Ketahanan Mental Rendah, Kasus Bunuh Diri Anak Melonjak
Agama | 2023-11-30 08:22:22KETAHANAN MENTAL RENDAH, KASUS BUNUH DIRI ANAK MELONJAK
Oleh : Jamilah Kurniati
Komunitas Wanita Sholihah
Sungguh tragis! Anak kelas 5 SD di Pekalongan bunuh diri lantaran handphone yang disita oleh orang tuanya (AntaraNews 23/11/2023). Polres Pekalongan Jawa Tengah memastikan bahwa anak usia 10 tahun yang berinisial K di Kecamatan Doro meninggal akibat bunuh diri setelah handphone milik korban disita oleh orang tuanya. Namun sebelumnya, dilansir oleh www.kompas.id (28/9/2023) bunuh diri juga dilakukan oleh SR (13) siswi SD Negeri di Jakarta Selatan. SR melakukan tindakan bunuh diri dengan melompat dari lantai 4 gedung sekolahnya pada hari selasa 26 September 2023,disinyalir tindakan bunuh diri tersebut dilakukan karena korban sering mengalami perundungan.
Nahar, Deputi bidang Perlindungan Khusus anak Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak (KemenPPPA) menyampaikan setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak-anak yang tercatat sejak Januari 2023 dengan rentang usia anak-anak di bawah 18 tahun. Penyebab mereka bunuh diri sebagian besar karena depresi, lalu dugaan perundungan dan penyebab lainnya. Nahar juga menyampaikan bahwa kekerasan maupun perundungan pada anak dapat berdampak pada psikis anak sehingga menyebabkan masalah baru termasuk bunuh diri. Menurutnya jika seorang anak mengalami masalah, harus segera di cek dampaknya sekecil apapun (RRI.co.id 11/11/2023).
Data yang dipaparkan oleh KemenPPPA menunjukkan bahwa kasus bunuh diri pada anak sudah semakin mengkhawatirkan. Seharusnya kasus semacam ini menjadi perhatian mengingat usia anak yang sangat belia. Apalagi mulai menjadi fenomena di tengah masyarakat. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan di antaranya apa yang menjadi penyebab bunuh diri, sumber anak mengetahui cara bunuh diri, dan juga kondisi mental anak-anak. Para pelaku bunuh diri ini seolah tak paham bahwa satu nyawa begitu berharga. Apalagi mereka adalah generasi yang kelak akan meneruskan estafet peradaban.
Meningkatnya jumlah kasus seperti ini menunjukkan adanya kekurangan dalam tata kehidupan, baik di keluarga, masyarakat maupun negara. Adanya gejala mental yang lemah mencerminkan generasi yang kurang memiliki keyakinan. Anak-anak tidak memahami konsekuensi akhirat yang harus dihadapi ketika melakukan bunuh diri. Allah subhanahuwata'ala melarang keras tindakan bunuh diri dan termasuk dalam dosa besar sebagaimana termaktub dalam firmanNya,
وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا * وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيرًا
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa: 29-30).
Rasulullah bersabda, diriwayatkan oleh Abu Hurairah
من قتلَ نفسَهُ بحديدةٍ فحديدتُهُ في يدهِ يتوجَّأُ بها في بطنِهِ في نارِ جهنَّمَ خالدًا مُخلَّدًا فيها أبدًا ومن قتَلَ نفسَهُ بسَمٍّ فسَمُّهُ في يدهِ يتحسَّاهُ في نارِ جهنَّمَ خالدًا مُخلَّدًا فيها أبدًا من تردَّى من جبلٍ فقتلَ نفسَهُ فَهوَ يتردَّى في نارِ جَهنَّمَ خالدًا مخلَّدًا فيها أبدًا
“Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka dia akan menusukkan senjata itu ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya, dan siapa yang bunuh diri denganracun, makadia akan meminumnya sedikit demi sedikit di neraka untuk selama-lamanya,dan siapayang bunuh diri dengan menjatukan di dari tebing, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka,untuk selama-lamanya.” Jika anak paham dengan hukum bunuh diri maka mereka akan menjauhi perbuatan tersebut.
Untuk menyelesaikan masalah bunuh diri yang semakin tinggi membutuhkan kerjasama antar berbagai pihak termasuk keluarga, masyarakat dan yang paling berperan penting untuk mengambil kebijakan adalah negara. Dalam Islam, tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak akan menjadi perhatian karena anak adalah bagian penting yang akan menjadi generasi peradaban. Seorang ibu sebagai madrasatul uula memiliki peran yang penting dalam ketahanan keluarga untuk dapat memahamkan pada anak tentang konsep ajal, tujuan hidup serta qadha dan qadar selain itu keluarga juga wajib memberikan pendidikan yang berbasiskan aqidah islam. Masyarakat juga berperan penting memberikan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan mental yang kuat dan menghindari perundungan. Dan untuk mencipkan lingkungan yang kondusif dibutuhkan peran negara dengan mengadakan sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam yang benar, bukan malah semakin menjauhkan generasi dari agama. Islam memiliki sistem Pendidikan yang berbasis akidah Islam yang mampu melahirkan generasi hebat dalam berkaya, kuat iman dan kuat mental.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.