Jalan Ada Perbaikan, Pikiran yang Makin Kacau : Kemacetan Akibat Perbaikan Jalan di Pamulang
Eduaksi | 2024-10-24 21:41:11Kondisi jalanan di pulang mungkin sudah cukup terkenal dengan kondisinya yang sering sekali mengalami kemacetan di kesehariannya. Bagaimana tidak? Durasi perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh selama 5 menit pun bisa memakan waktu hingga 40 menit. Hal ini bisa dilihat dari seseorang bernama Niar yang dimana ketika dia sedang naik angkot pada pukul 6.55 dan dia terjebak macet di sekitar daerah pamulang square dan baru tiba di depan permata pamulang pukul 7.35 yang seharusnya bisa tiba disana tidak lebih dari 5 menit (Amelia R, 2024).
Dalam kondisi normal saja, pamulang sudah menjadi daerah yang memang sering terjadinya kemacetan. Dan sekarang daerah di sekitar pamulang sedang menjalani perbaikan jalan di sekitar trotoar yang biasa menjadi tempat berjalannya pejalan kaki. Dengan adanya traktor yang bekerja memperbaiki jalan tersebut di pinggir jalan utama, tentunya kondisi jalanan akan semakin macet dibandingkan sebelumnya. Pada Gambar 1. diperlihatkan dimana sebuah kondisi macet akibat adanya traktor yang bekerja di jalan utama sebelah kanan ditambah dengan kondisi macet yang diakibatkan oleh keberadaan traktor tersebut.
Jalan utama yang pada umumnya kita gunakan sehari-hari tentunya merupakan aspek yang penting bagi kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana tidak? Ketika kita berpergian baik ke sekolah, ke tempat kerja, dan berbagai macam tempat lainnya tidak mungkin kita tidak melewati infrastruktur yakni jalan utama. Maka dari itu penting untuk jalan yang kita lewati tersebut untuk berada dalam kondisi yang baik (Manurung et al., 2022). Apabila kondisi jalan tersebut sedang tidak ada di kondisi yang baik atau rusak, akan berdampak pada banyak hal terkait lalu lintas seperti kecelakaan pada saat kemacetan, waktu perjalanan yang diperpanjang, dan kemacetan. Dan lebih parahnya lagi, apabila tidak diambil tindakan terkait perbaikan jalanan tersebut, biaya pengerjaan bisa menjadi lebih mahal dibandingkan waktu awal perbaikan tersebut diperlukan (Manurung et al., 2022).
Meskipun tujuan untuk perbaikan jalan ini merupakan tujuan yang baik, sebagaimana telah dijelaskan di paragraf sebelumnya. Pada Gambar 2. diperlihatkan dimana kondisi jalan yang sedang mengalami kemacetan dari daerah yang cukup jauh dari lokasi yang ada di Gambar 1 dimana menunjukkan bahwa kemacetan yang disebabkan berjangka panjang, apalagi di jalanan yang bisa dibilang cukup sempit.
Gangguan utama yang terjadi akibat kegiatan perbaikan jalan di atas adalah terjadinya blokade pada salah satu bagian dari jalan yang mengganggu arus lalu lintas di jalan tersebut, sehingga bisa menyebabkan kemacetan jangka panjang. Dijelaskan oleh Akhtar & Moridpour (sebagaimana dikutip dalam Faheem et al., 2024) kemacetan atau yang diketahui sebagai traffic congestion merupakan sebuah kondisi dimana adanya ketidakseimbangan akan alur lalu lintas dan kapasitasnya, yang menyebabkan terjadinya peningkatan waktu perjalanan, biaya, dan terjadinya perubahan akan perilaku. Kemacetan yang disebabkan oleh perbaikan jalan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan salah satu bentuk stressor lingkungan yakni traffic congestion (Steg & De Groot, 2019).
Kondisi kendaraan bermotor dengan jumlah banyak yang menyebabkan kemacetan tidak hanya menunjukkan keramaian, namun juga meningkatkan kadar karbon monoksida yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor akibat kemacetannya. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan Sugiarti (sebagaimana dikutip dalam Dhiyasari et al., 2023) menunjukkan bahwa aktivitas kendaraan bermotor yang padat di sebuah jalan hingga terjadi kemacetan menimbulkan pembakaran tidak sempurna pada motor/mobil dan kendaraan bermotor lainnya sehingga terjadinya emisi gas karbon monoksida (CO) yang tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya polusi udara atau air pollution (Evans & Cohen, 1986).
