan, lalai membuat satu (bagian) darinya, dan kemudian membuatnya menjadi tumpukan, maka kamu harus melihat hujan keluar dari celah-celah (awan).

c. Berita ghaib

Menurut Quraish Shihab, ada dua bagian wahyu rahasia Al-Qur'an. Bagian awal mencakup nubuatan yang belum terungkap pada saat tulisan Al-Qur'an, sementara bagian selanjutnya berkaitan dengan wahyu peristiwa masa lalu yang terbukti akurat.Dalam Surah al-Rum [30], ayat 2-4 menggambarkan kemenangan Romawi atas Persia, dengan Persia sendiri berfungsi sebagai ilustrasi dari nubuatan masa depan yang tidak terpenuhi pada saat wahyu Al-Qur'an.Pada 615 M, raja Persia Kisra Aboriz melancarkan serangan terhadap Heraclius Muda dari Byzantium, merebut kendali Anthiokia, Damaskus, dan Baitul Maqdis. Ayat 2-4 Surah al-Rum (Shihab, Kaidah Tafsir) menggambarkan kemenangan luar biasa Heraclius pada tahun622 M setelah tujuh tahun dominasi Persia di Armenia. Al-Qur'an berisi narasi kebenaran tersembunyi yang telah terungkap sepanjang sejarah. Kisah bagaimana jenazah Fir'aun diawetkan setelah ditenggelamkan di Laut Merah diceritakan dalam surat Yunus ayat 92; ini menjadi pelajaran bagi generasi mendatang. Sementara sejarah mengakui kematian Firaun di Laut Merah, sisa-sisa Firaun yang utuh, ditampilkan di Museum Nasional Peradaban Mesir dari ujung kepala hingga ujung kaki, menjelaskan kelangsungan hidup tubuhnya(Nasruddin, 2022)

Penulis: Scendy Magribi Lailatul Khotijah, Rita Meida Santi Mahasiswa Semester 1 BKI Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image