Yang Terserak dari Harapan
Curhat | 2024-10-12 06:01:40Seorang kawan pernah bertanya kepada ku. Sebenarnya, apa maksud dari tulisan tentang harapan dan Republik. Dia meminta aku untuk menjelaskan tentang tulisan itu kepadanya. Mendengar hal itu, aku hanya terdiam beberapa saat. Tak lama setelah itu aku segera memberikan jawaban kepadanya. "Begini bung, tulisan itu mengajak setiap warga untuk melepaskan diri dari segala hal yang membelenggunya. Sehingga dengan melepaskan itu dia mampu untuk lebih memaknai hidupnya", jawabku kepadanya.
Aku mengira setelah mendengar jawaban itu, ia akan puas, ternyata dugaan itu salah.Baginya jawaban yang baru saja aku lontarkan itu masih sulit untuk dimengerti. Tak lama setelah itu aku pun kembali menyusun jawaban yang mungkin bisa membuatnya mengerti. "Begini bung, sewaktu aku menulis soal itu aku hanya menginginkan ada saat dimana aku bisa tidur di pangkuan kekasihku sambil melihat ibu dan adik- adikku tersenyum. Kemudian, tidak jauh dari tempat kami bercengkrama ada deretan buku lengkap dengan kursi, meja , juga laptop tempat aku membaca dan menulis," ucapku kepadanya.
Jawaban yang ku berikan itu adalah harapan yang belum tiba pada momentum. Apalagi jika melihat realitas sosial , politik, dan ekonomi yang membelenggu kita hari - hari ini. Harapan itu akan semakin sukar untuk menemui momentumnya. Namun, kendati demikian adanya, harapan pasti akan menemui momentumnya cepat ataupun lambat.
Sebab harapan bukan aktivitas pasif yang membuat manusia terbuai dalam lamunan yang tak berkesudahan. Harapan adalah daya hidup. Oleh sebab itu, ia adalah aktivitas aktif yang terus menerus diupayakan manusia untuk bisa membebaskan diri dari segala macam belenggu yang membuatnya sukar untuk memaknai hidupnya. Memaknai hidup sama artinya dengan meningkatkan kualitas akal budi manusia.
Mendengar jawaban yang aku berikan, kawanku tertawa sampai terbahak - bahak. Sembari ia berkata : "kau ini bung, kau pikir itu bisa segera terjadi? Itu masih lama bung! Mengapa kau menunggu sesuatu hal yang mungkin tidak akan terjadi?"
" Ya, aku juga pikir seperti itu. Tapi namanya juga usaha kan gak ada yang tau bung,"ucapku kepadanya.
Mendengar ucapan yang aku berikan, ia langsung memberi jawaban:"kau selalu keras kepala!"
Mendengar jawabannya itu membuat aku berfikir: Ya, terkadang untuk mempersiapkan segala sesuatu agar harapan itu bisa segera tercapai kita memang harus keras kepala. Sampai suatu waktu ada saat dimana harapan datang menemui dan berkata: "Tidak harus di era mu kita bertemu. Tetapi kita bisa bertemu di era yang kau sudah persiapkan pondasi sebelumnya."
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.