Membantu Orang Lain Tanpa Materi
Agama | 2022-02-14 12:32:52Dalam hidup, siapapun tentu akan bergantung kepada orang lain. Karenanya Islam mengajarkan sebagai seorang muslim sangat dianjurkan untuk membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Tetapi karena seringkali banyak orang yang selalu memikirkan materi sehingga mereka terjebak kalau membantu itu harus selalu saja dengan materi.
Padahal sesungguhnya bentuk pertolongan itu beragam. Pada dasarnya membantu orang adalah dengan mengangkat kesulitan yang sedang dialaminya. Intinya masalah yang tengah dihadapinya dapat terselesaikan. Kendati kita tak bisa memberi sejumlah uang ternyata banyak cara lain yang bisa dilakukan Karena Allah akan lebih suka kepada orang yang mau berbuat kepada saudaranya dengan tidak melihat statusnya asalkan ia mau berbuat sesuatu demi membantu saudaranya.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda : "Barangsiapa melepaskan satu kesuasahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan dari kesusahan pada hari kiamat nanti. Barangsiapa yang memudahkan urusan orang lain , pasti Allah mudahkan di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menjutupi aib di dunia dan di akhirat. Allah sennatiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya selalu menolong saudaranya." (HR Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arbain An-Nawawi hadits ke-36).
Banyak cara yang dapat dilakukan, misal kita menyampaikan masalah itu kepada orang yang tepat sehingga ada solusi nyata, menyebarkannya dalam media sosial atau bentuk langkah-langkah lain yang bisa dilakukan semacam memberikan saran atau solusi yang setidaknya bisa menenangkan orang yang tengah ditimpa kesulitan ini .Artinya, ketika kita punya niat menolong saudaranya maka akan Allah permudah jalan untuk membantu orang tersasebut.
Seorang teman menerima keluhan dari seorang ibu yang anaknya masih tertahan ijazahnya karena menunggak 7 juta rupiah. Sang teman pun tak memiliki uang sebanyak itu tetapi karena punya niat ingin menolongnya maka ia kontak guru di sekolah tersebut untuk bisa membantu. Sang guru menyuruh ibu tersebut datang ke sekolah dengan anaknya dan hasilnya ijazah asli pun diberikan dengan syarat mencicil tunggakan perbulan seratus ribu selama tujuh puluh bulan.
Dari peristiwa ini tergambarkan, hanya kuota saja melalui aplikasi whatssapp maka ketika Allah hendak mengatasi kesulitan orang yang dimaksud maka kun faya kun. Dengan demikian menolong atau membantu orang lain tak mesti untuk selalu berkelebihan harta terlebih dahulu. Di sini menunjukkan bahwa ternyata siapapun bisa membantu orang dengan cara dan keadaannya masing-masing. Kita hanya mencari keridhoan Allah agar masalah yang ada dapat terselesaikan melalui ketentuan-Nya.
Karenanya ini sangat terkait dengan rasa kepedulian kita terhadap siapapun yang membutuhkan bantuan kita. Secara ideal memang alangkah sangat baik jika kita berlebih harta. Namun begitu janganlah hal itu menjadi halangan bagi kita untuk menolong orang. Terpenting bagi kita adalah Allah ridho dengan perbuatan kita yang didasari dengan keikhlasan maka selanjutnya biarkan Allah menyelesaikan semua itu sehingga kita semakin yakin Allah selalu dekat dengan diri kita dan Allah mengabulkan doa-doa kita.
Yang terpenting bagi kita adalah teruslah berbuat kebaikan kepada siapapun apalagi kepada mereka yang membutuhkan bantuan kita. karena kita pun tak pernah tahu dengan amalan apa kita bisa dikanulkannya doa. Sehingga semoga saja dengan selalu membantu orang lain dalam bentuk apapun menjadikan wasilah terkabulkannya hajat-hajat kita
Karenanya jangan berhenti untuk berbuat baik kepada orang lain selama kita selalu diberi kesempatan untuk selalu melakukannya guna mendapat pahala sebagai bekal untuk kita di akhirat kelak.***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.