Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bustanol Arifin

Manifestasi Keimanan

Agama | Sunday, 13 Feb 2022, 07:17 WIB

Para ulama mendefinisikan iman kepada Allah SWT sebagai pembenaran dengan hati, pengakuan melalui lisan sekaligus pembuktian melalui tindakan atau perbuatan. Ketiga komponen ini merupakan satu kesatuan, tidak dapat dihilangkan dan ditinggalkan sebagian atau semuanya. Artinya, meyakini lewat hati saja belum cukup, harus di deklarasikan dengan ucapan serta di manifestasikan dalam bentuk amal alias perbuatan.

Sedangkan iman itu sendiri memiliki banyak cabang. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW memerinci cabang iman tersebut. “Iman itu memiliki 70 cabang lebih, yang paling tinggi adalah mengucapkan Laa Ilaha Illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dari jalan.” (H.R: Muslim) ke 70 cabang iman ini harus dibenarkan oleh hati, dipersaksikan dengan ucapan dan diwujudkan dengan perbuatan kita.

Bagi kita, cabang iman sebanyak ini bukanlah hal mudah untuk di manifestasikan dalam setiap derap langkah kehidupan kita. Misalnya, menguncapakan kalimat Laa Ilaha Illallah (tidak ada tuhan selain Allah). Jika merujuk pada definisi iman di atas, maka bukan hanya membenarkan kemudian menguncapkan kalimat tersebut, tapi harus dibarengi dengan perbuatan nyata sebagai implementasi dari apa yang kita yakini dan akui.

Mungkin saja, meyakini melalui hati dan mengakui-Nya melalui lisan mudah kita lakukan dan bahkan banyak diantara kita yang demikian. Namun, jika harus dibuktikan dengan amal perbuatan maka ini perlu mendapatkan perhatian. Sebab, kalimat “Tidak ada tuhan yang patut di sembah selain Allah” dalam implementasinya adalah menegasikan semua bentuk sesembahan, baik itu yang sudah jelas (berhala, manusia dst) maupun yang samar (harta, jabatan dst).

Boleh jadi selama ini kita tidak menyambah patung atau manusia yang perbuatan ini jelas membatalkan kalimat tauhid kita, tapi secara samar kita masih menuhankan harta kekayaan atau jabatan kita. Dalam istilah lain, menjadi hamba alias mudak dunia yang fana. Laa ilaha Illallah nampaknya sangat sederhana, namun memiliki arti yang sangat luar biasa. Wajar, kalau Rasulullah SAW menempatkan kalimat ini sebagai cabang tertinggi keimanan.

Sulit, bukan berarti tidak bisa. Allah SWT maha tahu kadar keimanan dan batas kemampuan kita dalam memanifestasikan keimanan itu. Jika kita merasa tidak mampu memanifestasikan keimanan tertinggi dalam bentuk amal perbuatan, sebaiknya amalkan yang lain. “Jika tidak bisa mendapatkan seluruhnya, bukan berarti meninggalkan semuanya.” Bisa ambil kemudian amalkan cabang iman yang paling bawah, menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dari jalan.

Dalam prakteknya, bisa berupa memungut sampah yang berserakan di sekitar kita dan tidak membuangnya sembarangan. Membersihkan rumah, saluran air dan lain sebagainya. Hal kecil dan sepele namun dampak perubahannya begitu besar. Hari ini kita menyaksikan, kenapa banyak sampah berserakan padahal kita sudah membenarkan dengan hati dan mengucapkannya dengan lisan? Jawabannya, karena tidak dibarengi dengan amal perbuatan. Wallahu a’lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image