Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faiha Widad Fillah

Persiapan Kematian Secara Karikatural: Resensi Novel 'Aki'

Sastra | 2024-10-30 06:42:54
Ilustrasi berbagai batu nisan. (Sumber: https://www.pexels.com/id-id/).

Novel 'Aki' karya Idrus pertama kali diterbitkan pada tahun 1994 oleh Balai Pustaka. Idrus dinobatkan sebagai pelopor Angkatan 45 di bidang penulis prosa dengan karyanya yang monumental, yaitu Surabaya, Corat-Coret di Bawah Tanah, dan Aki. Sejak usia remaja hingga tutup usia pada tahun 1997, Idrus tetap memperlihatkan sikapnya yang konsisten dalam dunia menulis. Terlihat dari hasil karya-karyanya yang banyak selama keterlibatannya dalam dunia sastra Indonesia, mulai dari prosa, cerpen, drama, karya terjemahan, kritik dan esai, dan masih banyak lagi. Selain itu, Idrus juga sering menimbulkan kehebohan dunia sastra melalui komentar, karya, ceramah sastranya sehingga banyak menarik perhatian peminat sastra.

Dalam novel 'Aki', Idrus mengisahkan seorang laki-laki bernama Aki berumur 29 tahun, divonis terkena penyakit paru-paru. Aki yang sudah memiliki penyakit sejak lama itu merasa lelah dan merasa dirinya tidak lama lagi akan meninggal. Tidak ada yang tahu, apakah Aki masih ingat kepada tuhannya. Laki-laki itu tak pernah sembahyang dan juga puasa. Namun, Aki digambarkan sebagai sosok yang sangat baik hati. Ia memiliki rumah tangga yang bahagia dengan sosok istri dan kedua anaknya Akbar dan Lastri. Sang istri, Sulasmi sangat mencintai Aki dan selalu merawatnya setiap hari bahkan ketika ia mengetahui Aki sakit.

Hingga suatu saat ketika Sulasmi sedang merawat Aki, sang suami menghembuskan nafas terakhirnya di atas kasur dalam keadaan sedang terbaring. Saat itu Sulasmi sangat terkejut dan bergegas memanggil dokter. Namun, ketika ia kembali ke kamar betapa bingungnya ia melihat Aki sedang tersenyum ke arahnya. Suaminya hidup kembali. Lalu, Aki mengatakan kepada istrinya bahwa ia akan meninggal dalam waktu setahun lagi. Setelah kejadian Aki hidup kembali itu, hidup Aki berjalan seperti biasanya.

Dalam kurun waktu setahun, Aki mempersiapkan segala hal mengenai kematiannya. Mulai dari kain kafannya yang akan diganti dengan kain pike, memberikan pesan kepada istrinya untuk bekerja dan menikah lagi, bahkan hingga resign dari pekerjaannya. Aki juga meminta Sulasmi untuk tidak menangisinya ketika ia mati, laki-laki itu berkata "Orang yang mati tidak seharusnya ditangisi, Sulasmi. Orang yang mati lebih berbahagia dari orang yang hidup, karena orang yang mati sudah ada tempatnya yang nyata, di surga atau di neraka. Tidak seperti orang yang hidup, yang selama hidupnya tergantung awang-awang, sungguhpun ia kelihatannya berpijak di atas tanah."

Kabar Aki akan mati pada tanggal 16 Agustus menyebar di lingkungan rumahnya sampai lingkungan pekerjaannya. Banyak dari mereka yang merasa heran dengan pernyataan tersebut. "Siapa pula sekarang yang menentukan hidup mati seorang makhluk? sudah matikah tuhan?". Tentu, siapa yang tidak heran ketika mendengarnya. Berbeda dengan reaksi tersebut, justru Aki tidak takut akan kematiannya sendiri. Orang-orang mengatakan Aki memiliki ilmu sihir karena menentang maut.

