Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Admin Eviyanti

FOMO di Kalangan Gen Z, Gaya Hidup Elit Ekonomi Sulit

Politik | 2024-10-28 20:02:35

Oleh Arista Yuristania

(Aktivis Muslimah)

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi salah satu tren kemajuan zaman yang signifikan di kalangan anak muda atau gen-Z, dan merupakan gejala sosial yang muncul ketika seseorang tidak ingin ketinggalan zaman.

Menurut Pengamat Sosial Devie Rahmawati, FOMO dapat menyebabkan dampak buruk. “Kalau kemudian, untuk mengejar perhatian dia menggunakan segala cara yang termasuk menggadaikan kehormatan. Itu menjadi masalah”. (Kompas.com, 21/09/2024, 19:35 WIB)

Orang yang FOMO dapat menggadaikan harga dirinya bahkan jiwa raganya untuk mendapatkan hal yang sedang tren saat ini. Perilaku tersebut dapat berdampak buruk jika dilakukannya dengan cara yang melanggar hukum. Hal tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. FOMO pun dapat membuat seseorang berperilaku narsistik, merasa dirinya lebih dari orang lain dan juga mengharapkan pujian yang berlebihan.

Sebagai contoh yaitu terkait demam Labubu yang menyerbu masyarakat. Boneka Labubu menjadi viral setelah idola K-pop memamerkannya di media sosial. Fenomena tersebut menciptakan anggapan bahwa memiliki Labubu berarti menjadi bagian dari tren global yang dipopulerkan oleh idolanya. Ketika mereka merasa kurang dengan standar hidup yang ditampilkan, maka akan muncul kecemasan akan ketertinggalan atau keterasingan. Bahkan mereka sampai rela melakukan doom spending atau gemar berhutang. Jika FOMO ini terus berlanjut, akan membahayakan generasi muda. Mereka senantiasa berperilaku konsumtif hingga krisis identitas.

Akar munculnya gaya hidup FOMO adalah sistem kapitalis liberal sekuler. Sistem yang rusak ini dapat menyebabkan para remaja atau gen Z memiliki gaya hidup bebas, konsumerisme dan hedonisme. Segala kesenangan yang ada di dunia menjadi prioritas utama. Apalagi dalam sistem Kapitalis yang tidak memberikan perlindungan bagi generasi muda, seperti dalam sistem pendidikannya justru membekali pemahaman hidup yang materialistik. Platform media sosial dibiarkan menciptakan gaya hidup FOMO yang semakin menjerumuskan dalam kehidupan materialistik.

Hal inilah yang membuat gaya hidup FOMO semakin mendapat tempat di kalangan gen Z. Padahal gaya hidup ini sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan pengabaian potensi yang dimiliki generasi muda untuk berprestasi dan berkarya. Bahaya lainnya juga dapat menghalangi potensi sebagai agen perubahan menuju kebaikan.

Dalam Islam, demi menjaga dan melindungi generasi muda dari gaya hidup yang rusak seperti FOMO, akan memberikan perlindungan yang extra kepada semua kalangan masyarakat. Perlindungan ini merupakan cerminan aqidah Islam yang mengharuskan siapapun wajib terikat dengan aturan Allah Swt.

Islam memandang negara berfungsi sebagai junnah atau perisai. Sedangkan pemuda memiliki potensi yang besar dan kekuatan yang dibutuhkan umat sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam. Maka sebagai negara junnah maka dalam sistem Islam memastikan potensi yang terdapat pada generasi muda menjadi terarah untuk kemuliaan Islam.

Islam memiliki sistem pendidikan yang akan mampu membangkitkan potensi generasi muda dan mengarahkan kehidupannya sesuai dengan yang diinginkan penciptanya. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan Islam memastikan setiap individu memiliki akhlak mulia dan memiliki keahlian dalam ilmu kehidupan. Tolok ukur kehidupan Islam dilihat dari aqliyah dan nafsiyah sesuai dengan syariah Islam. Dengan demikian mereka akan memiliki kesadaran untuk beramal saleh sesuai dengan syariat Islam. Mereka akan berlomba-lomba melakukan kebaikan sesuai dengan potensi yang mereka miliki, bukan berperilaku FOMO yang sangat merusak dan tidak sesuai dengan syariat Islam.

Generasi muda akan sangat memahami kebutuhan mendasar umat dan kemuliaan Islam. Kesadaran itu akan semakin melekat karena sistem Islam mengontrol konten-konten yang ada di media sosial. Media dalam sistem Islam digunakan untuk memberikan pendidikan kepada umat terkait syariat, menunjukkan haibah atau kewibawaan keseluruhan dunia.

Wallahu’alam bishawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image