Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cahya Savitri

Nomor Tuhan dalam Kumpulan Puisi Penjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo

Sastra | Sunday, 28 May 2023, 17:32 WIB

Sebagai penikmat sastra, tentunya kita sudah tidak asing lagi jika mendengar nama Joko Pinurbo, seorang penyair kelahiran tahun 1962 yang kerap kali menerima penghargaan atas karya sastranya. Bahkan, seseorang yang akrab dipanggil Jokpin itu karyanya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing seperti bahasa Inggris, Jerman, dan Mandarin. Namun, perjuangannya untuk sampai di titik tersebut tidaklah mudah. Jauh sebelum namanya menjadi buah bibir, karyanya pernah ditolak oleh penerbit dan berujung ia membakar semua puisi-puisinya. Namun, ia pantang menyerah. Semangatnya masih berkobar untuk mengejar mimpinya. Hingga di usianya yang ke-37 tahun, ia berhasil menerbitkan buku kumpulan puisi perdananya, yaitu Celana yang langsung meledak di pasaran. Dari sinilah ia akhirnya semakin bersemangat untuk terus menulis puisi-puisi dan bahkan ia sempat menerbitkan buku novel pertamanya yang berjudul Srimenanti pada April 2019 silam.

Sebagai penyair dan dosen di tempat ia mengenyam pendidikan tingginya, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Joko Pinurbo dikenal dengan sosok pria yang sederhana dan membumi. Meskipun namanya sudah dikenal di mana-mana, ia tak segan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di kampungnya seperti ronda malam. Jokpin juga dikenal sebagai sosok yang unik, dapat dilihat dari karya-karyanya yang sebagian besar memiliki judul yang unik. Hingga para pembaca tak habis pikir dengan judul-judul yang disuguhkan, sebab sangat unik dan menarik. Seperti dalam karyanya yang berjudul Penjamuan Khong Guan. Sangat menarik bukan? Tentunya kita semua sudah tidak asing mendengar nama Khong Guan, merek biskuit dan wafer yang namanya sudah mendunia. Dalam karyanya yang satu ini, Joko Pinurbo berhasil menarik pembaca, bahkan menggugah semangat mereka dalam membaca, sebab sudah disuguhkan judul yang menarik. Rupanya, di balik judul yang menarik, terdapat makna yang dapat dipetik. Buku kumpulan puisi ini diibaratkan seperti mencomot satu persatu isi dalam kaleng Khong Guan ini terasa begitu mengasikkan, apalagi perpaduan pengimajian dan diksi yang ringan namun tidak mengurangi penyampaian makna dalam puisinya membuat puisi ini menjadi salah satu buku puisi yang wajib untuk dibaca.

Buku tersebut dibagi ke dalam beberapa bagian, yakni kaleng satu, kaleng dua, kaleng tiga, dan kaleng empat. Salah satu puisi yang menarik perhatian ada di dalam kaleng pertama, yakni:

Sampul Buku Penjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo. Sumber: Google.

Tuhan, ponsel saya

rusak dibanting gempa.

Nomor kontak saya hilang semua.

Satu-satunya yang tersisa

ialah nomor Mu.

Tuhan berkata:

Dan itulah satu-satunya nomor

yang tak pernah kau sapa.

(2018)

(Penjamuan Khong Guan, 2020:32)

Bagaimana? Tertampar bukan? Itu hanyalah sebuah puisi. Akan tetapi, maknanya sampai menusuk hati. Katanya, roda itu berputar. Terkadang di atas dan terkadang di bawah. Sering kali ketika kita sedang bahagia, kita lupa siapa yang menciptakan rasa bahagia itu. Kita terbuai oleh rasa bahagia, sampai-sampai lupa untuk memuji Sang Pencipta. Begitulah manusia. Ketika ditimpa musibah, tiba-tiba saja semua orang menghilang. Membawa kabur semua kebahagiaan itu. Merampas semuanya. Dan yang tersisa hanyalah diri sendiri, serta Tuhan yang maha abadi. Ialah Sang pencipta yang sering kita lupakan saat bahagia. Ketika ditimpa kesulitan, barulah kita menyadari bahwa Tuhanlah satu-satunya sosok yang abadi, yang selalu ada untuk kita, baik senang maupun susah. Tuhanlah satu-satunya tempat untuk mengadu, satu-satunya tempat untuk bersandar, dan satu-satunya tempat untuk kembali.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image