Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vita Rianti

Ayahku, Duniaku

Sastra | 2024-10-30 17:37:43

Abizar, atau yang kerap di panggil dengan Abi adalah seorang anak nelayan yang terlahir dari keluarga yang serba kekurangan. Abizar hanya tinggal berdua dengan Ayahnya, yaitu Ayah Habian.

Abi adalah remaja berusia lima belas tahun, yang masih bersekolah di bangku kelas 3 SMP.

Sedari masuknya Abi di sekolah, ia tidak mempunyai teman hingga sekarang, karena Abi hanya di pandang sebelah mata oleh teman sebayanya. “Miskin dan lusuh” yang terlintas saat orang lain melihatnya.

Ayah Habian, yang kini berada di tengah laut lepas melemparkan jala nya berharap ada ikan yang terperangkap untuk dibawanya pulang dan di santap berdua dengan anaknya. Namun sepertinya samudra tak berpihak dengan Habian, Habian pulang dengan tangan kosong. Dengan wajah yang letih dan bau matahari yang menyengat, Habian sampai dirumah. Abi yang sudah lama menantikan sang Ayah pulang langsung menghampiri nya, “Ayah bagaimana tangkapan hari ini” Habian terdiam sejenak mendengar perkataan anaknya, “Nak.. maafkan Ayah, hari ini kita belum bisa makan, Ayah tidak mendapatkan seekor pun ikan, kita minur air putih dulu tidak apa apa kan, maaf kan Ayah nak Ayah belum bisa menjadi Ayah yang baik untuk Abi, Ayah akan bekerja lebih keras lagi supaya kita bisa makan yang enak. “tidak apa apa Ayah, ini saja sudah lebih dari cukup, Abi bersyukur walaupun kita hanya bisa minum air putih, asalkan Abi selalu bersama Ayah semuanya terasa enak ko” mereka tertawa kecil.

Habian tidak putus asa, keesokan hari nya Habian berusaha lebih keras lagi supaya ikan ikan yang di dapat bisa di jual agar anak nya bisa makan. Habian mendapatkan se ember besi ikan dan bersiap untuk pulang, dengan perasaan tidak sabar untuk bertemu anaknya. namun, saat hendak pulang Habian terjatuh dan tak sadarkan diri. Para nelayan disitu pun panik dan segera membawanya ke Rumah Sakit.

Sesampainya dirumah sakit Habian di periksa oleh Dokter, ternyata Habian mempunya penyakit yang mematikan, Jantung bocor. Penyakit itu sudah lama habian sembunyikan dari Abi, Habian tidak ingin anak nya khawatir akan dirinya, dan mengganggu sekolah anaknya. Abi yang mendapat kabar Ayahnya di Rumah Sakit kaget bukan main, seperti orang tidur yang langsung di bangungkan. Abi panik, jantung abi berdetak lebih cepat dari sebelumnya. tanpa pikir panjang Abi langsung menghampiri Ayahnya ke Rumah Sakit. sesampai nya di Rumah Sakit Abi melihat Ayahnya terbaring memprihatinkan dengan alat alat medis yang terpasang di badannya. perasaan Abi cemas tak karuan, seorang Dokter menghampiri Abi “Nak Ayah kamu mengidap penyakit yang cukup parah, Jantung nya bocor, dan harus di lakukan tindakan yang lebih serius” DEGG! Abi terkejut mendengar kata kata itu, Abi tidak menyangka. Abi bingung harus membayar pengobatan Ayahnya pakai apa, untuk makan pun susah.

Kepala Abi rasanya ingin pecah, dihantui rasa takut. Abi takut jika Ayah nya meninggalkan nya untuk selamanya, karena abi hanya mempunyai Ayahnya seorang. Setelah seharian di rawat Ayahnya siuman dan kondisi nya lebih baik dari sebelumnya, “Ayah kenapa tidak pernah bilang kalau ayah sakit?” Ayah Habian terdiam “Jawab Ayah, jawab” “Maaf kan Ayah nak, Ayah gak mau kamu khawatir dengan Ayah, Ayah gak mau kamu memikirkan yang seharusnya gak kamu pikirkan, Ayah mau kamu fokus sekolah tanpa beban” “Yah Abi anak Ayah atau bukan? tolong libatkan Abi dalam segala hal Yah, Abi merasa tidak berguna jadi anak Ayah, sampai Ayah sakit pun Abi gak tau” Ayah habian memeluk Abi “Maaf ya nak, Ayah cuma mau Abi tumbuh tanpa ke khawatiran, sekali lagi Ayah minta maaf” pelukan mereka semakin erat, ruangan hening, hanya ada suara monitor Rumah Sakit.

Ayah Habian mengusap punggung Abi dengan lembut. “Nak kamu pulang ya, kamu harus sekolah”, “gak mau Ayah, Abi mau jagain Ayah sampai Ayah sembuh”, “pulang ya nak, Ayah sudah mendingan, nanti kalau ada apa apa Ayah bisa meminta bantuan dokter dan perawat disini, pulang ya, Ayah mohon” dengan terpaksa Abi mengiyakan permintaan sang Ayah “baiklah Ayah, tapi janji ya, Ayah harus pulang ke rumah dan menjalani hidup bersama Abi lagi”, “iya Ayah janji” sesampai nya dirumah, Abi membersihkan diri dan bersiap untuk pergi ke Sekolah. Abi berangkat Sekolah dengan perasaan sedih, ia memikirkan bagaimana kondisi Ayah nya saat ia tinggalkan seorang diri di Rumah Sakit.

