Mengenal Lebih dalam Mengenai Surah Makkiyah dan Madaniyah
Agama | 2024-11-03 09:24:57Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang bersifat abadi berbeda dengan mukjizat-mukjizat para Nabi terdahulu. Al-Qur'an akan tetap terjaga keasliannya tanpa ada yang bisa menandingi kehebatannya dari segi tata bahasa dan lainnya. Dapat kita telaah bahwa para pengemban yang terdiri dari sahabat, tabi’in dan generasi setelahnya meneliti dengan cermat tempat turunnya ayat-ayat Al-Qur’an dan waktu turunnya wahyu.
Surah-surah Al-Qur’an dibedakan dengan sebutan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah yang didasarkan oleh tempat dan waktu diturunkannya. Perbedaan ini bukan sebatas tempat dan waktu tetapi juga dipengaruhi oleh tema, gaya bahasa yang disampaikan dalam ayat-ayat tersebut. Dengan mepelajarinya, umat Islam dapat memperoleh lebih dalam mengenai pemahaman tentang pesan dan ajaran yang disampaikan.
Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Para ulama’ mendefinisikan tentang makkiyah dan madaniyah secara berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan penetapan kriteria dalam menentukan suatu surah atau ayat yang masuk kedalam kategori makkiyah atau madaniyah.
Ada tiga pendapat ulama mengenai hal ini:
1) Berdasarkan tempat turunnya suatu ayat.
Salah satu definisi menjelaskan “Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Mekkah, sekaligus sesudah hijrah Nabi Muhammad SAW, sedangkan Madaniyah ialah ayat yang diturunkan di Madinah.”
Berdasarkan definisi di atas bahwa ayat makkiyah merupakan surah atau ayat dinuzulkan di wilayah Mekkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Sedangkan, madaniyah merupakan surah atau ayat yang dinuzulkan di wiayah Madinah atau area sekitarnya seperti Badar atau Uhud.
2) Berdasarkan khittab/seruan/panggilan dalam ayat tersebut.
Seruan menjadi salah satu ukuran untuk mendefinisikan surah atau ayat makkiyah dan madaniyah, “Makkiyah ialah ayat yang khittabnya/panggilannya ditunjukan kepada penduduk Mekkah, sedangkan Madaniyah ialah yang khittabnya ditunjukkan kepada penduduk Madinah.”
Berdasarkan definisi di atas, ayat yang dimulai dengan frase ‘wahai sekalian manusia’, dikategorikan makkiyah. Karena pada masa itu penduduk Mekkah masih dalam kekufuran. Sedangkan ayat yang dimulai dengan ‘wahai orang-orang yang beriman’, dikategorikan madaniyah. Karena keimanan telah tumbuh di hati para penduduk Madinah. Namun, dalam surah An-Nisa yang merupakan madaniyah tapi diawali dengan seruan kepada seluruh manusia yang menandakan definisi ini masih memiliki kelemahan.
3) Berdasarkan waktu turunnya ayat.
Berikut definisinya, “Makkiyah ialah ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekaligus turunnya di luar Mekkah. Sedangkan Madaniyah ialah ayat yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekaligus turunnya di Madinah.”
Definisi ini menjelaskan surah yang diturunkan sebelum hijrah Nabi ke Madinah, bahkan jika itu terjadi di luar Mekkah, maka itu dianggap surah Makkiyah. Sebaliknya, Madaniyah mencakup wahyu yang turun setelah hijrah Nabi, meskipun turunnya bukan di Madinah.
Macam-macam Surah Makkiyah dan Madaniyah
Berikut macam-macam surah makkiyah dan madaniyah:
1) Surah makkiyah murni, yaitu surah makkiyah yang seluruh ayatnya berstatus makkiyah dan tidak ada satu pun yang madaniyah. Seluruhnya berjumlah 58 surah yang berisi 2.074 ayat, seperti surah Al-Fatihah, Yunus, Al-Anbiya, Al-Mu’minun, An-Naml, Sad, Al-Fatir, dan surah-surah pendek pada juz 30 (kecuali surah An-Nasr).
2) Surah madaniyah murni, yaitu surah madaniyah yang seluruh ayatnya madaniyah dan tidak ada satu pun yang makkiyah. Seluruh surahnya berjumlah 18 surah yang berisi 737 ayat. Seperti surah Ali’Imran, An-Nisa’, An-Nur, Al-Ahzab, dan sebagainya.
