Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Damay Ar-Rahman

Menolak Takdir Usia Bersekutu dengan Iblis

Sastra | 2024-11-01 00:29:30
Foto: Canva

Suara gerimis di malam ini memberikan tanda tentang sesuatu yang akan datang sesaat lagi. Itu adalah sebuah isyarat dari Ibu jika telah terdengar gemericik air di atas rumah, maka tidak akan ada yang menganggu Trio. Trio dengan wajah memar mengunci diri di kamar agar ia tidak dipaksa melakukan hal fatal itu lagi. Sudah cukup ia mengikuti semua kemauan ayahnya yang gila dan psikopat. Hati Trio sudah sejak lama memendam amarah pada pria berkumis tebal tersebut. Wajahnya memang terlihat tidak tua, ia seperti berumur tiga puluh dua tahun. Berbeda dengan anak sulungnya itu, terlihat lebih tua dari ayahnya.

Ambisi apa yang sedang dilakukan sang ayah. Sedikit demi sedikit, kulit-kulit Trio keriput. Wajahnya semakin terlihat tidak terawat. Matanya juga cekung dan berpanda. Suaranya semakin serak, belum lagi matanya yang rabun.

"Keluar kamu..." Bentak si ayah dengan nadanya yang kasar, "kalau tidak Kamu tahukan akibatnya." Jawab pria itu yang dipanggil oleh orang-orang kampung dengan sebutan pria darah muda.

Mengapa ia dipanggil demikian, tentunya karena parasnya yang tampan. Tubuh kekar berkulit sawo matang, belum lagi matanya yang indah, sehingga setiap wanita yang memandang akan terpikat. Tak terkecuali, janda terkaya di kampung seberang. Ia juga dicurigai memakai susuk, bahkan kematian suaminya juga karena guna-guna. Suami yang dianggap hanya akan membebaninya lebih baik mati. Ia pernah mengatakan itu pada seorang dukun di kampung halamannya.

"Kurasa sudah cukup aku melayani tua Bangka itu." Ucapnya sambil memandang sinis ke arah patung tengkorak di sudut ruang kamar si dukun.

"Kalau begitu, berikan ramuan ini di setiap air yang akan dia minum."

"Berapa yang kamu mau?" Tanya wanita itu.

"Berikan aku darah perawan. Untuk malam Kliwon nanti."

Roop terdiam mendengarnya. Lagi-lagi ia harus mengambil darah anak tirinya yang masih berusia 17 tahun. Jika lima tahun belakangan, di Roop membodohi Sita, sekarang anak itu sudah sangat penasaran dengan hal-hal diluar nalar yang dilakukan ibunya.

"Baik kau tunggu saja." Ucap Roop sambil berjalan melenggok lalu meninggalkan kakek dukun itu yang memulas janggut putihnya. Suasana di luar, sangat menakutkan. Sebab posisi rumah Dukut,

Trio terbangun dari kasurnya. Pintu masih tertutup rapat dan gerimis tadi telah menjelma hujan lebat yang anginnya menghilir melalui celah loteng kamar Trio yang bocor. Ia merasa heran, mengapa dirinya masih hidup. Seharusnya, pukulan tadi telah membunuhnya.

Dengan kaki yang terluka parah akibat tergores pisau milik ayahnya tiga hari yang lalu, ia berjalan tertatih menuju pintu. Melalui lubang kunci, matanya menyipit menyelidiki orang-orang dari dalam. Tidak seorangpun terlihat olehnya kecuali si Mulang anjing milik ayahnya. Tapi ia takkan tertipu dengan langsung keluar. Pelan-pelang ia berjalan lalu mematikan lampu, dan akan kabur melewati jendela kamar.

Hujan lebat tidak menghalangi langkahnya untuk melarikan diri. Dikejauhan Roop menyoroti Trio dengan pandangan kesal. Jika Trio kabur, semua akan hancur. Roop berteriak, dan ayah Trio keluar sambil membawa kapak. Malam penuh lembab disertai hujan ini, adalah syarat dari Iblis untuk mengorbankan Trio darah dagingnya. Roop dan ayahnya telah lama bekerjasama untuk memenuhi segala permintaan mereka pada iblis. Keduanya adalah kekasih gelap sebelum masing-masing pasangan mereka meninggal. Trio, adalah kebencian Roop karena ia lahir dari wanita yang merupakan istri sah. Tentu saja, wanita itu mempengaruhi ayah Trio agar ia dikorbankan. Padahal, yang sangat diincar oleh iblis adalah putra Roop anak dari hasil hubungan gelap.

Trio melewati jalan berlumpur menuju arus sungai di belakang gunung. Air terjun mulai terlihat sehingga lokasi sungai tidak akan jauh lagi.

Almarhumah ibu Trio, dahulu sebelum meninggal berpesan kabur jangan sampai meninggalkan jejak. Trio telah menyusun rencana dengan matang, ia berlari ke sungai dengan menenggelamkan diri. Esoknya ia tiba di sebuah desa terpencil. Namun, wujudnya tidak lagi setua dulu, wajah Trio tampak lebih muda dan bersih, bahkan terlihat gagah karena memiliki tubuh kekar. Berbeda dengan ayahnya di kejauhan sana, telah dikepung warga karena kedapatan mesum dengan Roop di rumah.

Iblis menyuruh mereka untuk saling berhubungan badan. Karena gagal mendapatkan Trio. Namun, iblis adalah penipu terbesar dan laknat. Itu hanya cara Iblis untuk menjebak manusia. Semakin banyak keinginan yang terpenuhi, semakin berat syaratnya, dan hanya sementara. Setelah tertangkap keduanya dipasung, dan lebih mengagetkan lagi, wajah Roop sangat persis seperti anjing.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image