Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Liliana Elisabeth

Menguak Topeng Patriaki: Tantangan Kesetaraan Gender di Kenya

Info Terkini | 2024-10-27 13:48:54

Topik kesetaraan gender di Kenya menghadirkan tantangan besar yang terkait erat dengan patriarki yang telah berakar kuat dalam masyarakat. Struktur patriarki ini menciptakan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan di berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam akses pendidikan, ekonomi, dan pengambilan keputusan politik. Meskipun upaya untuk mencapai kesetaraan gender sudah ada, baik dari pemerintah maupun organisasi non-pemerintah, tantangan tersebut masih bertahan dan seringkali menyulitkan implementasi kebijakan yang inklusif.

Salah satu tantangan utama adalah masih adanya norma-norma sosial yang menempatkan perempuan pada posisi inferior. Sebagai contoh, di beberapa wilayah, pendidikan perempuan masih kurang dianggap penting, sehingga angka putus sekolah di kalangan anak perempuan tinggi. Selain itu, kekerasan berbasis gender tetap menjadi masalah serius, menciptakan lingkungan yang membatasi kebebasan dan partisipasi perempuan dalam kehidupan sosial dan ekonomi.

KENYA COUNTRY GENDER EQUALITY PROFILE BRIEF | Publications | UN Women – Africa" />
Gambar 1.1 Africa UN Women KENYA COUNTRY GENDER EQUALITY PROFILE BRIEF | Publications | UN Women – Africa

Menurut data dari Country Gender Equality Profile (CGEP) kemiskinan kronis yang terus meluas menunjukkan ketimpangan yang mendalam, terutama bagi perempuan yang memimpin rumah tangga sebagai lajang, janda, atau bercerai. Mereka jauh lebih rentan terhadap kemiskinan dibandingkan laki-laki. Ini menunjukkan bahwa meskipun perempuan menjadi lebih dari separuh populasi dan berkontribusi signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, upaya untuk melindungi mereka dari jerat kemiskinan masih kurang memadai. Struktur kebijakan ekonomi dan sosial perlu diubah agar mereka dapat memiliki peluang yang lebih setara untuk keluar dari kemiskinan.

Meskipun perempuan Kenya memiliki kontribusi yang nyata dalam pembangunan negara, mereka belum diperlakukan sebagai mitra yang setara dengan laki-laki. Diskriminasi dan ketidakadilan berbasis gender masih sangat luas dan kompleks. Kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender (SGBV) tetap menjadi pelanggaran hak asasi manusia yang paling sering terjadi di Kenya. Sayangnya, banyak kasus yang tidak dilaporkan, sehingga akses perempuan terhadap keadilan menjadi terbatas, yang sangat memprihatinkan. Pandemi COVID-19 pun memperparah kondisi ini, meningkatkan risiko kekerasan dan ketidaksetaraan yang dialami perempuan.

Di sisi lain, Kenya telah menunjukkan tanda-tanda kemajuan. Beberapa inisiatif, seperti pengesahan undang-undang untuk melindungi hak perempuan, serta kampanye kesadaran gender di berbagai komunitas, telah membantu menciptakan momentum untuk perubahan. Namun, tantangan yang dihadapi sangat kompleks, terutama ketika struktur patriarki tidak hanya mempengaruhi masyarakat di tingkat individu tetapi juga di tingkat institusi.

Untuk mencapai kesetaraan gender yang sebenarnya, perubahan harus bersifat multidimensi, melibatkan pendidikan, advokasi, dan reformasi institusi. Investasi dalam pendidikan yang adil bagi perempuan dan laki-laki akan sangat penting, di samping penegakan hukum yang lebih kuat dalam hal kekerasan berbasis gender. Selain itu, masyarakat perlu terlibat dalam diskusi terbuka untuk meruntuhkan stereotip yang membatasi perempuan.

Gambar 2.2 Africa UN Women

Selain itu, terdapat berbagai upaya institusional untuk memberdayakan perempuan dan pemuda secara ekonomi. Salah satu contohnya adalah pendirian lembaga perbankan dan keuangan mikro yang khusus menargetkan perempuan, menunjukkan adanya komitmen untuk mengurangi kesenjangan ketidaksetaraan gender di bidang sosial-ekonomi. Fasilitas kredit ini juga menawarkan suku bunga yang terjangkau dan opsi pembayaran yang fleksibel. Hasilnya, pemberdayaan ekonomi perempuan di Kenya telah mendorong peningkatan kesejahteraan ekonomi dan partisipasi perempuan dalam ekonomi.

Kesetaraan gender di Kenya tidak hanya akan membawa manfaat bagi perempuan, tetapi juga bagi pembangunan negara secara keseluruhan. Ketika perempuan diberi kesempatan yang sama, mereka dapat berkontribusi lebih besar pada ekonomi dan pembangunan sosial. Untuk itu, usaha menguak “topeng” patriarki dan mengatasi ketidaksetaraan gender bukan hanya tugas pemerintah atau aktivis, tetapi menjadi tanggung jawab bersama yang harus diperjuangkan oleh seluruh elemen masyarakat.

Selain itu, terdapat berbagai upaya institusional untuk memberdayakan perempuan dan pemuda secara ekonomi. Salah satu contohnya adalah pendirian lembaga perbankan dan keuangan mikro yang khusus menargetkan perempuan, menunjukkan adanya komitmen untuk mengurangi kesenjangan ketidaksetaraan gender di bidang sosial-ekonomi. Fasilitas kredit ini juga menawarkan suku bunga yang terjangkau dan opsi pembayaran yang fleksibel. Hasilnya, pemberdayaan ekonomi perempuan di Kenya telah mendorong peningkatan kesejahteraan ekonomi dan partisipasi perempuan dalam ekonomi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image