Abi tidak fokus mengikuti pelajaran, pikirannya hanya Ayah Ayah dan Ayah. saat istirahat Abi di mendapat kabar kalau ayah nya sudah berpulang ke pelukan yang maha kuasa. Syok, sedih, takut, cemas campur aduk. tanpa fikir panjang Abi langsung berlari menuju Rumah sakit. Sepanjang jalan air matanya bercucuran, orang orang di sekitar mulai memperhatikan Abi yang berlari tergesa tega dan hampir tertabrak mobil, Abi tidak memperdulikan itu, yang di fikirkan abi hanya Ayahnya. Sesampai nya di Rumah Sakit Abi langsung menuju Ruang Jenazah, tangis Abi pecah saat melihat Ayah nya terbaring kaku. “Ayah mana janji Ayah katanya mau pulang kerumah dan kita menjalani hidup sama sama lagi”, “Ayah bohong!” ruangan hening hanya ada suara isakan Abi dan sekujur tubuh Ayah nya yang dingin.

Abi tersungkur di lantai, ia memikirkan bagaimana caranya ia membawa pulang jenazah Ayah nya, sedangkan ia tidak mempunyai uang untuk menyewa Ambulan. Abi pun melangkah menuju resepsionis pembayaran, “kak Abi mau membayar biaya pengobatan Ayah Abi, kira kira berapa ya kak suster”, “sebentar ya Abi kaka cek terlebih dahulu, total nya jadi tiga juta lima ratus ya Abi” Abi pun terdiam.. Abi hanya mempunyai uang empat puluh ribu, Abi mengeluarkan sesuatu dari kresek hitam, gelang emas. “Kak Abi hanya memiliki uang empat puluh ribu, apakah bisa kalo abi membayarnya pakai gelang ini? gelang ini peninggalan ibu Abi sebelum ibu meninggal”. mata suster itu pun mulai memerah dan berkaca kaca.

“Abi, disimpan aja ya gelangnya, sayang kenang kenangan dari Ibu, biar kaka aja yang bayarin biaya pengobatan Ayah Abi, mungkin ini sudah rezeki Abi yang di titipkan Allah melalui kaka, semoga Ayah abi cepat sembuh ya..”, “Terimakasih banyak ka, tapi sayangnya Ayah Abi sudah tidak merasakan lagi kak, Ayah pasti bahagia ada orang baik yang membantu Abi, karena cita cita Ayah ingin Abi selalu bahagia dan diperlakuin baik dengan orang lain”. DEGG!! rasanya seperti di sayat hidup hidup. Rasanya ingin menangis, tetapi malu dengan Abi yang masih bisa tersenyum walaupun ditinggalkan Ayah nya untuk selamanya. “Kak apakah Abi boleh minta tolong sekali lagi”, “tentu saja Abi”, “tolong pesankan taxi online untuk Abi membawa Ayah pulang kerumah kak, uang abi tidak cukup kalau untuk membayar ambulan”, “boleh Abi kaka pesankan ya” Abi tidak berhenti mengucap kata terimakasih kepada suster, Abi bersyukur masih ada orang baik yang mau menolong Abi.

Abi pun melangkah menuju kamar Jenazah untuk menjemput sang Ayah, dan membawa sang Ayah ke dalam Taxi. “kakak suster sekali lagi terima kasih ya sudah banyak membantu Abi, Semoga kaka selalu di kelilingi orang baik, Abi duluan ya kak” Ayah Abi di baringkan di kursi belakang. Sesampai nya dirumah Abi di bantu warga sekitar untuk mengurus pemakaman sang ayah, tetangga pun prihatin atas kondisi Abi. “Nak yang tabah ya, iklasin Ayah kamu ya..” sambil memeluk Abi. Abi harus melanjutkan hidup seperti biasa, walaupun rasanya kurang karena tidak ada Ayah, tetapi ia harus tetap melanjutkan pendidikannya. Di sekolah Abi di bully, di caci maki dan di soraki oleh teman sekelasnya, karena hanya orang miskin dan tidak mempunyai orang tua.

Abi sangat kehilangan arah, ia frustasi, dunia nya terasa runtuh. Abi ingin membalas semua perkataan teman nya, tetapi Ayah nya tidak pernah mengajarkan hal seperti itu kepadanya. Abi lebih banyak diam dan terus melamun. yang terlintas di fikiran Abi hanyalah mengakhiri hidup nya dan mengakhiri semua penderitaan nya, ia berfikir tidak ada guna nya ia hidup, separuh hidup nya sudah hilang. Tanpa fikir panjang Abi berlari ke laut dan menenggelamkan diri , meminta semesta menelan habis semua penderitaannya. Malang sekali nasib lelaki sebatang kara ini

Pelajaran yang dapat di ambil dari kisah abi yaitu jangan lupa bersyukur atas apa yang kita miliki, dan sayangi lah kedua orang tua selagi mereka masih hidup, karena hidup tanpa lampu saja gelap apalagi hidup tanpa orang tua.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image