Hari yang diperkirakan pun tiba, 16 Agustus, hari kematian Aki. Semua kerabat serta teman-teman berkumpul di hari pemakaman yang dimana katanya Aki akan mati pada hari itu. Persiapan pemakaman telah selesai, bahkan Aki sendiri pun sudah berdandan dengan rapi. Setiap orang yang melihatnya tidak akan percaya bahwa beberapa jam lagi Aki akan mati. Sulasmi diminta untuk menemaninya di masa-masa terakhir Aki. Aki meminta istrinya itu untuk tidur disampingnya tanpa melihat dirinya, agar Sulasmi tidak sedih melihat dirinya melalui masa kematiannya. Hingga jam menunjukkan pukul tiga lewat dua puluh, Sulasmi menyebut nama Aki berkali-kali, tidak ada sahutan.

Sulasmi yang memutuskan untuk tidak menangisi Aki pun runtuh juga ketika mengetahui Aki telah mati. Ia berlari keluar kamar seraya menangis membuat orang-orang menganggap bahwa pernyataan Aki benar adanya. "Saya akan meninggal pada tanggal 16 Agustus tahun depan". Untuk memastikan hal tersebut, semuanya bergerombol memasuki ruangan dimana Aki berada. Betapa terkejutnya mereka melihat Aki, lelaki yang katanya akan mati itu tengah duduk merokok di atas kasur pemakamannya. Seakan melihat hantu, semuanya lari terbirit-birit dari rumah Aki.

Aki berkata, "Sulasmi, kalau aku sekarang tidak mati seperti yang kukatakan setahun yang lalu, maka kukatakan kepadamu bahwa aku tidak mau mati lekas-lekas lagi. Aku ada dua orang anak yang harus ku besarkan dan ku didik, dan karena itu aku mau hidup lama-lama. Ku katakan padamu, Sulasmi, ingat akan perkataan ku ini, aku baru akan mati, kalau aku sudah berumur enam puluh tahun."

Dalam novel Aki karya Idrus, takdir kematian menjadi tema sentral yang mengaitkan hubungan antara kehendak Tuhan dan perjalanan hidup manusia. Melalui kisah Aki, penulis menunjukkan bahwa meskipun kematian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan, cara manusia merespons dan menerima takdir tersebut sangat bervariasi. Kita harus percaya bahwa takdir merupakan ketentuan tuhan, sebagai manusia kita harus berlapang dada dan terus berikhtiar. Aki memang menyatakan kapan ia akan meninggal dan bahkan menyiapkan berbagai hal terkait kematiannya. Namun, ini bisa dilihat sebagai bentuk penerimaan terhadap takdir. Aki berusaha untuk menghadapi kematiannya dengan tenang dan memberikan makna pada perpisahan dengan keluarganya, yang menunjukkan pemahaman dan penerimaan atas takdir yang telah ditentukan.

Ia mungkin tidak berikhtiar dalam cara melawan penyakitnya, tetapi ia memilih untuk berfokus pada bagaimana ia dapat mempersiapkan keluarganya untuk menghadapi kehidupannya setelah ia pergi. Secara keseluruhan, sudut pandang orang-orang di sekitar Aki berfungsi untuk mencerminkan berbagai cara manusia berinteraksi dengan konsep kematian, dari skeptisisme dan ketidakpercayaan hingga kepedulian dan refleksi. Hal ini menambah kekayaan naratif dan membantu pembaca untuk memahami kompleksitas hubungan antara individu dan masyarakat dalam menghadapi takdir.

Dalam novel ini, terdapat kelebihan dan kekurangan. Novel Aki karya Idrus menampilkan gaya bahasa yang lugas dan mengalir membuat pembaca dapat dengan mudah mengikuti alur cerita, serta merasakan nuansa emosional yang ada. Sementara di sisi lain, kekurangannya, yaitu pendekatan karikatural terhadap kematian mungkin tidak cocok untuk semua pembaca, terutama bagi mereka yang memiliki pandangan lebih serius tentang hidup dan mati.

Daftar Pustaka

Aki. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image