Fatima Al-Fihri Pendiri Universitas Pertama di Dunia
Kisah | 2024-10-20 18:03:38Maroko merupakan salah satu negara yang sangat banyak dikunjungi dan diminati oleh para penuntut ilmu. Selain dengan bangunan klasik dan wisata religinya, Maroko juga memiliki sejarah peradaban yang tinggi disertai budaya dan arsitekturnya yang menarik.
Adapun salah satu sejarah terkenal dari Maroko, yaitu mengenai seorang wanita muslimah bernama Fatimah Al-Fihri. Sejarah pendidikan yang terjadi pada abad ke-9 sangat erat kaitannya dengan Fatimah Al-Fihri dan akan membuka mata dunia mengenai pandangan terhadap kaum wanita terutama dalam pendidikan.Fatima Al-Fihri, memiliki garis keturunan bangsawan dari ayahnya Mohammed Al-Fihri yang merupakan seorang pedagang kaya raya pada masa pemerintahan Idris II.
Dalam perniagaan ayahnya, Fatima dan kakaknya Mariam tidak hanya memperdalam ilmu agama, akan tetapi ikut berkecimpung dalam dunia bisnis, arsitektur, dan sains sehingga banyak pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki oleh mereka. Sang ayah memiliki sikap luhur dan memahami bagaimana cara mendidik anaknya yang merupakan seorang wanita.
Mohammed Al-Fihri menginginkan para putrinya dapat bermanfaat dan memiliki pengaruh baik terhadap sekitarnya. Mohammed Al-Fihri tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan baginya kedua hal tersebut merupakan hal terpenting dalam perkembangan dunia. Perempuan memiliki peran sendiri begitupun pria.
Oleh karenanya, Mohammed Al-Fihri menjadikan pendidikan sebagai wahana dan solusi dalam memecahkan beragam problematika terutama kemiskinan. Mohammed Al-Fihri sangat menghargai dan menjunjung tinggi nilai pendidikan. Saat Mohammed Al-Fihri telah dipanggil oleh maha kuasa, kedua putrinyapun mewarisi harta kekayaan sang ayah. Fatimah dan kakaknya berinisiatif mempergunakannya untuk kepentingan masyarakat dengan membangun Masjid Andalusia yang menjadi salah satu masjid tertua di Maroko.
Tidak sampai di situ, Fatima ikut mempergunakan hartanya untuk membangun lembaga pendidikan. Fatima dan kakaknya sangat memperhatikan kesejahteraan masyarakat baik masa kini maupun masa yang akan datang. Bangunan yang mereka dirikan dijadikan sebagai tempat kaum penuntut ilmu baik laki-laki maupun perempuan.
Karena Fatima telah pengalaman dalam bidang rekontruksi pembangunan, Fatima pun langsung mengawasi dan membimbing proses pembuatan Universitas Al-Qawariyyun. Sebelumnya, Universitas Al-Qawariyyun hanya mengajarkan Al-Quran dan Fikih kemudia diperluas dengan dibukanya bidang Matematika, Linguistik Arab, Kedokteran, Astronomi, Kimia, Sejarah, dan Geografi. Bidang studi tersebut dibuka secara umum, tidak hanya muslim tetapi terdapat mahasiswa Kristen dan Yahudi. Selain itu, pendidikan tersebut diberikan secara gratis dengan kemampuan Fatima yang cerdas dalam membangun kerja sama dan mensponsori seluruh institute.
Dengan demikian, banyak lulusan Universitas Al-Qawariyyun yang datang dari berbagai kalangan. Jauh sebelum Universitas Bologna dan Oxford, Al-Qawariyyun merupakan Universitas yang lebih dulu menghasilkan lulusan-lulusan cendikiawan yang tidak hanya ahli dalam bidang keagamaan akan tetapi para filsuf dan lainnya sehingga banyak lahirnya sumber daya manusia yang sampai saat ini telah membekali para penuntut ilmu.
Universitas Al-Qawariyyun telah menghasilkan para lulusan terkenal seperti Abul Abbas seorang ahli hukum, Muhammad Al-Fasi yang merupakan pemikir terkemuka pada masanya, Ibnu Khaldun seorang Sosiolog juga ahli Geografi, dan masih banyak lainnya. Universitas tersebut yang telah berusia 1200 tahun yang lalu, dan telah menghasilkan lulusan lebih dari 8.000 dengan berbagai keahlian dunia. Warisan Fatimah ini, menjadi sumber belajar dan inspirasi terbaik.
Fatima Al-Fihri telah berhasil mencetak catatan sejarah lewat kotribusinya sebagai pendiri universitas pertama yang telah berusia lebih 1000 tahun yang lalu. Dedikasinya menjadikan tidak hanya wanita muslim tetapi seluruh dunia bahwa wanita mampu dalam membangun perdaban dunia, terutama bagi seorang ibu yang merupakan madrasah pertama untuk anak-anaknya.
Kisah Fatima Al-Fihri seharusnya memotivasi para wanita lainnya untuk semangat dalam meraih cita-cita dan berpikir cerdas ketika menghadapi tantangan di masa kini dan yang akan datang. Hal ini lebih diutamakan peran seorang ibu untuk menghasilkan anak-anak tidak hanya berintelektual tetapi baik dalam bersikap dan bertutur.
Selain itu, tokoh Fatima Al-Fihri menguatkan jati diri pada wanita untuk tidak mudah terpengaruh pada pergaulan negatif dan lemah dalam menghadapi beragam permasalahan terutama dalam rumah tangga. Hal ini seharusnya menjadi pijakan bagi kaum wanita untuk selalu berusaha membawa diri yang lebih baik. Dari dulu hingga saat ini, banyak fenomena negatif yang terjadi pada perempuan.
Mulai dari anggapan bahwa perempuan hanya melayani suami atau di dapur, tidak boleh berkesplorasi dan mengikuti majelis, tidak ada kewajiban untuk mengenyam pendidikan karena dianggap mahkhluk yang lemah, bahkan tidak sedikit banyak terjadinya tindak diskriminasi berupa kekerasaan dalam rumah tangga, pelecehan, dan lain sebagainya. Hal tersebut benar-benar merupakan sikap tidak toleran terhadap kaum perempuan yang seharusnya juga memiliki hak dalam menempuh pendidikan dan mengetahui kondisi lingkungan. Melalui sejarah ini, terdapat seorang pria yaitu ayah dari Fatimah yang sama sekali tidak berpikir demikian melainkan mendorong putri-putrinya untuk belajar, mandiri, dan harus berkontribusi pada masyarakat. Hal ini mengartikan bahwa laki-laki juga turut serta dalam membentuk wanita yang cerdas dan beradab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.