Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Museum Kekejaman Zionis-Israel

Eduaksi | 2024-11-06 18:11:38
Aksi solidaritas Palestina di jalan Rotterdam (Belanda), Photo : Anadolu Ajans, Sumber : probolinggo.inews.id

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modernis terbesar di Indonesia kembali menujukkan keberpihakan pada perjuangan bangsa Palestina, sebelumnya Muhammadiyah melakukan aksi unjuk rasa serentak melibatkan ribuan civitas akademika diseluruh perguruan tinggi Muhammadiyah, serta rutin mengirimkan bantuan kemanusiaan membantu masyarakat di Jalur Gaza, pada perkembangan terakhir organisasi didirikan KH. Ahmad Dahlan ini menggagas pendirian museum kekejaman zionis-Israel pada bangsa Palestina.

Rencana pendirian museum kekejaman Israel diperoleh dari laman website muhammadiyah.or.id. Mewartakan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Syafiq Mughni, menjelaskan rencana Muhammadiyah mendirikan sebuah museum mendokumentasikan penderitaan rakyat Palestina akibat agresi militer Israel. Muhammadiyah telah mempersiapkan konsep museum berfokus pada rakyat Palestina sebagai korban penjajahan dan kejahatan perang dilakukan Israel. Museum ini diharapkan meningkatkan kesadaran pentingnya penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan menciptakan perdamaian dunia.

Museum sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah gedung atau tempat digunakan sebagai pameran benda-benda patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, atau tempat menyimpan barang kuno. Tujuan dari memamerkan barang-barang itu agar pengunjung mengingat kembali peristiwa atau kejadian pernah terjadi, supaya bisa memetik hikmah dan pelajaran di dalamnya.

Gagasan pendirian museum kekejaman zionis-Israel merupakan ide visioner, strategi baru bisa digunakan masyarakat Indonesia dalam mendukung kemerdekaan bangsa Palestina. Melalui museum kita bisa merawat ingatan kolektif, bahwa penjajahan suatu bangsa pada bangsa lain masih terjadi sampai saat ini, Palestina menjadi satu-satunya bangsa di dunia yang masih mengalami penjajahan oleh bangsa lain, padahal pasca perang dunia kedua selesai banyak bermunculan negara bangsa (nation state) di benua Asia-Afrika lepas dari belenggu kolonialisme dan imperialisme dunia barat, tetapi ironisnya di saat bersamaan justru bangsa Palestina memulai babak baru sebagai bangsa terjajah di tanah airnya sendiri.

Propaganda Zionis Israel

Propaganda merupakan manipulasi kesadaran secara terorganisir, dirancang untuk mempengaruhi emosi atau pikiran kita, ditata dan diperintah sedemikian rupa, sesuai selera dari orang-orang tidak kita kenal. Informasi dikepala kita dimodelkan sesuai kehendak para pemasok berita agar terjadi keseragaman, padahal informasi itu bersifat bias, manipulatif, atau mengandung unsur kebenaran diselewengkan (Bernays, 2021).

Zionis Israel dikenal memiliki keahlian mencipta propaganda untuk mencapai tujuan politiknya, yaitu menguasai tanah Palestina, salah satu propaganda Zionis Israel, dengan mengkapitalisasi tragedi holocaust, pemusnahan sistematis bangsa Yahudi oleh Nazi dibawah Adolf Hitler. Narasi korban holocaust konsisten dinarasikan Israel sampai detik ini, lewat berbagai media dari film, musik, museum, dan buku.

Penyebaran propaganda melalui kanal kebudayaan ini terbukti efektif memanipulasi kesadaran masyarakat dunia, bahwa bangsa Yahudi pihak paling menderita selama berkobarnya perang dunia kedua, padahal perang dunia kedua tidak hanya merenggut korban jiwa dari bangsa Yahudi saja, bangsa lain juga banyak mengalaminya, apalagi bagi bangsa terjajah di kawasan Asia-Afrika ketika itu mereka dipaksa menjadi pekerja tanpa upah membangun berbagai infrastruktur sipil dan militer mendukung kemenangan bangsa yang menjajahnya, tidak sampai disitu anak-anak muda dari bangsa terjajah dipaksa menjadi tentara (kombatan) melawan musuh negara yang menjajahnya. Bahkan, para pemudi dengan todongan bedil dipaksa menjadi perempuan penghibur para tentara penjajah di garis depan pertempuran. Artinya korban dipihak bangsa terjajah tentu jauh lebih besar, memilukan, dan menyedihkan, mereka mengalami penjajahan puluhan sampai ratusan tahun lamanya, tidak hanya menjadi korban ketika perang dunia kedua berlangsung.

Maka tidak heran salah seorang Presiden Iran, Ahmadinejad, secara terang-terangan menggugat klaim mitos menyelubungi holocaust, menurutnya tragedi pemusnahan Yahudi oleh Nazi (Jerman) telah menjadi mitos yang dijunjung lebih tinggi dari pada kepercayaan pada agama dan para nabi di dunia barat, sampai-sampai terdapat aturan represif di Benua Eropa yang melarang siapa pun menolak kejadian holocaust, bagi sejarawan, pengulas, atau ilmuwan meragukannya akan berakhir di dalam penjara. Ahmadinejad juga menyampaikan tragedi holocaust itu terjadi di Benua Eropa, tetapi mengapa bangsa nun jauh di Timur Tengah (Palestina) harus menanggung beban derita, atas kejadian tidak mereka lakukan. Holocaust sebenarnya kata Ahmadinejad sedang terjadi di Gaza dan Tepi Barat, setiap hari publik dunia menyaksikan aksi penangkapan dan pembunuhan tentara Israel pada warga sipil (Labib, 2006).

Penutup

Rencana pendirian museum kekejaman zionis-Israel oleh Muhammadiyah menjadi langkah penting mendukung kemerdekaan Palestina, strategi budaya yang ditempuh Muhammadiyah bentuk dari perlawanan kontra hegemoni, bahwa tragedi kemanusiaan yang menimpa warga Palestina sudah melebihi tragedi holocaust, aksi genosida dilakukan Israel saat ini melalui media bernama museum akan menjadi ingatan kolektif dunia.

Pendirian museum kejahatan zionis-Israel memiliki beberapa arti penting. Pertama, menumbuhkan solidaritas global, para pengunjung akan semakin empati pada perjuangan kemerdekaan Palestina, serta dapat mempengaruhi opini publik dunia atas kejahatan perang dilakukan Israel selama invasi ke Gaza. Kedua, sarana edukasi hak asasi manusia (HAM), akan mengedukasi para pengunjung tentang pentingnya menegakkan hak asasi manusia, persamaan hak, dan bagaimana menghormati hukum humaniter. Ketiga, menjaga suara korban, peninggalan barang para korban dari pakaian, sepatu, jam tangan, dan lain-lain, menjadi media berbagi cerita kepada kita tentang kekejaman penjajahan, serta bentuk penghormatan bagi para korban.

Pendirian museum kejahatan Israel harus kita dukung agar peristiwa aksi genosida sistematis bangsa Palestina dilakukan zionis-Israel yang didukung sekutu baratnya, akan tetap abadi terpatri di dalam ingatan masyarakat dunia untuk selamanya. Semoga pendirian museum ini teralisasi. Amin..

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Karawang

Referensi Artikel

1. Bernays, Edward. 2021. Propaganda Manipulasi Opini Masyarakat (Jalan Baru Publisher, Yogyakarta).

2. Labib, Muhsin. et, all. 2006. Ahmadinejad : David di Tengah Angkara Goliath Dunia. (Mizan, Bandung).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image