Tidak hanya polusi udara, ketika terjadinya kemacetan hal yang sering dilakukan oleh para pengendara adalah menekan klakson mereka. Sebuah kasus yang terjadi di kota Dhaka dimana para pengendara akan membunyikan klakson hydraulic mereka dalam situasi lalu lintas yang ramai (Akter et al., 2022). Kebisingan akibat macet merupakan salah satu permasalahan terbesar di kebanyakan negara yang bisa berpengaruh negatif pada kesejahteraan sehari-hari seseorang (Reddy et al., 2021). Kebisingan inilah yang nantinya menjadi polusi suara atau noise pollution.
Ketiga tipe stressor yang telah disebutkan di atas, baik dari kemacetan, meningkatnya kadar karbon monoksida di udara akibat banyaknya kendaraan bermotor, maupun bisingnya bunyi klakson dari kendaraan yang terjebak kemacetan merupakan bentuk dari environmental stressor yakni traffic congestion, air pollution, dan noise pollution (Evans & Cohen, 1986; Steg & De Groot, 2019).
Pembahasan terkait kemacetan atau traffic congestion menunjukkan bahwa kemacetan itu sendiri bisa berpengaruh secara negatif kepada interaksi sosial, stres psikologis, dan motivasi kerja yang menurun (Steg & De Groot, 2019). Kemacetan ini sendiri pun bisa dianggap sebagai salah satu bentuk stressor lain yaitu crowding atau keramaian yang bersifat outside density, dimana keramaian ini berasal dari luar unit ruangan individu berada, yang berarti kemacetan itu sendiri bisa dianggap sebagai salah satu bentuk crowding (Evans & Cohen, 1986). Dan crowding itu sendiri merupakan sebuah kondisi psikologis seseorang ketika orang tersebut menganggap bahwa jumlah individu pada suatu tempat melebih preferensi individu tersebut yang dapat menyulitkan interaksi sosial, membatasi perilaku, bahkan sampai mengganggu ruang pribadi (Steg & De Groot, 2019).
Selanjutnya, terkait dengan peristiwa dimana terjadinya peningkatan kadar karbon monoksida akibat kemacetan itu sendiri merupakan stressor lainnya yaktu air pollution atau polusi udara. Air pollution itu sendiri didefinisikan sebagai pengumpulan dari berbagai macam zat yang bersifat toxic seperti oksidan fotokimia atau asbut, oksida sulfur, oksida nitrogen, karbon monoksida, dan partikulat (Evans & Cohen, 1986). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Zu et al., 2020) meneliti tentang dampak dari polusi udara pada kesehatan mental seseorang yang dilakukan pada mahasiswa negara china dimana mereka menemukan kualitas udara yang buruk berdampak pada meningkatnya tingkat negatifitas kesehatan mental seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara tidak hanya berbahaya bagi kesehatan tubuh saja, namun juga dapat berdampak pada pada kesehatan mental seorang individu.
Dan yang terakhir, terkait dengan bisingnya bunyi klakson yang dibunyikan oleh orang-orang yang terkena macet termasuk ke dalam stressor noise. Noise atau kebisingan itu diketahui sebagai suara yang tidak diinginkan dan umumnya dikarakteristikkan dengan intensitas (dB), frekuensi (nada), periode, dan durasi (Steg & De Groot, 2019). Kebisingan yang intens, tidak tertebak, dan tidak dapat dikendalikan dapat memicu perasaan negatif seperti gangguan dan kejengkelan, dan apabila terpaparkan pada waktu yang cukup lama dapat menyebabkan stres secara fisiologis yang bisa mengarah ke meningkatnya tekanan darah baik pada orang dewasa dan anak kecil (Steg & De Groot, 2019). Jarak suara yang ada mulai dari 0 hingga 200 dBA, dimana 180 dB mendekati kebisingan dari roket yang lepas landas (Bechtel & Churchman, 2002). Ditambah lagi dengan pemaparan kebisingan sebesar 85 dB selama 8 jam dapat menyebabkan gangguan pendengaran (Bechtel & Churchman, 2002).
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor adalah untuk menghindari diri dari paparan stressor yang muncul akibat dari kegiatan perbaikan jalan adalah dengan mengambil jalan yang tidak melewati jalan yang sedang menjalani perbaikan jalan. Dengan itu tidak hanya mengurangi paparan dari stressor-stressor yang muncul akibat kemacetan yang diakibatkan dari perbaikan jalan, namun juga mengurangi jumlah kendaraan yang melewati jalan tersebut.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.