Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Miftah Rinaldi Harahap

D... kekasihku...

Curhat | 2024-10-20 17:33:26

Bagaimana aku memulainya? Sejak awal aku hanya mengenal deskripsi tentang dirimu dari seorang kawan. Ia sering mengatakan bahwa kau adalah pemikir yang kesepian. Seperti tidak punya lawan tanding untuk berfikir, aku mengerti rasanya. Apalagi kau berasal dari tempat yang sama seperti diriku. Sebuah tempat kecil penuh makna, dimana orang - orang terkasih memberi senyum tulus kepada setiap hal kecil yang sedang kita lakukan.

Kata - kata juga tidak berguna di tempat itu. Ketika berada disana yang perlu kau lakukan adalah menikmati setiap momen yang tersaji. Walau bagiku hal itu juga merupakan kekurangan dari tempat itu.Sebab, hal itu membuat kita terkadang terlena dan enggan membicarakan hal - hal yang berkaitan dengan ide, mimpi , puisi, atau hal - hal lain yang mampu meningkatkan akal budi sebagai manusia.

Berbeda dari sebelumnya, saat ini aku mengenal dirimu melalui pikiran yang pernah kau ungkapkan. Jujur, aku terkesan. Sebab, tidak banyak orang seperti dirimu di tempat itu. Kau berbeda. Saat semua orang ditempat itu hanya berbicara soal rupiah demi rupiah atau status - status sosial yang memuakkan. Kau muncul dan berbicara tentang kritik, mimpi , harapan , atau hal - hal lain yang ketika aku mendengarnya membuat aku merasa menjadi manusia.

Dok.Pribadi

Setelah itu waktu bergulir lalu aku mengenal dirimu melalui pesan - pesan pendek. Jujur. Aku sangat menikmatinya. Berdialektika dengan dirimu membuat aku merasa bahwa tempat itu bisa berubah. Disisi lain aku juga merasa tenang sebab kau juga sedang mempersiapkan generasi baru. Itu artinya kau berinvestasi untuk kehidupan yang lebih panjang. Kau memperpanjang nafas harapan di tempat itu.

Perlahan keadaan ditempat itu semakin membaik. Walau tak signifikan tetapi aku bisa merasakan geliat perbaikannya. Orang - orang disana sudah mulai membaca puisi. Aku sudah mendengar puisi - puisi yang mereka bacakan. Kemudian, bahagia menguasai diriku, setelah aku melihat bahwa yang membaca puisi itu adalah para generasi baru di tempat itu.

Kekasihku, apakah kau tahu bahwa siapapun yang berpuisi berarti sedang berupaya untuk menjernihkan berbagai macam kebohongan? Semoga suatu saat aku bisa membacakan puisi tepat dihadapanmu. Atau menulis puisi tentang dirimu persis ketika kau berada disampingku. Walaupun, aku tahu ini mustahil sebab kau telah mengikat sumpah setia dengan seseorang yang dihadirkan semesta untukmu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image