Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image haura Insiyah

Menelaah Indeks Kesalehan Sosial, Tepatkah?

Agama | 2024-10-27 04:16:46

Oleh : Siti Annisa, S.S

Saleh atau sholih belakangan menjadi perbincangan karena dikaitkan dengan kata "sosial" di belakangnya, menjadi saleh sosial atau kesalehan sosial. Hal ini didukung dengan adanya data Indeks Kesalehan Sosial (IKS) Indonesia tahun 2024 yang menunjukkan tren peningkatan, sebagaimana disampaikan Menteri Agama.

Lalu apakah kesalehan sosial itu? Dalam makna yang diinginkan oleh arus Moderasi Beragama, makna saleh disini diukur dari segala sikap dan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kebaikan, seperti kepedulian, saling menghargai, tolong-menolong, dan sebagainya dalam kehidupan sosial. Kesalehan sosial merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama pada pemeluk agama.

Namun ironinya, di tengah pengumuman bahwa IKS Indonesia menunjukkan tren meningkat, fakta di tengah masyarakat terjadi berbagai kerusakan moral yang begitu memprihatinkan. Hampir setiap hari kita disuguhi berita-berita kriminal semisal pembunuhan, pelecehan seksual, pencurian, korupsi, perundungan, penipuan, bunuh diri, dan sederet kemaksiatan lain. Belum lagi kita bicara tentang sikap menyimpang para politikus seperti penyalahgunaan wewenang dan korupsi.

Sebenarnya siapa yang disebut saleh? Karena istilah saleh lahir dari Islam, maka ukuran kesalehan pun telah jelas sebagaimana disampaikan dalam banyak ayat Al-Quran "Orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh" (QS Al-Ashr).

Dalam tafsir ditemukan berbagai pengertian yang diberikan ulama untuk kata “ash–sholihin” atau orang-orang saleh, Imam Ibnu Katsir dalam tafsir QS Al-Kahfi ayat 110, mengatakan amal saleh adalah amal yang sesuai dengan syariat Allah. Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi menyatakan orang-orang yang saleh adalah mereka yang memenuhi hak Allah dan hak para hamba-Nya (terkait muamalah, munakahah, jinayah, wathaniyah, dan hak-hak lainnya). (Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun], hlm. 51).

Dengan meneliti makna “saleh”, “kesalehan”, dan ‘orang-orang saleh”, kita bisa mendapati bahwa makna-makna ini selalu dikaitkan dengan iman dan menjalankan syariat Islam. Artinya, kesalehan seseorang dilihat dari kekuatan iman dan amal saleh atau ihsanul amalnya. Menurut Imam Fudhail bin Iyadh, amal yang diterima Allah Swt. haruslah memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan shawab (benar). (Sanqarith, 2019. Taqarrub Ilallah. Al Azhar. Bogor). Maksud dari “ikhlas” adalah mengerjakan amal semata-mata karena Allah dan mengharap balasan hanya dari-Nya. Sementara amal yang shawab/benar adalah amal tersebut ber-ittiba' (mengikut) kepada Rasulullah saw, yakni amal tersebut ada tuntunan dari Rasulullah saw. Ini karena tata cara ibadah kepada Allah harus datang dari Allah, yang disampaikan melalui Rasul-Nya. Bukan berdasarkan pemikiran dan hawa nafsu manusia yang akalnya terbatas. Seikhlas apa pun amal dikerjakan, apabila tidak sesuai syariat-Nya, maka akan tertolak. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Barang siapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR Muslim).

Ber-ittiba' kepada Rasulullah (saw.) haruslah mutlak dalam setiap amal, baik terkait amal yang mencakup hubungan dengan Allah (ibadah ritual), hubungan terhadap diri sendiri (makanan, minuman, pakaian, dan akhlak), juga hubungan terhadap orang lain (pendidikan, ekonomi, pergaulan, sosial, budaya, hukum, pemerintahan, dan sebagainya). Inilah tolok ukur dari kesalehan, yakni iman dan amal yang sesuai syariat dalam setiap aspek kehidupannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image