3) Surah makkiyah yang berisi ayat madaniyah, yaitu surah yang sebagian besar berisi ayat makkiyah, namun di dalamnya terdapat sedikit ayat yang dikategorikan madaniyah. Surah-surah tersebut berjumlah 32 surah yang terdiri atas 2669 ayat, seperti surah Al-An’am, Al-A’raf, Hud, dan sebagainya.
4) Surah madaniyah yang berisi ayat makkiyah, yaitu surah yang sebagian besar ayatnya berisi madaniyah dan sedikit ayat yang dikategorikan makkiyah. Di dalam Al-Quran, hanya terdapat 6 surah, yaitu surah Al-Baqarah, Al-Maidah, Al-Anfal, At-Taubah, Al-Hajj, dan surah Muhammad.
Penggunaan Gaya Bahasa Surah Makkiyah dan Madaniyah
1. Surah Makkiyah
a) Dakwah kepada Tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kedahsyatan, neraka dan siksanya, surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniyah.
b) Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak yang mulia yang dijadikan dasar terbentuknya suatu masyarakat, pengambilan sikap tegas terhadap kriminalitas orang-orang musyrik yang banyak menumpahkan darah, memakan harta anak yatim secara dzalim, mengubur bayi perempuan hidup-hidup dan tradisi buruk lainnya.
c) Menyebutkan kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran, sehingga mengetahui nasib orang sebelum mereka yang mendustai Rasul, sebagai hiburan bagi Rasul, sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.
d) Kalimatnya singkat padat disertai kata-kata yang mengesankan, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati dan maknanya meyakinkan dengan didukung oleh lafadz-lafadz sumpah.
2. Surah Madaniyah
a) Menjelaskan masalah ibadah, muamalah, khad, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional, baik diwaktu damai maupun diwaktu perang, kaidah hukum dan masalah perundang-undangan.
b) Seruan terhadap ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah keterangan datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mereka.
c) Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisis kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
d) Suku kata dan ayatnya panjang-panjang, dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan syariatnya.
Perbedaan Surah Makkiyah dan Madaniyah
a) Ayat dan surah Makkiyah pada umumnya pendek, sedang ayat dan surah Madaniyah umumnya panjang.
b) Ayat dan surah Makkiyah pada umumnya dimulai dengan “Ya Ayyuhan-nas” (wahai manusia), sedang ayat dan surah Madaniyah dimulai dengan “Ya Ayyuhal-ladzina Amanu” (wahai orang-orang yang beriman).
c) Ayat dan surah Makkiyah pada umumnya berbicara tentang masalah ketauhidan, sedang ayat dan surah Madaniyah pada umumnya berbicara tentang kemasyarakatan.
d) Setiap surah yang di dalamnya mengandung ayat sajadah adalah Makkiyah.
e) Setiap surah yang mengandung lafal kalla adalah Makkiyah.
f) Setiap surah yang mengandung kisah para Nabi dan umat terdahulu kecuali surat Al-Baqarah adalah Makkiyah.
g) Setiap surah yang dimulai dengan huruf-huruf muqatha‘ah kecuali surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran adalah Makkiyah, sedang surah Al-Ra‘d masih diperselisihkan oleh para ulama.
Kesimpulan
Surah makkiyah dan surah madaniyah merupakan suatu ayat yang diturunkan kepada Rasul. Kata makiyyah berasal dari Mekkah dan kata madaniyah berasal dari Madinah. Perbedaan surah makiyah dan surah madaniyah memiliki tiga macam perbedaan yaitu perbedaan menurut tempat turunnya, perbedaan menurut panggilan dalam ayatnya, dan perbedaan menurut waktu turunnya. Macam-macam surat makkiyah dan madaniyyah ada empat, yaitu surah makkiyah murni, surah madaniyah murni, surah makkiyah yang berisi ayat madaniyah, dan surah madaniyah yang berisi ayat makkiyah. Gaya bahasa surah makkiyah cenderung pendek, ringkas, dan kuat, sedangkan surah madaniyah memiliki gaya bahasa yang lebih terperinci dan panjang. Bila dalam satu surah terdapat ciri-ciri Makkiyah maka surah itu dinamakan Makkiyah. Demikian pula bila dalam satu surah terdapat ciri-ciri Madaniyah, maka surah itu namakan surat Madaniyah.
Penulis: Annisa Nurazizah Ramadhani, Siti Nur Rahmawati Mahasiswa Semester 1 BKI UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.