Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lubna Ziadah

17 Tahun Berwirausaha Dapat Apa?

Bisnis | 2024-10-17 09:28:27
Gambar diambil dari Google

Minggu siang, 25 September 2024 saya memiliki janji untuk bertemu denagn seorang eneterpreneur wanita yang tinggal di lingkungan kampus STIBA Ar Raayah, Sukabumi. Namanya Ummu Khattab. Beliau merupakan seorang interpreneur yang sudah membangun bisnis selama belasan tahun. Meski bisnisnya terbilang biasa-biasa saja, namun beliau meliki ketekuanan dalam diri beliau yang menjadikan saya memilih beliau dalam wawancara saya untuk tugas proposal kewirausahaan kali ini.

Siang itu, kami memilih ruang penjengukan kampus tempat saya kuliah untuk wawancara. Seorang wanita bercadar dengan sifat keibuannya dengan hangat menyambut saya dengan pelukan dan pertanyaan-pertanyaan ringan tentang saya. Saya sudah menyiapkan beberapa pertanyaan yang saya ajukan untuk narasumber saya kali ini. Tentunya pertanyaan-pertanyaan penting yang berkaitan dengan bisnis dan usaha yang beliau tekuni.

Ummu khattab, panggilan akrabnya. Merupakan seorang Ibu Rumah Tangga biasa, sesekali beliau mengisi kajian di kampung-kampung sekitar komplek tempat tinggalnya. Awalnya beliau memang bukan seseorang yang tertarik dengan dunia bisnis dan perdagangan. Namun, karena merasa bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja, beliau mencoba untuk mulai membuka usaha kecil-kecilan. Usaha pertama yang beliau kelola saat itu adalah bisnis pakaian syar’i. Melihat kebutuhan ibu-ibu dan para dosen di sekitar komplek yang memang merupakan pengguna pakaian syar’i, membuka peluang bagi Ummu Khattab untuk menekuni usaha ini. Namun sayangnya usaha ini tidak bertahan lama, melihat persaingan pasar di dunia fashion yang begitu ketat membuat Ummu Khattab banting stir dan memilih usaha lain.

Tidak hanya berhenti disitu karena gagal dalam bisnis fashionnya. Kali ini pilihannya jatuh kepada kuliner. Melihat kebutuhan mahasiswa yang sering keroncongan saat jam makan siang memberikan peluang yang cukup besar bagi Ummu khattab meski jualannya kali ini harus dengan beberapa prosedur yang diterapkan olh pihak kampus.

Berjualan gorengan. Mungkin terdengar bukan sesuatu yang menghasilkan. Namun nyatanya Ummu Khattab mampu memenuhi kebutuhan pribadinya dari hasil berjualan gorengan di kampus. Gorengan yang ia titipkan di bagian kantin putri selalu ramai diserbu mahasiswa, walaupun terkadang sesejali beliau harus menelan kerugian yang cukup besar jika banyak gorengan yang tidak habis terjual. Belum lagi ada potongan pajak 10% sesuai kesepakatan pihak kampus. Namun beliau tidak menjadikan kerugian-kerugian itu menjadi sebuah penghalang dari usaha beliau. Justru jika gorengan beliau tidak laku, beliau membagikannya kepada mahasiswa secara gratis.

“Kadang saya bersyukur kalo ga habis, jadi bisa sedekah ke anak-anak’’ tambah beliau dengan senyuamn yang teduh.

Begitulah wawancara saya siang itu, beliau banyak bercerita bagaimana pasang surut semangat beliau dalam menjalankan usaha yang digelutinya selama kurang lebih 17 tahun ini, meski dengan penghasilan yang tidak besar. Beliau selalu bersyukur karena bisa mengamalkan salah satu sunnah Rasululllah SAW dan dapat berbagi dari sebagian rizki yang beliau miliki. Karena bagi beliau, ungkapan terima kasih yang dilontarkan terima dari para mahasiswi ketika menerima makanan gratis darinya sudah sangat cukup untuk menggantikan pundi-pundi uang yang mungkin seharusnya diterimnya hari itu.

Banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil dari narasumber saya kali ini. Ketekunan dan kegigihann beliau selama bertahun-tahun dalam berwirausaha meningkatkan semangat saya sebagai mahasiswi yang memiliki peluang dan waktu yang lebih banyak dalam membangun suatu usaha. Tidak perlu langsung dengan usaha yang besar, cukup dengan keinginan dan semangat yang kuat, dengan modal seadanya siapapun bisa menjadi seorang pengusaha. Karena sukses tidaknya seseorang dalam karirnya sudah ada yang menentukan. Kita hanya perlu berusaha semampu kita dengan mengembangkan potensi yang kita miliki, dan yakin bahwa apa yang kita usahakan akan membuahkan hasil.

Begitulah kira-kira kesimpulan dari pesan yang beliau sampaikan kepada saya siang itu. Pertemuan singkat yang sangat berkesan bagi saya sebagai mahasiswi yang pertama kali melakukan wawancara dengan orang yang tidak pernah berinteraksi dengan saya sama sekali.

Semoga dengan wawancara kali ini, dan siapaun yang membaca narasi kali ini bisa termotivasi dan mengambil penting dari kisah Ummu Khattab yang konsisten dalam menjalankan usahanya. Karena kita tidak pernah tahu, mungkin saja salah satu dari pembaca Allah takdirkan menjadi entrepreneur sukses dan berpengaruh di Indonesia.

Ditulis oleh: Lubna Ziadah, Mahasiswi semester 5 prodi KPI , STIBA AR Raayah, Sukabumi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image