Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hikmah Nur Adilah

Ketuhanan Sebagai Sumber Ketahanan Mental: Perspektif Psikologi Islam

Agama | 2024-10-26 14:30:41

Saat ini isu Kesehatan mental menjadi salah satu tantangan besar yang sedang kita hadapi, terutama di era modern yang penuh dengan tuntutan sosial dan ketidakpastian. Banyak dari kita yang merasa tertekan untuk dapat selalu tampil sempurna di media sosial, yang mendorong kita untuk membanding-bandingkan diri kita dengan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna. Hal tersebutlah yang membuat kita menjadi merasa selalu tidak cukup baik atau gagal. Meskipun kita terhubung secara digital, namun banyak dari kita yang justru merasa terasing dan lebih merasa kesepian. Gaya hidup yang kurang sehat seperti tidur yang kurang teratur dan kurangnya aktivitas fisik juga berkontribusi dalam masalah kesehatan mental ini. Semua faktor inilah yang menjadi pendorong dari terjadinya kecemasan dan depresi. Maka dari itu, kesehatan mental saat ini menjadi isu yang sangat penting dan perlu perhatian lebih dari kita semua.

Untuk menghadapi masalah dari kesehatan mental kita, maka perlu adanya ketahanan mental dari diri kita. Ketahanan mental disini merupakan kemampuan kita untuk menghadapi berbagai tantangan dan stres dalam hidup. Dalam perspektif psikologi islam, ketuhanan menjadi penting dan menjadi sumber utama dari ketahanan mental. Seperti praktik spiritual yang kita jalani sehari-hari, yakni Shalat, Puasa, Membaca Al- Qur’an dan Dzikir. Hal-hal tersebut kita jalankan tidak semata-mata hanya sebagai ritual ibadah saja, namun juga bisa menjadi cara efektif bagi kita untuk memperkuat kesehatan mental dan emosional. Adapun konsep tawakal yang juga menjadi penting untuk kita terapkan karena juga dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kesehatan mental kita. Maka selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai praktik ibadah seperti Shalat, Puasa, Membaca Al-Qur’an, Dzikir dan konsep dari tawakal, serta bagaimana kontribusinya terhadap kesehatan mental kita.

Tawakal merupakan sikap penyerahan diri kepada Allah setelah kita berusaha semaksimal mungkin terhadap apa yang akan kita kejar. Konsep tawakal ini penting untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari ditengah kesibukan dunia ini. Dengan menerapkan tawakal dapat memberikan rasa tenang dan optimisme dikala situasi hidup yang penuh dengan ketidakpastian. Keyakinan terhadap Allah sebagai perencana terbaik untuk kita, juga dapat membantu mengurangi rasa cemas dan ketidakpastian. Allah berfirman dalam surat Al - Imran (3:159) “Apabila kamu telah membuat keputusan maka bertakwalah kepada Allah”. Dengan bertawakal kita belajar untuk menyerahkan segala hasil usaha kita semuanya kepada Allah, yang mana dapat membantu kita untuk mengurangi beban pikiran dan mental kita. Tawakal juga melatih kita untuk menerima kenyataan, baik yang sesuai harapan maupun yang tidak. Karena ketika kita memahami bahwasannya segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin Allah, maka kita akan mendapatkan ketenangan dalam kesulitan. Hal inilah yang mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam kekecewaan ketika hasil yang kita dapat tidak sesuai harapan, melainkan dengan tetap berusaha, berdoa dan berprasangka baik kepada Allah.

Shalat merupakan rukun iman yang pertama, maka sebagai seorang muslim wajib bagi kita untuk menjalankan ibadah sholat setiap harinya. Sholat merupakan momen penting bagi kita untuk melakukan refleksi dan ketenangan diri. Sholat tidak hanya menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim, namun juga menjadi kesempatan kita untuk berkomunikasi langsung dengan Allah. Dengan melakukan shalat secara konsisten dapat membantu kita merenungkan makna hidup dan mengevaluasi diri. Ditengah kesibukan kita sehari - hari, shalat menjadi waktu atau tempat kita untuk beristirahat dari rutinitas yang melelahkan. Dalam surat Al - Baqarah (2:45) Allah berfirman, “carilah pertolongan dengan sabar dan shalat”. Hal ini menunjukkan bahwasannya shalat tidak hanya sekedar ritual, namun juga sebagai sarana bagi kita untuk memperkuat mental. Karena ketika kita shalat, kita juga berdoa agar diberi petunjuk dan kekuatan yang mana akan meningkatkan ketahanan mental kita dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup.

Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum dari terbit fajar hingga matahari terbenam, khususnya di bulan Ramadhan. Melalui ibadah ini mengajarkan kita tentang pengendalian diri, kesabaran dan emosi. Dalam surat Al - Baqarah (2:183) Allah memerintahkan “wahai orang -orang berima, diwajibkan atas kalian berpuasa”. Puasa bukan hanya tentang menahan rasa lapar dan haus, namun juga melatih kita untuk menunda kepuasan sesaat demi kepentingan jangka panjang. Melalui puasa, kita belajar untuk lebih empati kepada orang - orang yang kurang beruntung. Dengan menahan rasa lapar kita dapat lebih menghargai makanan dan bersyukur atas nikmat yang Allah telah berikan kepada kita. Puasa juga mengajarkan kita untuk melihat hidup dari perspektif yang lebih luas dan menjadi lebih sabar dalam menghadapi tantangan.

Membaca Al-Qur’an adalah praktik spiritual dimana kita melisankan atau melafalkan huruf-huruf Al-Qur’an sesuai dengan aturan-aturan yang telah dianjurkan dalam membaca Al-Qur’an, sehingga dapat berpengaruh pada jiwa kita nilai -nilai keimanan dan ketaqwaan Allah. Dengan membaca Al-Qur’an dapat memberikan panduan kehidupan kepada kita karena kandungannya yang berisi hikmah dan pelajaran yang relevan untuk berbagai situasi kehidupan. Merenungkan ayat-ayatnya juga dapat memberikan motivasi, inspirasi dan ketenangan jiwa. Dalam surat Al-Isra (17:82), Allah berfirman, "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." Al-Qur'an tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk hidup, namun juga dapat sebagai sumber ketenangan yang menguatkan jiwa. Ketika kita membaca Al-Qur'an, maka kita berinteraksi langsung dengan kata-kata Allah. Dengan merenungkan makna dari ayat-ayat tersebut dapat membantu kita menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi. Praktik ini juga memperkuat hubungan spiritual kita dengan Allah yang mana hal ini sangat penting untuk membangun ketahanan mental.

Dzikir atau menyebut nama Allah adalah cara sangat efektif dalam menenangkan jiwa. Melalui dzikir, kita dapat merasakan kedekatan dengan Allah dan menemukan kedamaian batin di tengah kesibukan hidup. Dalam Surat Ar-Ra'd (13:28), Allah berfirman, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." Maka dengan berdzikir, kita dapat mengurangi kecemasan dan juga memperkuat keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita. Praktik dzikir ini juga dapat meningkatkan rasa syukur kita. Ketika kita fokus pada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, maka kita menjadi lebih sadar akan segala nikmat yang telah diberikannya. Hal ini membuat kita lebih optimis dan siap menghadapi berbagai tantangan hidup.

Integrasi antara nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting bagi kita. Karena ketuhanan tidak hanya terikat pada ibadah formal saja, namun juga dapat tercermin dalam sikap dan perilaku kita sehari-hari. Ketika kita mampu mengaitkan pengalaman spiritual kita dengan tantangan kehidupan yang ada, maka kita dapat menemukan kekuatan baru untuk bertahan dan juga berkembang. Dengan memahami makna hidup dan tujuan kita, yaitu beribadah kepada Allah dapat menjadi landasan yang kuat bagi kita dalam menghadapi segala bentuk rintangan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengintegrasikan nilai-nilai ini dengan bersikap sabar, penuh kasih, dan berempati kepada orang lain. Ketika kita berbuat baik dan membantu sesama, kita tidak hanya memperkuat hubungan sosial tetapi juga dapat meningkatkan ketahanan mental kita. Sikap positif dan harapan akan masa depan yang lebih baik akan terus memotivasi kita untuk berusaha lebih keras.

Kesimpulan

Dalam perspektif psikologi Islam, ketuhanan berperan penting sebagai sumber ketahanan mental. Melalui praktik ibadah seperti tawakal, shalat, puasa, membaca Al-Qur'an, dan dzikir, kita dapat membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Ketahanan spiritual ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mental, tetapi juga memperkuat hubungan kita dengan Allah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mencapai kesehatan mental yang optimal dan lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup di era modern yang penuh tekanan. Menemukan makna dalam setiap pengalaman hidup menjadi kunci untuk menjalani hidup yang lebih bermakna dan penuh harapan. Dengan demikian, kita harus terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah yang menjadi sumber kekuatan utama dalam perjalanan hidup kita, serta membantu menemukan kebahagiaan dan ketenangan di tengah segala kesulitan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image